Delapan
Perasaannya tidak enak, cewek itu memegang tali tasnya erat, entah ini sudah minggu keberapa ia dibully, dan semuanya tidak sama sekali berkurang.
Semuanya malah semakin buruk, jika dulu yang membullynya adalah orang-orang iseng atau orang-orang yang membencinya. Sekarang ditambah dengan para cewek gila dari fans club Avell.
Cara mengutuk seragam basket itu dengan segala amarahnya.
Entah bagaimana, dengan mudahnya Cara melupakan kebaikan cowok itu karena telah meminjamkan seragamnya pada Cara.
Manusia, hanya satu kesalahan yang dibuat. Tapi seluruh kebaikan akan langsung terformat otomatis.
Tidak tahu diri memang.
Meski faktanya kebaikan Avell benar-benar sulit dihitung saking sedikitnya.
Cara masuk kedalam kelasnya, bola-bola kertas menyerang cewek itu, mundur beberapa langkah karena terkejut Cara buru-buru menjadikan tasnya sebagai pelindung wajah. Hanya kertas tapi tetap saja menimbulkan sedikit rasa sakit diwajahnya.
Memaksakan kakinya melangkah maju menuju mejanya. Cewek itu menghela nafas menemukan meja kursinya dalam posisi berantakan dilantai. Dia tidak mengangkat wajahnya, mengangkat meja kursinya.
Matanya kembali meredup menemukan coretan-coretan diatas mejanya.
'Cewek Gila gak tahu diri!'
'Lu pikir lu cantik!'
'Makanya tahu diri sekarang jadi target, mampus lu!'
'Belajar bikin ekspresi dulu sana!'
'Gausa sok malaikat, sok tabah lu!'
'Avell itu terlalu bagus buat lo!'
'Gausa gatel jadi cewek!'
Cara mengeluarkan tisu dari tasnya, mencoba menghapus tulisan-tulisan itu. Sebagian memang hilang tapi sebagian lagi mungkin memakai spidol permanen.
Menghela nafas lagi Cara duduk dengan pasrah, tidak memperdulikan beberapa wajah yang menahan tawa melihat reaksi cewek yang biasanya memasang wajah datar itu.
Beberapa diantara mereka pasti menyimpan kebencian pada Cara, Cara memang tidak begitu mirip dengan gadis-gadis cantik dibuku dongeng.
Kulitnya tidak terlalu putih, tidak juga coklat. Matanya lebar, tingginya lumayan, mata lebar dan tajam dengan hidung mancung dan bibir tipis.
Penampilannya yang tidak begitu feminim justru membuat cewek itu memiliki nilai kecantikan tersendiri. Dan semua itu membuat beberapa diantara mereka iri dan berakhir dengan membenci gadi itu.
Cara akan terlihat lebih manis lagi jika cewek itu mau tersenyum, hanya saja mungkin biaya tersenyum cukup mahal bagi cewek seperti Cara.
🌸💮🌸🕸🌸💮🌸
Nafasnya terengah, Cara merasakan sakit pada telapak tangan dan lututnya yang menghantam lantai.
Di keroyok, Cara memejamkan matanya. Kalau begini dia pasti hancur. Mengangkat wajahnya, cewek itu menatap tidak mengerti kearah beberapa cewek yang berkerumun didepannya.
Ratu.
Dia si Ratu sekolah, pemimpin gank-gank tukang bully paling besar untuk bagian cewek.
"Kemarin Arys sekarang Avell, gua gak ngerti deh. Apa semua orang dari kasta rendah udah pada gak tahu diri atau gimana."
Dia si Ratu yang menganggap siapa saja yang dia inginkan akan menjadi miliknya, faktor utama adalah uang dan yang kedua, dia cukup hebat dalam menindas. Mebuat para cewek yang bergabung bersamanya ikut terkena cipratan kekuasaannya.
Cukup banyak murid yang keluar karena si Ratu, entah itu cowok ataupun cewek.
Uang, uang, uang, semuanya kerena kertas itu.
Guru-guru disekolah ini benar-benar buta akan hal ini, entah bagaimana para pembully selalu berhasil menyembunyikan bukti. Membuat semua seolah-olah berjalan normal.
Ya, pernah ada kasus. Salah satu target mengadu kepada guru. Dan tidak ada bukti, pembullyan disekolah ini memang jarang berupa luka fisik, jarang bukan berarti tidak ada.
