Tiga


Misa menunduk, mencengkram buku di dadanya erat. Memperbaiki letak kacamata kotaknya yang turun karena jalan sambil menunduk. Dia tidak berani mengangkat kepalanya, cewek itu penakut dan mudah ditindas. Jadi yang bisa dia lakukan hanyalah menunduk menghindari masalah dari siapapun didekatnya.

Cewek itu tidak tenang, setelah kejadian kemarin, entah apa yang akan terjadi padanya hari ini. Mejadi target bully dari orang khasta menengah saja sudah sangat menyiksa baginya.

Arys dibelakang gadis itu, menatap cewek itu dengan senyum yang ia tutup dengan jari telunjuk. Aaahh, bahkan ketika dari belakang seperti ini miliknya sudah terlihat begitu manis, rapuh dan membutuhkan seseorang untuk menjaganya.

Misanya tidak menyadari kehadiran cowok itu, cewek itu sibuk melangkah berusaha tidak melakukan apapun yang dapat menarik perhatian orang-orang disekitarnya.

Arys menarik lengan salah satu siswa yang berjalan di lorong, tersenyum kearah cowok yang buru-buru menunduk ketika tahu siapa yang menariknya.

"Maaf~." Arys mendorong siswa itu kearah Misa, membuat tubuh Misa terdorong kedepan, jatuh bersamaan dengan buku-buku yang berhamburan dilantai.

Dia tidak mengangkat kepalanya, berusaha bangkit dari posisi jatuhnya, Arys memperhatikan semuanya dengan senyum keji.

Melangkah santai kearah Misa yang berusaha mengumpulkan bukunya secepat yang ia bisa.

Arys membantu cewek itu mengumpulkan buku-bukunya, membuat Misa mengangkat kepalanya terkejut. Menatap terpaku kearah Arys yang sibuk mengumpulkan buku-bukunya.

Arys menyerahkan buku-buku itu pada Misa, mereka bertatapan selama beberapa detik sebelum Misa menunduk menatap buku yang disondorkan cowok itu padanya.

Tangan cewek itu bergetar, jari-jarinya berubah dingin hendak mengambil buku yang disondorkan Arys, hingga cowok itu menarik buku Misa kearahnya, membuat tangan Misa menggantung begitu saja diudara.

Misa benci dirinya sendiri, dia merasa dipermainkan. Ini bukan pertama kalinya ada orang yang pura-pura menolongnya dan malah mempermainkan cewek itu.

Misa benci karena dia selalu jatuh kedalam lubang yang sama berkali-kali, bukan karena dia tidak melihat atau tidak mau menghindari lubang tersebut. Misa hanya tidak punya cukup keberanian.

"Buku lu banyak juga, pasti berat." Misa menahan nafasnya ketika suara Arys terdengar, cowok itu mengambil buku-buku yang sudah lebih dulu Misa kumpulkan. Berdiri kemudian menyodorkan tangannya untuk membantu gadis itu.

Misa menatap tangan itu lama, ragu-ragu antara menerima atau menolak tangan si raja sekolah. Sadar, dirinya menjadi tontonan Misa mengulurkan tangannya takut-takut. Arys meraih tangan dingin Misa lebih dulu, menarik si gadis berdiri.

Dia tersenyum, memamerkan senyum menawan yang membuat siapa saja yang melihatnya menahan nafas.

"Yuk, ke kelas lo." tidak ada yang berkomentar, semuanya menonton adegan aneh itu tanpa suara. Merasa heran juga terkejut akan perubahan seorang Arys.

Arys sang raja yang bahkan membully siapapun tanpa pandang bulu itu membawakan buku dari seseorang cewek target Bully.

Misa berjalan dibelakang Arys, menunduk dengan jantung berdebar keras memikirkan apa sebenarnya rencana cowok itu, apa yang dia inginkan?

Memasuki kelas yang sama saat Arys membawakan Misa makanan, semua mata mulai memandang cewek lemah itu penuh tanya.

Misa terdiam, membuat Arys ikut diam didepan kelas. Mata cowok itu bergerak menatap sebuah bangku yang diduduki oleh seorang siswi yang dengan cuek memperbaiki make upnya yang berlebihan.

