Who ? [ VI ]

BAD GUY

Warning before read :

1. Typo bertebaran
2.Yaoi relationship , jadi buat yg gak suka BL harap gak usah baca ^^
3.Alur nonsense 🙀😹

.
.
.
.
.

Happy Reading !!

===============--------=============


..

Awan dilangit berkumpul membumbung mendung , pagi ini terlihat lebih gelap padahal penyiar cuaca disalah satu stasiun televisi mengatakan jika temperatur suhu akan mengalami peningkatan akibat sinar dari panasnya matahari yang akan terbit dengan terik.

Namun yang terjadi malah sebaliknya , tak ada yang bisa mematahkan sebuah takdir jika kenyataan yang lain terjadi meskipun kita tidak mempersiapkan hal yang tak kita duga itu datang.

Hyungwon berhenti sebentar , memasukkan ponsel nya kedalam saku lalu kembali meneruskan langkahnya memasuki koridor sekolah dengan wajah lesu.

"Hyungwon-ah..."

Teguran dari seseorang membuat kepalanya mendongak cepat , ia mengernyitkan dahinya pertanda jika ia nampak bingung terlebih orang yang memanggil namanya dari kejauhan memasang potret muka gugup.

Hyungwon sempat memaku pandangannya suramnya ketika kepala sekolah yayasan tempat ia bersekolah ikut ada dibelakang mengiringi.

Minhyuk berhenti , meraih lengan Hyungwon seraya menggigit bibir bawahnya kuat . Ia lalu menengok kearah kepala sekolah yang seakan geram akan seseorang yang berdiri diam dibelakang Minhyuk.

Hyungwon tertunduk , ia tidak tahu pasti apa penyebab dari kemarahan kepala sekolah.

"Hyungwon-ah .."

Buyar Minhyuk menyentuh pundak Hyungwon tetapi yang Minhyuk dapatkan adalah tepisan pelan dari diri Hyungwon. Terlihat jika suasana hati Hyungwon selalu tidak bersahabat saat menerima perlakuan teramat baik dan perhatian dari Minhyuk.

Ia tidak terbiasa akan hal tersebut dan tidak ingin merasakan sebuah jalinan pertemanan yang ia rasa hanya akan menjadi sebuah racun yang lambat laun melumpuhkan dirinya sendiri.

"Ikut aku ke kantor sekarang"

Tegas Lee Kyojangnim selaku kepala sekolah dimana Hyungwon dan Minhyuk menempuh pendidikan , Hyungwon mengangguk patuh dan beranjak pergi meninggalkan Minhyuk tanpa mengulas kalimat bahkan senyum tipis sekalipun.

Sementara Minhyuk , ia mendengus kesal setelah ditinggal pergi tanpa sepatah katapun oleh Hyungwon. Sombong adalah kata yang pas untuk mendeskripsikan seorang Hyungwon , itu adalah kesimpulan yang Minhyuk tarik didalam benaknya dan tak lama setelah itu ia melukiskan senyum yang tergaris tipis dibibirnya dan berjalan santai menuju kelasnya sembari menenteng tas ransel yang ia panggung setengah tali dibalik pundaknya.

**

"Aku masih memberikan peringatan kepadamu "

Buka Lee Kyojangnim duduk dimeja kerjanya sembari memandang lurus diri Hyungwon yang menunduk tepat didepan muka mejanya.

Hyungwon hanya bisa diam , tak ada yang harus ia sanggah meskipun dengan berat hati ia tidak terima akan jati dirinya yang terbongkar.

Namun yang ia tidak habis pikir , siapa yang memasang photo itu dan Hyungwon masih sibuk menerka-nerka keras akan dalang dibalik semua ini.

"Jangan lindungi aku "

Lirih Hyungwon berusaha mendongakkan wajahnya , Park Kyojangnim menghamburkan senyum masam bercampur kesal saat membalas tatapan Hyungwon yang melihat datar kearahnya.

Didalam otaknya seakan tengah berkelumit sejuta permasalahan yang tak mampu ia pecahkan.

"Aku melindungimu karena aku
masih mengingat mendiang ibumu!"

Bentak Lee Kyojangnim yang kini berdiri dari kursinya lalu menghampiri anak pria itu dan menepuk pundak Hyungwon yang masih diam tak berkutik.

