Dua

Cara menarik nafasnya, tangannya tidak dapat bergerak berapakalipun ia mencoba menggerakkanya.

Jam berapa ini? Rasanya ia benar-benar sudah sangat lama berada disini.  Dia terikat, di dalam lemari yang biasanya berisi seprai dan selimut cadangan untuk tempat tidur uks. Lemari dengan ukuran cukup besar itu sekarang kosong, tangan Cara terikat ke atas dengan sebuah dasi yang ditalikan ketempat mengantung pakaian di atasnya. Posisinya yang duduk dengan punggung menyandar kebelakang lemari.

Cara menyandarkan kepalanya ke belakang dengan frustasi, dia sudah mencoba berbagai cara, mulai dari berusaha membuka ikatan sampai menendang-nedang pintu lemari dengan kakinya. Tapi pintu itu tidak terbuka. Apa lagi sekarang? Dia menjadi target bully? Dari seorang shadow yang tidak ada dalam tingkatan khasta menjadi salah satu dari the target?  Cara harus bangga!

Avell, cowok itu gila, setelah menjatuhkannya dari atas tempat tidur dengan cara mengangkat salah satu sisinya, kemudian ia menyeret tubuh Cara masuk kedalam lemari. Mengeluarkan isi lemari dengan asal kemudian mengikat Cara didalam sana, tidak lupa mengunci pintu lemari setelah itu.

“Sudah menyerah?” Tubuh Cara tersentak, terkejut karena suara Avell tiba-tiba terdengar. Cara pikir cowok itu sudah pergi, entah berapa jam setelah kejadian sekap menyekap tadi, dan pria itu benar-benar tanpa suara.

“Tapi jujur aja gua kecewa.”

“Gua pengen denger lu teriak minta tolong, dan lu bahkan tidak sama sekali mengeluarkan suara.”

“Lo gila!” seruan dari dalam lemari membuatnya tersenyum puas. Barbie baru memang penuh dengan semangat, mari lihat berapa lama dia akan bertahan sebelum hancur berantakan.

Cara tersentak menahan nafasnya, mataya membelalak lebar ke arah benda abu-abu berkilat dengan cahaya kecil yang menyusup melalui celah-celah cahaya.

Tepat didepan matanya, beberapa senti lagi sebelum benar-benar menyentuh bola matanya. Nafas Cara berantakan, matanya mengerjap dengan terkejut membawa kembali kesadarannya
.
“Ehhh? Tidak kena,’kah?” suara lain di luar sana membuat firasat gadis itu semakin tidak enak saja.

Tusukan-tusukan lain menyusul, melubangi pintu lemari dengam acak, membuat Cara berusaha lebih keras merapatkan tubuhnya ke ujung belakang lemari. Pintu lemari rusak parah, lubang-lubang besar tercipta membuat Cara dapat melihat apa yang terjadi diluar. Avell jongkok didepan lemari dengan kepala ia miringkan dalam posisi nyaman.

“Lu gak lecet sama sekali.” Avell tersenyum menis, terlihat puas menatap wajah pucat yang bergetar dengan pasrah, tidak dapat melakukan apapun. Tangannya melepaskan ikatan dasi yang menggantung tangan Cara dari tempat gantungan pakaian tanpa melepaskan ikatan tangan gadis  itu.

Cara menggerakkan tubuhnya cepat, membenturkan tubuhnya ke tubuh Avell yang hendak membawanya keluar, membuat Avell yang terkejut terdorong ke belakang. Cewek itu buru-buru bangkit dengan tangan terikat dasi, memutar kunci dengan secepat yang ia bisa kemudian keluar dari UKS terkutuk itu.

Gila! Avell benar-benar merasa puas, dengan wajah pucat itu, Caranya masih sanggup menubruk dan berlari darinya tanpa takut. Avell mengangkat tangannya, menutup senyumannya dengan jari telunjuk.

Ahhh, manis sekali! Avell benar-benar tergila-gila.

                                        ‘’’’’’’’’’’’’’’’

Cara menarik nafasnya, menggelengkan kepalanya kekiri dan kekanan mencoba menenangkan diri, mendekatkan bibirnya kearah ikatan dasi ditangannya, berusaha keras membuka ikatan kencang itu ditangannya.

