Dua Puluh Lima
"SPADAAA!!"
"BRISIK SETAN!" Arys membentak murka, duduk santai diruang tamu cowok itu menatap tajam Avell yang datang dengan muka tanpa dosa.
"Ngegas kau Abang." Avell mengerucutkan bibirnya, tidak tersinggung apalagi marah. Saling membentak dan bergulat dengan Arys bukanlah hal baru.
"Gausa teriak-teriak Misa lagi tidur." menghela nafas, wajah itu kembali normal.
"Eh, ngapain?" Avell mendekat, menatap bingung kearah Avell.
Hari ini Arys bolos sekolah dengan berkedok surat sakit. Dasar cowok itu benar-benar ingin terlihat tanpa cela.
"Cihh, dasar bermuka dua." Avell memaki dalam hati. Padahal dia sehat sehat saja saat berangkat dari rumah tadi pagi, sekarang saja dia sedang berbaring santai disofa ruang tamu.
"Jangan ganti baju dikamar, Misa tidur ditempat tidur gua."
"Lah terus gua ganti baju dimana?" Avell memasang wajah sok imut, menatap Arys dengan tatapan polos.
"Lapangan merdeka, setan lo pikir ruang kosong dirumah kita ada berapa."
Avell tertawa lebar, berlari masuk kedalam. Arys itu jarang ngegas, kecuali ketika berbacotan dengan dirinya.
Entah karena mereka sudah benar-benar dekat, mulai dari lomba lari menuju sel telur sampai saat ini. Yah mereka bahkan belum pernah tidur didalam kamar yang terpisah, meski tempat tidurnya tetap berbeda.
Masuk dengan hati-hati, sosok cewek yang tengah tidur dengan selimut tebal itu tampak mencolok dikamar mereka, mengambil beberapa pakaian dari lemarimya, Avell melangkah menuju kamar mandi, ayolah yang penting tidak satu ruangan bersama Misa,'kan?
Keluar dari kamar mandi, gadis itu masih tidur. Penasaran Avell mendekati tempat tidur Arys, meneliti wajah pacar dari Abang Setannya tersebut.
Cantik, yah Misal itu cantik. Wajah dan tubuhnya mungil. Tipe-tipe yang sering tersiksa difilm-filim Indosiaran. Jelas berbeda jauh dengan Caranya, Cara dengan tubuh cukup tinggi, kulit sawo matang namun tetap cerah, juga wajah yang memiliki aura pemberontak. Caranya tidak secantik Misa memang, Caranya manis, membuat wajahnya tidak bosan ditatap berlama-lama.
Kelopak mata putih pucat itu bergerak, mengerjap-ngejap menyesuaikan cahaya yang masuk dimatanya. Selesai makan bubur tadi siang dia tertidur.
sosok buram menutupi pandangannya, mengerjap berkali-kali Misal berusaha memperjelas pandangannya.
Wajah putih pucat itu semakin, pucat, reflek mundur menjauhi sosok yang menatapnya lekat.
Itu Avell.
Dia adalah sosok kebalikan dari jiwa malaikat Arys, dia sejahat Iblis, atau mungkin saja benar-benar seorang iblis.
"Ah, selamat pagi, eh sore ding." cowok itu nyegir lebar, menatap humor kearah mata gadis yang tidak berhenti bergerak tidak fokus sekaligus horror.
Avell mengendikkan bahunya, yah Misa bukan satu-satunya orang yang menatap Avell seperti itu.
"Lo pacar Abang gua kan? Yah meski gua gak sudi manggil dia abang, secara beda kita cuma 3 menit. Wishh, emak gua emang strong." Misa mengerjap, apa?
Apa dia masih bermimpi, kenapa cowok seperti Avell berbicara santai dengan nada bersahabat dengannya?
"Gua Avell, gua rasa lo udah tahu sih, secara siapa gitu yang gak kenal gua, dan lo pasti Misa kan?" Avell nyengir, menyodorkan tangannya kearah Misa.
Tangan itu gemetar, perlahan memberanikan diri membalas sondoran tangan Avell.
"Gua penasaran kenapa Arys mau sama lo." Avell menatap wajah Misa, mengerjap berusaha meneliti wajah itu. Misa menunduk, menghadapi Avell bukanlah sesuatu yang ingin dia hadapi dalam hidupnya.