Pakuan mata Hyungwon berubah tajam saat pria paruh baya itu menyematkan senyuman kepada dirinya.

"Aku tidak ingin membahas apapun tentang mendiang ibuku . Permisi"

Hyungwon berbalik , ia sempat mengepalkan tangannya geram dan berjalan keluar ruangan dengan langkah yang berat.

Tentu saja bukan Cuma ini masalah yg akan ia terima selanjutnya , karena photo sialan itu membuat apa yang ada dirinya runtuh dalam sekejap tidak bersisa.

**

Wonho berbalik lagi , dia memasukkan ponselnya secara kasar ke dalam saku celana seragamnya dan berjalan menerobos keramaian yang memenati suasana ditengah koridor sekolah.

Dia berdiri tepat didepan papan pengumuman dan memandang dengan tatapan mata beringas kearah kertas photo menempel dipapan pengumuman tersebut yang membuat ia naik pitam dan tak mampu mengendalikan emosi dihatinya.

SRAKKK !!

Dia mencabut kertas itu secara cepat dan merobeknya tanpa ampun sedikitpun lalu kembali mengedarkan pandangannya keseluruh pasang mata yang tengah menyimak aksinya yang geram karena sulutan emosi.

"Wonho-ya.."

Tegur Kihyun berusaha memberikan sedikit ketenangan ditengah murkanya seorang Wonho , pria itu menepis tangan Kihyun dan berjalan keluar mendorong satu persatu siswa yang menghalangi ruang langkahnya.

"Dimana anak itu ?! Aishh..!"

Resah Wonho sembari mengacak rambutnya frustasi , tidak bisa di indahkan jika seseorang digambar itu memang Hyungwon.

Sebuah gambar yang memperlihatkan sosok Hyungwon yang duduk bersampingan dengan seorang pria , tengah menyudut sebatang rokok di mulutnya ditemani dengan sepahan botol minuman keras terlebih potret diri Hyungwon yang duduk sembari merangkul mesra seorang pria paruh baya didalam sebuah diskotik yang tidak asing lagi baginya.

**

"HEI !"

BRAK !!

Hyungwon tersungkur , punggungnya membentur dinding dengan sangat keras hingga ringisan terdengar dari mulutnya.

Hyungwon hendak berdiri , berusaha untuk tidak menanggapi ataupun memberikan perlawanan namun saat ia ingin beranjak sekumpulan siswa dengan wajah yang sama-sama berandalan bak anjing kampung liar itu kembali menghakimi dirinya yang terpojok lemah.

BUG !!

Salah satu dari siswa itu memukul wajah tampan Hyungwon dan sisa dari dua anak lainnya nampak mengunci ruang gerak Hyungwon dengan mengikat kedua tangan Hyungwon kebelakang agar tak bisa melarikan diri atau bergerak sedikitpun.

"Hei keparat kecil , Murahan ! Sok pintar ! Jangan berlagak menjadi seorang manusia jika pada nyatanya kau hanyalah seekor hewan pengerat yang kotor!!"

Hakim seorang anak berbobot tubuh lebih besar dan gempal dari yang lain , dia tidak segan menjerat leher Hyungwon dengan cekikan dari telapak tangannya hingga sukses membuat nafas Hyungwon terhenti sebentar akibat siksaan tak berkemanusiaan itu.

"Le..paskan a-aku.."

Mohon Hyungwon dengan menahan luka memar dan juga sakit akibat cekikan tersebut.

Sementara anak pria itu tertawa terpingkal , ia membuang ludahnya tepat kearah wajah Hyungwon membuat kedua mata Hyungwon terpejam lalu memalingkan wajahnya kesamping kanan.

BUG !!

Satu kali bogeman mentah mendarat sempurna di muka rupawan itu , tak ada perlawanan dan Hyungwon benar-benar menjadi sosok yang lemah tak ingin membela diri atau sekedar untuk menghindari.

BRAK !

BUG !

BUG !

"Ahhh !"

Jerit Hyungwon tertahan , ia terbaring dan tersungkur ditengah kepungan kelima anak bandel tersebut yang tidak henti mengeroyok dirinya.