Arys tersenyum, mengacak surai gadis yang tidak berdaya itu dengan lembut, berjalan kearah bangku tempat gadis make up tadi.

Menatap si cewek dengan senyum ramah. "Lu ada keperluan sama gua?" cewek itu bertanya gelagapan. Memperbaiki posisi duduknya agar terlihat lebih anggun.

Kaki Arys terangkat, kakinya mendendang kursi yang diduduki si cewek dengan sadis, cewek make up itu jatuh bersama kursi yang ia duduki.

Bangkit dari posisi jatuhnya, gadis itu memandang Arys dengan tatapan ketakutan.

"Minggir." tubuh cewek itu menenggang terintimidasi, tatapan mata Arys membuat seluruh tubuhnya bergetar ketakutan.

Arys menaruh buku-buku Misa keatas meja, melempar begitu saja peralatan make up yang memenuhi meja Misa.

Menarik kursi yang tadi ia jatuhkan, kemudian menoleh menatap Misa yang berdiri terpaku didepan kelas.

"Misa~." Arys tersenyum manis, menatap cewek itu dengan lembut.

"Sekarang lu bisa duduk."

Misa mendekat, terkejut dengan apa yang ia lihat.
Arys membiarkan cewek itu duduk. Menatap seluruh anggota kelas dengan senyum mengintimidasi, "kalau sampai gua cek kesini, ada lecet sedikit aja dikulit dia. Lu semua~,"

"Mampus."

💮💮💮

Misa menunduk dalam, tidak berani mengangkat kepalanya ketika seluruh atensi murid kelasnya mengarah padanya.

Jari-jari gadis itu dingin, mencengkram rok seragamnya dengan gugup.

"Misa." Gadis itu terlonjak ketika suara Adel, salah satu cewek yang suka membullynya terdengar. Bel istirahat berbunyi beberapa menit yang lalu. Dan tidak ada seorangpun dikelas itu yang mau keluar.

"Lu sedekat apa sama Arys?" Misa diam, dia tidak tahu harus menjawab apa. Dia dan Arys tidak pernah berbicara satu sama lain sebelum ini.

"Kalau ditanya jawab, lu mendadak bisu?!" Adel menggebrak mejanya kasar, membuat suara gebrakan itu terdengar keras karena suasana kelas yang hening.

Misa mencengkram roknya semakin erat, dia ketakutan setengah mati. Menunduk bersiap menjatuhkan air matanya.

"Kenapa gak tanya langsung ke gua aja?" seluruh atensi kelas teralihkan. Dia disana, cowok yang mebuat Misa masuk kedalam masalah lainnya.

Arys berjalan mendekati gadis yang menunduk dalam itu. Membuat Adel mau tidak mau mundur, dari pada mati dibunuh oleh sang Raja, lebih baik dia cari aman saja.

Arys mendongakkan kepala Misa dengan lembut, beradu pandang dengan manik berair yang siap menangis dalam satu kedipan mata.

Mendekatkan wajah mereka. "Gua sama Misa itu teman."

Blank, Misa terdiam, terkejut dengan pengakuan Arys yang tanpa dasar itu.

"Ayo!" Tangan Misa ditarik hingga berdiri, Arys membawa gadis itu keluar dengan lembut, membawanya menjauhi orang-orang yang masih  terpaku karena pengakuannya.

Begitu keluar Misa mengentikan kakinya, membuat Arys ikut berhenti dan berbalik menatap gadis itu penuh tanya, "kenapa?"

Misa menarik nafasnya, berusaha keras mengumpulkan keberanian untuk mendongak  menatap Arys.

"Kamu mau apa?" Alis Arys naik keatas, tertawa kecil mendengar pertanyaan cewek itu.

"Akhirnya lu ngomong juga," ujar cowok itu mengacak poni Misa lembut.

Menunduk membuat wajah mereka sejajar.

"Kan tadi udah gua bilang, gua mau jadi teman lu."

Mata gadis itu berkilat bingung, memamerkan raut polos yang membuat Arys ingin berteriak tidak tahan.

"Jadi mulai sekarang, jangan malu-malu sama gua~,"

"

Karena sekarang gua temen lo."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top