Chapter 41 [End]
Ketika Ara dan teman-temannya sudah keluar dari Rumah Rey, tiba-tiba ledakan terjadi.
Bi Siam yang sudah sejak tadi ada di luar rumah, kini menatap kehancuran keluarga Rey dengan tangis yang sudah pecah. Wanita itu sungguh tak menyangka jika keluarga yang sudah bertahun-tahun hadir mewarnai hidupnya harus lenyap begitu saja.
Zulfan yang satu-satunya terlihat kuat, lantas buru-buru menghubungi polisi. Pemuda itu melihat Bi Siam yang menatap kehancuran keluarga Rey dengan perasaan iba.
"Bi Siam, Zulfan tahu kalo hal ini bukanlah akhir yang kita inginkan. Sabar ya, Bi. Zulfan yakin kalo sekarang keluarga Rey sudah berkumpul di alam sana dengan kebahagiaan."
Bi Siam menatap Zulfan dengan sedih. "Bibi sekarang sudah tidak punya siapa-siapa lagi, Fan. Kamu 'kan tau kalo keluarga bibi hanyalah Rey sekeluarga. Bibi harus pulang ke mana setelah ini?"
Zulfan tersenyum tipis. "Bibi ikut Zulfan saja mulai hari ini. Kebetulan mamahnya Zulfan sedang butuh orang buat bikin kue bareng dia. Bibi mau 'kan?"
Bi Siam mengangguk dengan wajah yang terlihat kusut.
Naura dan Ara saat ini sedang menangisi kepergian Najwa. Gadis yang paling galak dan tegas, namun paling peduli di antara mereka, kini pergi untuk selama-lamanya.
"Nau, maafin gue, karena kebodohan gue, kalian semua kena imbasnya. Maafin gue yang sempat iri dan dendam dengan kebahagiaan yang lo miliki. Nau, maafin gue ... ."
Naura yang melihat Ara bersujud di kakinya, buru-buru menarik gadis itu untuk berdiri.
"Kita adalah manusia yang tak sempurna, Ra. Kita semua punya sisi buruk masing-masing. Aku sudah maafin kamu, Ra. Karena kamu adalah sahabatku juga," ucap Naura yang reflek memeluk Ara.
Ara dan Naura sama-sama menangis dalam pelukan. Ando yang sejak tadi menangis karena tragedi di rumah Rey, lantas menghampiri kedua gadis itu.
"Naura, Ara, gue minta maaf juga pada kalian karena sempat bikin kekacauan di dalam persahabatan kalian. Maafin gue ya ... ."
Naura melepas pelukannya pada Ara dan menatap gadis itu dengan senyum tipis.
Ara yang mengerti dengan senyum Naura yang terlihat sedikit janggal, lantas menatap Ando yang sedang menundukkan kepala dengan senyum yang lebar.
"NAURA!! ARA!!"
Ando yang mendapatkan dua injakan highheels dari kedua gadis itu, lantas buru-buru mengejar keduanya.
Zulfan menatap ulah ketiga temannya dengan mata yang memanas. Secara perlahan, airmata pun turun membasahi wajahnya.
"Rey, Najwa, kalian mungkin sudah tidak ada di sini lagi, tapi kalian harus tahu kalau kami akan selalu merindukan kalian. Berbahagialah kalian di atas sana dan jangan lupakan kami yang ada di sini," ucap Zulfan bermonolog.
Zulfan kemudian berjongkok di depan kobaran api sambil menangis.
Bi siam menatap Zulfan yang terlihat begitu rapuh dengan sedih. Wanita itu lantas menegur Zulfan.
"Zulfan, kamu mungkin terlihat kuat di depan ketiga temanmu hari ini, tapi kalau kau menangis, hatimu akan jadi lebih baik. Jangan tahan tangismu, Fan."
Zulfan mendongak. "Bi, apa aku bisa kuat untuk hidup tanpa melihat sahabatku lagi?"
Bi Siam lantas tersenyum tipis. "Baik atau buruknya kehidupan, semua tergantung pada persepsi kita masing-masing. Dari tragedi yang sudah terjadi, kita harus belajar untuk memahami orang lain tidak hanya dari satu sisi saja."
Zulfan kemudian berdiri sambil menghapus airmata, lalu tersenyum lebar saat melihat kobaran api di hadapannya.
"Rey, Najwa, kami akan baik-baik saja di sini. Pergilah dengan tenang, Kawan."
Sesaat setelah ucapan Zulfan, tampak cahaya berwarna putih terang menyoroti kobaran api itu.
Arwah Rey dan Najwa lantas tersenyum tipis ketika melihat Zulfan dari atas.
"Jaga diri kalian baik-baik. Semoga setelah ini, hidup kalian akan menjadi lebih tentram. Good bye, my friends."
Kisah tentang hal buruk dan baik dalam perjalanan hidup Rey kini sudah berakhir.
Lalu bagaimana dengan kisah kebaikan dan keburukan kalian?
.
.
.
.
"Rey ... Bangun Rey, udah siang ..."
"Lima menit lagi ..."
"Nggak ada!! Ayo bangun dan antar anakmu pergi ke sekolah. Sekarang juga!!"
"Naj, tadi malem aku begadang buat nyelesain novel. Aku mau tidur dulu, please ... ."
"Oho, mau tidur dulu ya? CEPET BANGUN REYZA ZILDAN!! APA KAMU MAU KEVIN NANGIS LAGI KARENA TERLAMBAT SEPERTI KEMARIN?!!"
Pria itu kemudian bangun dan mulai membuka mata.
"Morning Kiss, Sayang?"
"REY ZILDAN!! JANGAN MENGGODAKU SEKARANG, CEPETAN BANGUN DAN ANTAR ANAK KITA!!"
•••END•••
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top