Tiga Puluh


"Mau coba?" Rista menatap gadis itu semangat, Misa sedari tadi memperhatikan dirinya yang sedang meratakan liptint pada bibirnya.

Misa buru-buru menggeleng, dia tidak pernah memakai yang seperti itu, pasti akan terlihat aneh padanya.

"Ayo dong coba, kamu pucat banget loh Sa." Tangan Rista bergerak menyentuh wajah Misa. Putih sekali, kalau saja alis dan rambut Misa tidak hitam, Rista akan percaya saja kalau gadis itu bilang dia seorang Albino.

"Takut ga cocok." Misa masih menggeleng menolak, jelas sesekali gadis itu juga ingin mencoba. Tapi rasa tidak percaya diri membuatnya mengubur keinginnanya dalam-dalam.

"Cocok pasti, tipis-tipis aja, karena bibir kamu ga gelap jadi pasti bagus-bagus aja." Rista menatap wajah gadis itu berbinar. Ah, Misa tanpa riasan saja sudah secantik ini. 

Menyentuh bibir gadis itu, Rista mengurutkan dahinya, kering sekali.

"Kering banget, bentar deh." Gadis itu merogoh tasnya, mengeluarkan pelembab bibir dari sana.

"Coba ya, sekali ini aja. " Mata gadis itu menatap dalam memohon. Mengedip-ngedip merayu Misa.

Ragu Misa mengangguk, senyum Rista langsung terbit. Gadis itu membuka pelembabnya, mengambil sedikit dengan jari telunjuknya.

Mendekatkan wajahnya dengan Misa cewek itu tertawa menatap wajah Misa yang kaku. "Bukan racun loh Misa, astaga kamu ga bakal mati."

Misa tersenyum canggung sadar dia memang sedikit takut, berlebihan.

Rista mengoles pelembab itu pada bibir Misa. kemudian mengoles tipis lip tint diatasnya.

Mundur cewek itu menatap wajah Misa dengan senyum lebar.

"Tuh kan cantik!" Rista tertawa bangga. wajah gadis itu semakin terlihat hidup. tampak cukup kontras dengan kulit putih pucatnya, namun tetap terlihat bagus.

Misa menutup wajahnya malu, apa memang cocok?

"Misa!" Suara dari depan pintu kelas membuat kedua cewek itu menoleh. Arys disana dengan seragam basketnya dan rambutnya basah oleh keringat.

"Sudah selesai?" Misa bertanya halus. Cowok itu mengangguk berjalan mendekat menyadari sesuatu yang berbeda dengan Misa hari ini.

"Rista kamu udah kenal Arys?" Misa menoleh pada cewek didepannya itu.

Cewek itu menggeleng. "pacar kamu ya?"

Wajah Misa memerah, namun tidak menjawab.

"Keliatan jelas banget sih, ihh aku nggak nyangka. Aku pikir kamu masih polos-polos imut." Cewek itu mencubit pipi Misa pelan, gemas mungkin.

"Kamu pakai lips stick?" Arys menarik asal kursi disekitarnya, duduk dimeja samping Misa. Merasa cukup terganggu dengan keberadaan orang lain diantara mereka.

Arys tidak ingat cewek itu dikelas Misa, atau dia yang lupa? Yah, dia cenderung mengabaikan hal tidak penting.

"Itu liptint, cantik kan?" Rista menjawab antusias, menatap wajah Misa yang semakin terlihat hidup. terlebih saat kedatangan cowok itu dikelas ini.

"Cantik." Mengangkat wajah Misa dengan tangan kanannya, tatapan cowok itu tampak dalam dan lembut.

Wajah gadis itu, wajah Rista memerah. tatapan cowok itu pada Misa entah kenapa membuat gadis itu ikut memerah.

"Mau makan siang?" Misa melirik jam dinding kelas, sudah jam makan siang.

Arys mengangguk, bangkit yang diikuti oleh Misa.

"Rista mau ikut?" Ajak Misa memberanikan diri, cewek itu tampak baik pada Misa, setiap hari disekolah Rista selalu mengajak cewek itu berbicara

Wajah Rista mendongak, alisnya naik sebelah kemudian menggeleng.
"Aku mau dikelas aja."

