Chapter 23

"Maafin gue teman-teman, bukannya gue berkhianat pada kalian. Keadaan membuat gue harus melakukan hal ini," ucap Ara lirih.

Ara baru saja selesai untuk memasang rantai di pintu masuk rumah tua yang teman-temannya kunjungi. Ia kemudian meletakkan ransel yang berisi ponsel dan makanan yang dibawa di depan pintu.

Ara lalu mengambil gelang milik Najwa dari kantong dan menekan tombol berwarna ruby, kemudian memejamkan matanya dan membisikkan sesuatu.

"Aku ingin pergi ke masa depan, tempat di mana keberadaan Kevin dan teman-temannya," bisik Ara.

Hal ajaib terjadi ketika Ara sudah selesai merapalkan keinginan. Lubang hitam yang dulu sering ia lihat di TV dan bisa digunakan untuk teleportasi, kini muncul tepat di hadapannya.

Ara masuk ke dalam lubang hitam dan dengan cepat juga, dia pergi menjauhi Najwa serta yang lain. Gadis naif itu tak menyadari bahwa lubang pintu masih terbuka sedikit dan hal itu mengakibatkan keempat temannya yang ada di dalam, tahu semua hal yang dia lakukan.

"Apa kalian bisa membaca pikiranku? " tanya Najwa pasrah.

Naura, Ando, dan Zulfan mengangguk secara bersamaan.

"Kenapa Ara ngelakuin hal ini pada kita semua? Kenapa dia berubah jadi cewe yang kayak gitu?" gumam Naura dengan mata yang berkaca-kaca.

Najwa tak berkata apapun dan memilih untuk mendekap sahabatnya. Naura adalah seseorang yang santai dan sederhana, namun jauh lebih sensitif daripada Najwa dan hal itu yang bisa Ando dan Zulfan lihat sekarang.

"Apa ini karena ucapan gue di taman tadi pagi?" ucap Ando tiba-tiba.

Najwa, Naura, dan Zulfan, langsung menatap tajam Ando.

"Ucapan apa yang lo maksud, Ndo?" tanya Najwa.

Ando menatap Najwa dengan prihatin, lalu menarik napas panjang sebelum menceritakan tentang pengakuan cintanya untuk Naura pada Ara. Dia sudah banyak mengenali sifat gadis-gadis yang telah menjadi kekasihnya, kebanyakan dari mereka akan berakhir dengan permusuhan, saat ia memacari salah satu dari mereka dengan cara yang terang-terangan. 

Contohnya saja Vania dan Vera, keduanya dulu memiliki hubungan persahabatan yang erat. Namun, saat Ando datang dalam kehidupan mereka, keduanya berakhir dengan persahabatan yang telah berganti menjadi permusuhan. Ando dekat dengan Vania, tapi dia justru menggunakan kedekatan itu untuk mendekati Vera.

"Ndo, udah gue bilang berkali-kali, jangan ngelakuin hal yang sama dengan yang lo lakuin pada Vania dan Vera. Please, kali ini lo bahkan udah ngancurin hubungan persahabatan Ara dan kedua temennya. Gue nggak ngelarang lo buat suka dengan Naura, tapi kenapa lo musti bilang pada Ara? Lo sendiri udah denger pengakuan dia pas putus dengan pacarnya. 

"Ndo, lo bukan sekali dua kali berurusan dengan perasaan cewe, tapi kenapa sekarang lo lakuin hal gila ini lagi pada sahabat dari sepupu lo? Gue bingung, harus marah ato sedih dengan kebodohan yang telah lo lakuin," ucap Zulfan panjang lebar.

Ando menatap Zulfan dengan perasaan kesal. "Gue nggak tau kalo Ara akan ngelakuin hal gila seperti ini, Fan. Gue hanya sedang jujur waktu itu, gue nggak mau Ara berharap lebih pada gue. Ya, gue tau kalo dia suka dengan gue, sejak dia lihat gue untuk pertama kalinya di terminal. Tapi, Fan, gue sedang mencoba untuk merubah diri gue. Lo tau persis kisah percintaan gue yang kayak drama itu.

"Lo tau sendiri kalo gue kagak pernah nolak orang yang suka dengan gue. Mungkin ya, hanya dengan Vania dan ini gue lakuin lagi pada Ara. Gue juga ingin bisa, Fan, buat menjalin cinta dengan orang yang gue sayang. Gue ingin bahagia juga, Fan."

