Chapter 34
"Kejadiannya bermula ketika awal gue lulus SMP, Rey. Papah gue seorang ketua yayasan di sebuah sekolah swasta dan dia menyukai seorang murid di sekolah itu. Entah apa yang terjadi, tapi kemudian murid itu hamil dan yang bertanggung jawab atas semua itu adalah papah gue.
"Orang tua dari murid itu nggak terima, Rey. Mereka menuntut papah gue dan papah gue jelas aja nggak terima, Rey. Papah berusaha menculik murid itu, tapi papah justru terjebak dan tewas di tempat yang dia siapkan untuk jebakan.
"Mamah nggak bisa menerima kenyataan itu hingga akhirnya mamah sedih dan shock berat. Mamah mengurung diri sepanjang hari di dalam kamar, gue bingung harus apa waktu itu, Rey. Saat gue mendekat, mamah langsung marah. Waktu itu gue lihat mamah masukin serbuk ke dalam air, saat gue tanya itu serbuk apa, mamah bilang kalo itu hanya sebuah serbuk minuman biasa.
"Beberapa lama kemudian, gue lihat mulut mamah gue udah berbuih, mamah kejang-kejang saat itu, sampai kemudian mamah menghembuskan nafas terakhirnya. Gue adalah saksi mata ketika mamah gue bunuh diri, Rey."
Najwa tersenyum getir.
"Gue berpikir kalo semua orang di dunia ini nggak ada yang sayang maupun peduli sama gue. Setelah Tante Joe, mamahnya Ando bilang kalau serbuk yang mamah campurkan dalam minumannya itu adalah sebuah racun, gue punya niat buat ngelakuin hal yang sama dengan mamah, gue pengen bunuh diri juga dan gue pengen menghilang dari dunia ini, tapi setelah berpikir panjang, gue membatalkan niat untuk bunuh diri.
"Mungkin gue nggak punya seseorang yang sayang dan peduli sama gue, tapi gue masih punya diri gue. Ya seenggaknya gue sayang sama diri gue sendiri, karena kalau bukan gue yang sayang sama diri gue sendiri, siapa lagi yang bakal sayang sama gue, Rey," ucap Najwa panjang lebar.
Najwa kemudian menyeka air matanya yang turun, lalu kembali tersenyum. "Mungkin cerita gue ngak setragis cerita lo Rey, tapi seengaknya kita pernah sama-sama kehilangan. Meskipun kita punya cerita yang berbeda, tapi seengak nya kita punya rasa kehilangan yang sama, Rey."
"Menurut pengalaman gue, berlarut-larut dalam kesedihan itu bukanlah hal yang baik, justru lo bakal merasa tambah sakit, tapi kalau lo menyikapinya dengan cara bangkit dan ikhlas, maka rasa sakit itu akan sedikit berkurang, Rey"
"Tapi gue nggak bisa ngelupain semua ini, Naj."
"Gue nggak minta lo buat ngelupain semua ini Rey, gue cuma nggak mau lo berlarut-larut dalam kesedihan dan gue juga nggak akan ngebiarin lo sakit karena kesedihan itu Rey, gue siap buat nemenin lo buat bangkit. Ngomong-ngomong, setelah lo mendengar cerita hidup gue, apa lo ilfeel sama gue, Rey? Karena gue bukan anak dari keluarga yang baik-baik."
Rey menggelengkan kepala. "Apapun status lo, gue nggak peduli Naj. Hari ini gue baru sadar kalau cewek yang lagi duduk di depan gue ini adalah cewek yang super kuat. Gue nggak nyangka kalau cewek yang cantik dan selalu terlihat ceria ini pernah melewati banyak hal yang begitu berat."
"Tapi gue tetep nggak sehebat lo, Rey."
"Jangan merendah Naj karena itu akan membuat lo tambah sempurna di mata gue."
"Bisa aja lo, Rey!"
"Gimana cara lo supaya tetep bisa ceria dan sesantai seperti sekarang?"
"Sebenernya gue juga nggak sekuat yang lo lihat, Rey. Dulu setiap gue inget orang tua gue, rasanya tu kesel banget tapi kangen juga. Keluarga kecil yang dulunya penuh kebahagian eh malah hancur seketika. Gue berusaha buat nggak nginget kejadian itu lagi dan berusaha buat sibukin diri gue. Itu sangat berat, tapi akhirnya gue dapat nglewatin masa-masa itu."