"Gua ... gatau." suara gadis itu mencicit. Tampak benar-benar ketakutan.
"Hhhh, yah lu bener-bener selera si Setan sih, pe na kut." Misa mengangkat kepalanya, kata-kata Avell benar-benar menusuk hatinya.
"Untung ada Arys yak, kalau gak siapa gitu yang mau sama lu." senyum itu tampak begitu polos, seolah tidak masalah dengan apa yang baru saja dia katakan.
"Iya untung ada Arys." Misa mencicit,amg begitu adanya bukan. Siapa yang mau dengan hadis sepertinya. Senyum penuh sifat terluka tergambar jelas diwajahnya.
"Tenang aja, selagi masih ada Arys lo gak butuh siapapun. Jadi, jangan berusaha lari ok." Kepala Avell miring menatap Misa dengan sorot berbeda. Menyeramkan.
"Karena gua sama dia itu,"
"Gak jauh beda."
Tubuh Misa merinding. Suara pintu terbuka membuat Misa terkejut.
"Eh Abang, udah sembuh bang?" Avell tampak biasa saja, tidak sama sekali terganggu dengan tatapan penuh selidik yang dilemparkan Arys.
"Gua gak pernah sakit." suara Arys terdengar penuh penekanan, Avell benar-benar berusaha menahan tawanya.
"Loh, terus surat sakit tadi itu, boong ya?" Avell memasang wajah terkejut yang jelas-jelas dibuat-buat.
"Lo tau itu, kalian berdua, ngomongin apa?"
Arys masuk, berdiri melipat tangan mengirimi tatapan intimidasinya pada Avell. Meskipun sebenarnya tidak ada gunanya, faktanya Avell dan kedua orang tuannya adalah orang-orang yang kebal dengan tatapan Arys.
"Gua minta pendapat dia, kayaknya gua mau punya istri dua deh Bang, dan siapa tahu Neng Cantik tertarik."
"Avell, mau coba berantem pakai pisau lagi." sorot mata Arys berkilau menatap Avell dengan sorot seolah siap beradu fisik lagi dengan adik beda tiga menitnya itu.
"Gue sih hayuk aja Bang." Terkekeh Avell tampak tidak terganggu, yah mereka berdua memang pernah hampir membunuh satu-sama lain.
Avell bangkit, bergerak mendekati Arys. Beradu tatapan dengan sang kembaran, berusaha saling mengintimidasi.
"BERCANDA!!" Avell bergerak menarik Arys kedalam pelukannya, membuat Arys dan Misa yang menyaksikan adegan menyeramkan tadi terkejut.
"Sayang Abang." Avell berlari keluar, menutup pintu dengan bantingan kuat.
"SETAN HOMO!" Teriakan melengkapi Arys memenuhi kamar.
"Kamu bisa teriak begitu juga?" Misa melongo. Mulutnya terbuka tidak percaya. Arys yang selalu tenang ternyata memiliki sisi lain juga.
Arys mengaruk kepalanya yang tidak gatal, "yah, gua emang gak sesempurna itu sih."
"Nggak!" Arys terkejut, sangat jarang Misa menaikan nada bicaranya.
"Bagi aku kamu udah sempurna banget, untuk cewek secacat aku, kamu itu terlalu sempurna, bercahaya dan terlalu terang. "
"Kamu benar-benar sosok yang bertolak belakang." Arys terpaku. Tanpa sadar wajah cowok itu memerah.
Duduk didepan Misa, cowok itu menatap tajam wajah gadis itu.
"Kamu belajar gombal atau gimana." Arys tertawa, mencubit pipi tirus dengan warna seputih susu itu.
Arys turun, berbaring menjadikan paha Misa sebagai bantalan.
"Jangan bikin aku makin jatuh cinta begini, aku takut aku benar-benar gak bisa lepasin kamu nantinya."
Pintu kamar terbuka, tidak lebar namun cukup menunjukan separuh wajahnya yang mengintip.
"Anu, cuma mau titip pesan jangan sampai buat anak ya, kamar ini harus tetap suci."
"Mati Lo SETAN!!"
weyyy saya update wkwkkwkw. Setelah sekian lama, btw ada yg mau nanya nanya soal saya atau cerita ini? Mendadak saya lagi pengen aja. Wwkwkwkw
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top