Hyungwon memekik kuat tatkala terjangan dari lima pasang kaki menginjak tubuh rampingnya tanpa pengampunan.

Yang ia lakukan hanyalah menutupi wajah dan juga separuh tubuh dengan menangkup kedua tangannya didepan muka, ia sampai meringkukkan tubuhnya saat pukulan itu semakin saja ia dapat dengan cara yang membabi buta.

Wajah dan juga tubuh Hyungwon , tak luput sikutnya yang memar akibat kekerasan yang dilakukan kelima siswa bajingan yang tak tahu empati tersebut.

"Mati saja kau ! Dasar anak murahan ! Hahaha..!!"

==

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan .. tutttttt..."

Lagi dan lagi panggilan itu tidak dapat masuk , ponsel tersebut mungkin dimatikan dengan sengaja agar Wonho tak dapat menghubungi seseorang yang ia cemaskan sejak tadi pagi.

"Wonho-ya .. Kau tidak ingin pulang , kelas sudah sepi"

Buyar Minhyuk yang perlahan mengambil tempat duduk disamping Wonho , namun yang Minhyuk dapat adalah hanyalah air wajah Wonho yang tertunduk sembari menggenggam erat ponsel yang tersimpan didalam jemari telapak tangannya dan tak sedikitpun menoleh kearah Minhyuk yang menaruh rasa cemas terhadapnya.

Minhyuk menghela nafas berat , ia menyentuh pundak Wonho dengan berhati-hati dan mengusapnya secara lembut.

Wonho mengangkat wajahnya kenbali , dari tadi pagi sampai petang sore menjelang ia kunjung tidak melihat sosok Hyungwon dan terlebih lagi karena kejadian kertas selebaran penyebar rumor yang tersebar dan menggegerkan seantero sekolah cukup membuat Wonho dirundung frustasi yang tidak mampu ia jabarkan dengan apapun sampai detik ini , dia tidak akan berhenti mencemaskan pria itu jika ia belum melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

"Aku akan mencari tahu siapa yang telah tega menyebar berita sialan tentang Hyungwon.."

Cecar Wonho menatap lurus kedepan , ia bahkan tak benghiraukan diri Minhyuk yang menatap dirinya dalam pantulan mata sendu dan lenyuh.

"Kita akan cari tahu bersama , kau punya aku Wonho-ya .."

Ucap Minhyuk kembali lalu meraih telapak tangan kiri Wonho dan menautkan jari jemarinya pada tangan pria itu.

Wonho tersadar dan ia melempar pandangan matanya kearah Minhyuk yang terdiam , perlahan ia melepaskan tautan jari jemari yang Minhyuk tujukan untuknya dan kini ia berdiri di iringi dengan siratan tanda tanya dari sepasang manik mata Minhyuk yang seolah penasaran akan sikap Wonho yang beranjak dari tempat duduknya.

"Aku pergi duluan , kau juga pulanglah Minhyuk-ah . Ada yang harus aku urus , Selamat tinggal .."

Pamit Wonho lalu meraih tas ranselnya dan berjalan cepat kearah luar kelas meninggalkan Minhyuk yang belum sempat berbicara banyak kepadanya.

Bola mata Minhyuk memutar malas , ia memukul meja dengan telapak tangan kosongnya dan sebuah pantulan mata yang begitu tajam tergambar dari sepasang retina hitam pekat itu.

"Bajingan...."

**

"Aku didepan rumahmu

=Chae Hyungwon= "

Sebuah pesan singkat dari Hyungwon membuat Wonho terkesiap dari lamunan panjangnya yang sedari tadi tidak kunjung memberikan ia ketenangan.

Ia begitu khawatir akan diri Hyungwon yang menghilang seharian dan menonaktifkan ponselnya sehingga Wonho begitu kesulitan untuk menghubungi Hyungwon dan menanyakan bagaimana keadaan Hyungwon setelah berita negatif tersebut tersebar diseluruh penjuru sekolah.

Kaki itu berlari cepat setelah membaca habis pesan pendek tersebut , dia menengok sebentar arloji dipergelangan tangannya dan kembali berlari dengan nafas yang tersengal tidak beraturan.