Tanpa disadari, Rey tersenyum haru ketika mendengar penjelasan Najwa.
"Naj, gue suka sama lo," ucap Rey tiba-tiba.
Najwa terkejut, tapi pipinya merona. "Makasih Rey karena setelah lo bilang hal ini, gue merasa kalo selama ini cinta gue nggak bertepuk sebelah tangan. Thank you so much, Rey."
"Karena kita sama-sama suka, lo mau nggak kalo kita resmiin aja hubungan kita?"
"Pacaran maksudnya?"
"Gue sebenarnya nggak mau pacaran gue maunya langsung nikah!"
Najwa sedikit terkejut mendengar penyataan Rey.
"Kenapa? Nggak mau, ya?" tanya Rey saat melihat Najwa terkejut.
"Kalo lo yang minta, mana bisa gue nolak," ucap Najwa sambil tersenyum haru.
Najwa beranjak dari duduknya, lalu melepas cincin pemberian Kevin yang masih tersemat di jari manisnya. Ia kemudian melempar cincin itu ke dalam danau.
"Naj, tapi gue belum bisa kasih lo cincin."
Najwa menggelengkan kepala. "Udah ngak papa, kok! Lo tau? Gue denger lo suka sama gue aja, gue dah seneng banget."
Rey mengelus rambut Najwa. "Tapi gue bisa kasih sesuatu. Naj, tutup mata lo sekarang."
Najwa pun menuruti perintah Rey untuk menutup matanya hingga sebuah kecupan pun mendarat di keningnya.
"I love you, Rey," ucap Najwa sambil memeluk Rey dengan erat.
"I love you too, baby," balas Rey.
Hari semakin larut dan mereka berdua pun kembali ke apartemen dengan penuh rasa cinta.
"Naj, lo udah tau soal zildan?" tanya Rey ketika mereka sedang menuju ke Apartemen.
"Iya udah kok, kenapa Rey?"
"Berkat adanya Zildan mungkin beberapa masalah teratasi, tapi gue pengen jadi diri gue seutuhnya, gue pengen menyelesaikan masalah gue bukan karena kepribadian lain dari gue."
"Yaudah, nanti kita cari cara supaya lo jadi Rey Zildan Brasdan seutuhnya."
"Udah tau nama panjang gue, Naj?"
"Hehe ... Iya dong!"
"Naj, gue emang belum pernah pacaran sama sekali, tapi yang gue tau, kalo orang pacaran itu ngomongnya pake aku kamu, terus pake panggilan kesayangan juga. Itu sih, yang gue lihat dari Ando dan pacarnya dulu."
"Jadi, lo mau kita ngomongnya pake aku kamu terus pake panggil kesayangan?"
"Iya aku maunya gitu, biar nggak kalah sama Ando, pfft," canda Rey.
"Ya udah, ayo!"
"Ke mana?"
"Kita pake panggilan aku-kamu, Sayang."
"Ohhh, kirain ke KUA."
"REY!!" teriak Najwa karena gemas dengan tingkah Rey yang selalu membuatnya salah tingkah.
Rey tertawa lebar dan terus meledek Najwa sampai di apartemen.
Ketika sudah sampai di apartemen, mereka berdua dikejutkan dengan kehadiran Ansabella di depan pintu masuk.
"Rey, besok kita akan pulang ke asalmu. Aku akan datang ke sana untuk mengambil kedua Robot AI milik Ririn. Kedua robot itu akan aku nonaktifkan dan setelah itu aku juga akan memberitahukanmu sebuah hal. Ya sudah, itu saja Rey. Aku akan segera kembali ke laboratorium."
Rey menatap kepergian Ansabella yang kali ini terlihat sangat janggal.
"Rey ..."
Rey menoleh ke arah Najwa.
"Mata Ansabella berpendar orange dan aku baru pertama kali melihatnya. Kejar dia sekarang, Rey. Aku yakin kalau sekarang dia sedang memendam sesuatu. Pergilah dan tanyakan hal itu padanya." ucap Najwa khawatir.
Rey lalu mengangguk dan meninggalkan Najwa di depan pintu apartemen.
*****
Bersambung....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top