Apa ini? Jangan katakan dia benar-benar menjadi target bully, dan astaga ini debutnya sebagai target bully, dan dia langsung menjadi target dari The Joker, si tukang bully nomor satu bersama sang kembaran.

Mungkin satu hal yang harus Cara sukuri adalah, kedua saudara kembar itu tidak pernah mebully satu orang yang sama, kalau berkelahi, Cara tidak tahu, tapi yang jelas mereka tidak pernah membully orang yang sama.

Ikatan dasi itu terlepas, ia tersenyum lega, menjatuhkan tubuhnya kelantai dengan lelah, bersandar pada tembok dengan nafas yang masih tidak beraturan. Sudah sore, dia harus pulang.
Cara bangkit, mengintip dari balik tembok, tidak ada siapapun. Cara masih ragu melangkah, seorang pembunuh ah tidak, orang jahat gila selalu muncul tiba-tiba. Dan Cara tidak mau mati hari ini.
Cewek itu melangkah pelan dengan waspada, menyiapkan kuda-kuda kalau saja tiba-tiba si orang gila itu muncul lagi.

Dan sampai Cara tiba diparkiran sekolah, Avell tidak muncul. Gadis itu menghela nafasnya penuh syukur. Kalau sudah sampai sini kemungkinan besar dia aman.

Cara berjalan menuju halte bis terdekat, ketika akhirnya bis yang ia tunggu tiba, Cara naik dan memilih tempat duduk paling belakang. Menyandarkan kepalanya ke jendela, ini akan menjadi salah satu dari hari terburuk yang pernah ia jalani.

‘’’’’’’’’’’

Cara tinggal disebuah apartement kecil dipinggiran kota, cukup jauh dari pusat kota dan lumayan tertutup. Sebenarnya jika bisa memilih Cara akan memilih apartement yang dekat dengan sekolahnya, sayangnya biaya perbulan apartement disekitar sana terbilang cukup mahal bagi cewek itu.

Mata gadis itu melirik kearah jam dinding. Sebentar lagi sang kakak pasti pulang, dia memang tidak tinggal sendirian. Tangan gadis itu bergerak lincah memotong berbagai jenis bahan makanan, menyiapkan berbagai jenis makanan memang bukan hal baru bagi Cara yang sejak SMP kehilangan kedua orang tuanya.

Suara pintu terdengar bersamaan dengan suara lemas yang Cara kenali. “Kami pulang!”

“PAPA!” dua lengan kecil melingkari kaki Cara dengan erat, gadis itu menunduk menatap seorang anak kecil yang tersenyum lebar kearahnya. Cara tersenyum mengkat balita berusia 3 tahun itu kedalam gendongannya. “Kaila, disana banyak teman!” balita kecil itu bercerita dengan suara imut.

Seorang wanita menyusul muncul dari balik pintu dapur, bibirnya pucat dengan kantung mata tebal, tersenyum lemah kearah Cara. Menarik kursi meja makan kemudian duduk disana. Cara menyiapkan segelas air dan menaruhnya didepan wanita itu.

“Minum dulu kak, makanannya sebentar lagi siap.” Cara tersenyum lembut kearah Kiara, kakak kandungnya. Wanita yang lebih tua 3 tahun diatasnya itu tinggal bersama Cara dengan putrinya.

Ya gadis kecil yang memanggil Cara PAPA itu adalah putri dari sang kakak. Sang kakak memiliki trauma buruk terhadap pria, Kiara merupakan korban bully dari beberapa kakak kelasnya ketika masih SMA dulu, dia dilecehkan kemudian hamil. Kiara hampir bunuh diri dan syukurnya itu tidak terjadi. Cara bisa gila kalau sampai satu-satunya kelurganya yang tersisa ikut meninggalkannya. Mengenai Kaila, Cara tidak keberatan sama sekali, gadis itu justru senang karena keluarganya bertambah Satu.

Panggilan papa yang Cara pakai itu akibat dari Kaila yang terus menerus menangis menanyakan ayahnya, beberapa kali bayi kecil itu hampir mati akibat membangkitkan kembali kenangan buruk ibunya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top