Cuaca di kota Seoul yang dingin , suhu diperkirakan memasuki angka lima derajat celcius hingga membuat gumpalan asap berhawa dingin keluar menghembus saat nafas itu dibuang dari rongga mulut dan hidungnya.

"Ck ! Aish !"

Wonho berdecak kesal , ia sempat menyikut beberapa pejalan kaki yang seakan menghalangi wilayah nya dan menyenggol dirinya yang terburu-buru dalam melangkah.

Memakan waktu sampai lima belas menit , ia berhenti dengan membungkukkan badannya sebentar sekedar untuk mengatur nafasnya yang terkuar karena rasa lelah akibat berlari dengan jarak yang lumayan jauh.

Ia mengangkat tubuhnya lagi dan sekarang kedua manik matanya bagai ikut terhenyak ketika melihat seseorang yang begitu ia cemaskan duduk di tangga rumahnya dengan menekuk kedua lutut sangat erat , menyandarkan tubuh itu didepan pintu rumahnya yang masih tertutup rapat.

"Chae Hyungwon!"

Sahut Wonho segera menghampiri diri Hyungwon yang masih terdiam ditempat , Wonho nampak tidak percaya terlebih saat melihat luka memar yang membiru dan juga darah disudut bibir Hyungwon yang setengah mengering , banyak sekali bekas luka yang menghiasi pria malang itu sekarang dan rasa iba didiri Wonho perlahan muncul untuk memberikan Hyungwon sebuah pertolongan kecil sebisanya.

Pandangan mata Hyungwon terlempar layu , dia seakan lelah akan beban hidup yang begitu berat menimpa punggungnya.

Hyungwon berdiri dengan kedua kaki yang beranjak lamban , ia sempat memegangi sebelah pundaknya yang seakan remuk akibat injakan brutal kelima siswa biang onar yang menghakiminya tadi saat berada disekolah.

Wonho berlari dan ia segera menghampiri Hyungwon , tak segan memapah tubuh lemah itu karena Wonho yakin jika kini Hyungwon sangat memerlukan bantuan darinya.

"Ayo kita masuk"

Ucap Wonho singkat lalu membawa Hyungwon didalam rangkulan tangannya , Hyungwon mengangguk dan tak lupa ia tersenyum meskipun dirasa susah untuk mengembangkan sebuah senyuman tipis pada bibirnya.

**

Wonho berjalan kearah sofa dengan membawa kotak P3K , ia mengambil tempat duduk disamping kiri Hyungwon dan mulai membuka kotak obat yang ia tenteng ditangannya.

Mengambil obat merah dan juga segumpal kapas yang sudah ia tekan terlebih dahulu agar sedikit mengempis , menuangkan lima tetes obat merah itu dengan perlahan diatas kapas putih tersebut kemudian meraih wajah Hyungwon dengan menarik lembut dagu runcing pria tampan itu supaya mendekat dan mempermudah jarak pandang jangkauan matanya menelisik setiap luka yang ada di wajah rupawan itu.

"Eushh.."

Desis Hyungwon tertahan diujung pangkal lidahnya , Wonho tidak ingin mendengar hal itu dari Hyungwon dan sekarang ia berlagak tidak memperdulikan pedih yang Hyungwon cecarkan dari bibir pria manis itu saat ia tengah memberikan pengobatan kepada Hyungwon.

Namun sebuah senyuman kecil tergurat dibibirnya , Hyungwon tidak ubah layaknya seperti seorang anak kecil yang merengek karena tak mampu menahan rasa sakit yang ia rasakan. Cengeng , Wonho membatin pelan dengan gelak tawa yang ia tahan agar tak meledak.

Wonho masih diam , langkah selanjutnya ialah mengambil satu buah plester dan menempelkannya pada pelipis kiri Hyungwon yang sudah ia olesi dengan obat merah sebelumnya.

"Sakit..,"

Lirih Hyungwon pelan , Wonho tidak kunjung bergeming dan membuat Hyungwon merasa risih akan sikap Wonho yang berubah dingin.

Wonho akhirnya menyelesaikan pengobatannya dan kini ia meraih lengan Hyungwon yang juga di hiasi dengan luka lebam.

Kedua manik mata Wonho berubah muram , ia tertunduk dan menghempaskan nafasnya secara berat.