Ratu menggebrak meja dengan kasar, membuat suara gebrakan kuat.
Cewek penguasa itu maju kedepan, mendorong-dorong kepala Cara dengan jarinya. Hingga akhirnya Cara mengangkat jari itu, menghempaskan jari itu dengan kesal.
Ratu mengangkat alisnya, tersenyum miring menatap rendah Cara.
"Emang kayaknya, udah pada gak tahu diri sekarang."
Cara tahu hal buruk akan terjadi setelah ini, cewek itu bergerak cepat bangkit.
"Hancurkan target, gua gak peduli mau diapain." Cara menggerakan kakinya cepat. Rambutnya ditarik keras.
Mengaduh, cewek itu berusaha keras melepas jambakan itu. Meringis merasakan beberapa tendangan ditubuhnya.
Guyuran air membasahi tubuhnya yang sudah merasakan sakit akibat tendangan yang diterimanya.
Cara menarik nafasnya panik begitu tanpa sengaja ada air yang masuk kedalam hidungnya. Membelakan matanya ketika beberapa sepatu menginjak pergelangan kakinya, rasanya kulit pergelangan kakinya sobek karena hal itu.
Sebuah hantaman mengenai hidungnya, darah meluncur deras. Kepala Cara pening. Berusaha bertahan cewek itu mendorong tubuh-tubuh itu dengan tangan bergetar.
Berlari dengan susah payah menjauh, meninggalkan kumpulan pembully sadis itu dengan tubuhnya yang babak belur.
Berlari mendekati tangga menunju atap sekolah. Cara terjatuh, darah dari pergelangan kakinya bercucuran meninggalkan jejak darah disepanjang jalan yang ia lalui.
Sialan kepada rapat guru yang sedang berlangsung sehingga tidak ada yang melihat kejadian itu.
Cara jatuh berlutut, kakinya tidak sanggup lagi melangkah. Merangkak menaiki tangga dengan sisa tenaganya.
Avell tersenyum manis, duduk ditangga terakhir, menunggu si manis yang sedang berusaha.
Beberapa tangga lagi hingga Cara sampai dipuncak.
Cara terdiam menunduk, berlutut tepat dua tangga dibawah Avell. Cowok itu tersenyum manis, jari-jarinya mengangkat dagu gadis manisnya. Membuat kedua manik itu saling bertatapan lama.
"Lu gak bakal kaya gini kalau lu milih jadi milik gua."
"Gak bakal ada yang berani nyakitin lu."
"Gak ada yang berani nyentuh elu."
Cara menunduk, rasa panas dihati cewek itu membakar tubuhnya, semakin panas menyadari dia terlalu lemah hanya bahkan hanya untuk melawan.
"Bilang ke gua lu nyerah."
"Bilang ke gua, lu itu milik gua."
"Bilang siapa yang lu pilih, mereka atau gua?"
"Jawab Cara, lu milih mereka atau gua?" cairan hangat dari mata Cara akhirnya meleleh.
"Gua, pilih~," Cara tersendat, dengan air mata cewek itu menatap benci kearah Avell.
"Lo."
Senyum keji Avell melebar, tersenyum puas menghapus air mata gadis itu. Avell tidak memaksa cewek itu, dua memberikan pilihan, dan akhirnya sang Barbie memilihnya.
"Doa gua akhirnya terkabul juga."
🕸🕸🌸🕸🕸
Avell melangkah turun dengan santai, setelah membereskan kekacauan yang terjadi pada tubuh Cara, cowok itu langsung membawa gadis itu turun, menggendong tubuh cewek manisnya dengan bangga.
Wajahnya miring menatap jejak darah dilantai. Dia akan memanggil beberapa orang untuk membereskan darah itu secepatnya.
Begitu turun dari tangga semua mata menatap kedua orang itu dengan mata membelalak.
Menatap beberapa cowok, menunjukan atap dengan tatapannya yang langsung diangguki beberapa cowok itu.
Avell membawa Cara kedalam kelas cewek itu sendiri santai, menatap tajam kearah semua orang yang menatap mereka tidak percaya.
Duduk santai dikursi gadis itu, memangku Cara yang tertidur dipangkuannya, membuat kepala gadis itu menyandar di dadanya.
Jatuh cinta itu menyenangkan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top