Naura meneteskan airmatanya ketika mendengarkan perdebatan antara Zulfan dan Ando. Gadis itu kemudian menatap Najwa dengan wajah yang terlihat menyedihkan.

Najwa mengangguk, lalu melepas pelukannya pada Naura dan mencoba untuk merenggangkan sendi-sendi nya yang terasa kaku. Sudah lama sekali, gadis itu tak melakukan hal gila semacam ini sejak lima tahun yang lalu.

Najwa meniup kepalan kedua tangannya secara pelan, lalu mengambil ancang-ancang untuk melayangkan pukulan pada kedua pemuda yang ada di hadapannya.

Hanya dengan dua pukulan tepat di wajah kedua pemuda itu, senyum miring Najwa pun muncul.

"SUDAH CUKUP HIDUP GUE YANG BERANTAKAN KARENA KELAKUAN KEVIN DAN SEKARANG KALIAN JUGA MENAMBAHKAN BEBAN PADA KEHIDUPAN GUE?!! KALIAN INGIN MATI, HAH?!!"

Teriakan Najwa terdengar menggema di rumah tua itu. Sementara Ando dan Zulfan mengusap darah segar yang keluar dari sudut bibir setelah Najwa menonjok mereka berdua.

"Lo masih aja belum berubah ya, Naj. Gue kira ssshh setelah pulang dari zaman robot, lo bakal berubah," gerutu Ando.

"Mau gue tambah lagi?"

Ando terkejut dan buru-buru menggelengkan kepala. Dia tahu persis tentang kemarahan Najwa, jika anak itu sudah menghajar seseorang, tentu saja ia tak mau merasakan yang lebih parah dari ini. Satu fakta lucu yang terdengar aneh bagi orang banyak namun tidak untuk Ando, walau Najwa tak segan-segan untuk memukul orang, dia hanya akan melakukan hal itu, jika orang lain yang dia sayang disakiti. Aneh tapi nyata, Najwa bahkan tak akan melakukan kekerasan, jika hanya untuk dirinya sendiri.

"Ndo, sepupu lo kok kayak macan gini? Gue kira dia itu cuma galak, tapi ternyata keras juga," bisik Zulfan.

Bisikan Zulfan terdengar sampai di telinga Najwa dan membuat kaki pemuda itu harus diinjak oleh sepatu gunung yang Najwa pakai.

"Auu ... Sakit, Naj ssshh, kenapa lo malah injek kaki gue?" keluh Zulfan reflek.

Naura tertawa lebar, ketika sudah melihat orang-orang yang berdebat karena dirinya telah mendapatkan balasan dari Najwa.

"Lo udah mendingan, Nau?" tanya Najwa dengan khawatir.

Naura tersenyum dan menatap Najwa dengan terharu. "Makasih, Naj, karena lo, perasaan gue jadi rada mendingan. Maafin gue ya, karena gue, persahabatan kita dan Ara jadi berada di dalam sebuah masalah, sampe kayak gini. Maaf ya, Naj," ucapnya sembari memeluk Najwa dengan erat.

Najwa menepuk bahu Naura, ketika gadis itu menangis sesenggukan. "Udah, udah, jangan nangis lagi, Nau. Ini bukan salah lo, mau bagaimana pun, itu hanya karena kesalahpahaman saja di antara kalian. Semuanya pasti akan baik-baik saja," ucapnya sambil menenangkan Naura.

Naura melepas pelukan, lalu menatap Najwa dan menggelengkan kepala. "Gue tau Ara kayak apa, Naj. Sekali dia menyukai sesuatu, dia bisa berubah menjadi orang yang over. Dia itu lebih sensitif dari gue, Naj. Lo masih inget tentang dia sebelum gabung dengan kita dulu, 'kan?

"Dia bukan juga tipe orang yang mudah untuk memaafkan seseorang. Gue takut dia bakal ngelakuin hal yang lebih buruk dari ini. Gue takut, dia kembali lagi menjadi Ara yang dulu, si ambisius yang melakukan cara-cara gila untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Gue takut ... ."

Najwa menghela napas dan pikirannya seketika terlempar ke masa lalu untuk beberapa saat.

Apakah mungkin, jika Ara yang dulu akan kembali lagi?

*****

Bersambung....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top