Apa-apaan, begitu Misa dan cowoknya keluar dari kelas, Rista menghela nafas lega. Sejak kapan? Dia bahkan tidak sadar dia menahan napas sejak cowok itu masuk dengan aura mengesakan dan menekan itu.

Terkekeh sendiri, senyum di wajah Rista melengkung tipis. Dia ingat dia memang sudah diperingatkan oleh teman-teman baru dikelas ini tentang cowok yang selalu ada disebelah Misa itu. Tapi siapa yang menyangka akan semenekan itu.

Dan bagaimana gadis sepolos, sepenakut Misa begitu tenang terus berada disamping orang itu?

Apa dia bodoh?

------------

Alis Arys naik, Misa terus melirik bayangan wajahnya dikaca. Sesekali menyentuh bibirnya.

"Cantik banget loh." Arys terkekeh, yah Misa dengan riasan memang lebih cantik.

Wajah gadis itu memerah malu. Menyembunyikan wajahnya di lengan Arys, dia ketahuan curi-curi pandang ke jendela kelas. 

"Kau keluar gak nanti? Beli buat kamu." Misa mendongak panik.

"Nggak nggak jangan, gausah." Gadis itu menolak buru-buru. Arys sudah terlalu baik, dia tidak mau dianggap cewek matre kemudian ditinggalkan Arys nantinya.

"Yah, padahal pengen ngedate." Arys menghela nafas.

"Kan kemarin udah." Misa mendongak, membuat keduanya saling berhadapan.

"Ya terus kemarin kan kemarin, hari ini bedalah." Arys duduk dibangku kantin, di ikuti Misa disampingnya.

"Jadi ngedate ya, ya."

Misa tertawa. Arys menatap cewek itu dengan mata memohonnya. Anak siapa ini?

"Terserah kamu." Misa mengangguk pasrah, dia tidak akan bisa menolak keinginan Arys.

Seseorang menghampiri merka. "Rys lo mau gue pesenin gak?"

"Ah, iya mie ayam dong dua sama es jeruk. Thanks ya Bro." Balas cowok itu ramah.

Misa menyadari satu hal, Arys tidak pernah memesan apapun sendiri. Selalu ada yang menawarkan diri untuk memesankan cowok itu makan.

Ah, Aryskan pria baik, pikir Misa. Jelas banyak orang yang ingin dekat dengan cowok itu.

"Yang dikelas tadi, kok aku gak kenal?" Arys memainkan rambut gadis itu. Memikirkan tentang cewek asing yang tidak ia kenali dan tidak mengenal Arys.

"Rista? Temen baru. Pindahan." Jawab Misa berbinar. Arys mengangguk tampak paham.

"Baik? Dia ga mainin kamu kan?" Arys bertanya serius ada nada khawatir disana membuat Misa tersenyum. 

"Baik, dia baik banget." Mata gadis itu berbinar. Mengingat Rista kah?

Menyandar kebelakang Arys melirik orang-orang yang berjalan dibelakang mereka. Dengan sengaja menggerakan lengannya tiba-tiba membuat seseorang yang tengah membawa pesannanya terkejut. Menumpahkan Mie ayam itu langsung kearah Misa.

"AAAaah!" Misa berseru terkejut. mie ayam itu tumpah ke pahanya. Cewek itu spontan berdiri

"So-sorry Rys Sorry. "Cowok itu panik. hari sial untuknya, semoga dia tidak pulang dalam keadaan bonyok hari ini.

"Lu nggak sengaja kan? Yaudah sana ga papa." Arys menarik Miss menjauh.

"Perih?" Arys mengeluarkan es dari lemari es UKS.

Misa mengangguk mata gadis itu tampak berkaca-kaca. Arys mendekat dengan baskom berisi air dingin dan salep luka bakar.

Cewok itu berlutut, tampak telaten merawat warna merah di paha Misa.





Mata itu menatap dengan alis terangkat, oh drama apa yang baru saja ia nonton. Bersembunyi dibalik senyum itu. Apa sebenarnya yang dipikirkan cowok itu? Sangat jelas gadis itu melihat, Arys sengaja menyenggol cowok malang yang membawakannya pesanan tadi.

Dan lihat sekarang, dengan telaten merawat luka yang ia ciptakan dengan sengaja?

Gadis itu benar-benar bodoh ya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top