"Wonho-ya , Gomawo .."

Tutur Hyungwon mengucapkan kalimat tersebut dengan raut wajah yang tulus , Wonho kembali menatap sosok Hyungwon dan ia menarik cepat tubuh pria itu kedalam pelukannya.

Hyungwon terpaku namun ia bisa merasakan jika ada isak tangis yang terdengar dari suara parau Wonho , tidak menjerau namun sukses menghentakkan hati kecil Hyungwon dalam rasa yang aneh dan sulit untuk di deskripsikan secara lugas.

"Aku akan melindungimu apapun yang terjadi"

Gumam Wonho dengan menahan air matanya yang sebentar lagi akan tumpah , Hyungwon melepaskan dekapan itu dan menggeleng pelan akan menanggapi pernyataan yang Wonho ucapkan barusan.

"Jangan khawatirkan aku , semuanya tidak apa-apa.. Aku bisa menjaga diriku sendiri , percayalah padaku Wonho-ya.."

Ujar Hyungwon berusaha meyakinkan Wonho , ia menegaskan perkataan itu dengan kilasan mata yang menggambarkan jika Hyungwon tidak ingin membuat Wonho masuk dan terjerumus makin jauh kedalam kehidupannya yang begitu kelam.

Tidak perlu dan Hyungwon pun tidak ingin memperparah keadaan yang terlanjur terjadi.

"Chae Hyungwon,, jangan menipuku"

Sergah Wonho seraya menyentuh lengan Hyungwon didalam genggaman tangannya , pria berwajah tampan itu segera melepaskan sentuhan itu dan berdiri cepat tepat dihadapan Wonho yang ikut memposisikan dirinya dengan mengangkat wajah mendongak keatas demi melihat Hyungwon.

"Aku ingin ke kamar mandi"

Ucap Hyungwon singkat dan mengalihkan pembicaraan dengan mengabaikan apa yang Wonho katakan tadi.

Kilasan senyum tipis terukir dibibir Wonho , dia hanya menerawang dalam sisi sudut tertentu dari Hyungwon dan yang bisa ia tangkap adalah masih adanya keraguan yang menaungi hati kecil itu sehingga Hyungwon terlihat segan untuk menerima dengan hati yang terbuka akan sebuah perlindungan tulus yang Wonho tujukan terhadapnya.

"Baiklah..
Kebelakang , belok kanan. Eumm,,, Mau kutemani ?"

Tawar Wonho menyudutkan senyumannya dan kekehan kecil terdengar dari mulut Hyungwon.

Wonho menaikkan sebelah alisnya dan ia pun tertawa renyah ketika mendapati kini Hyungwon nampak mengembangkan sebuah tawa kecil yang sangat ia rindukan.

"Tidak usah , aku pasti tidak akan selamat jika kau ikut menemaniku"

Tolak Hyungwon yang masih tertawa kecil dihadapan Wonho , sukses membuat Wonho mendecih pelan terlebih saat melihat Hyungwon yang langsung pergi meninggalkan dirinya.

"Apanya yang tidak selamat? Dia benar-benar.."

**

TOK TOK !!

Wonho menaruh segelas limun yang sempat ia teguk separuh , sebuah ketukan dari arah pintu luar membuat ia dengan cepat beranjak kemudian membuka knop pintu tersebut tanpa ragu sedikitpun.

"Oh hyung , Kau pulang ?"

Ceklek ..

Saat pintu di buka , seseorang berdiri didepan ambang pintu dengan memasang ekspresi wajah yang keletihan.

Wonho menampakkan ekspresi wajah bertanda tanya, sedangkan Donghyun terlihat lelah lalu berjalan masuk sembari menurunkan tas ranselnya yang semula tersemat manis dibelakang punggungnya.

Donghyun berjalan dengan terhuyyng di ikuti dengan derapan langkah kaki Wonho yang turut berjalan dibelakangnya.

"Ada temanku berkunjung hyung.."

Buka Wonho saat arah pandangan mata Donghyun menilik dua cangkir teh hangat diatas meja tamu , Donghyun mengangguk dan sedikit memijat pelan bahu kanannya yang pegal karena kesibukannya di kampus dan juga masalah perusahaan yang tidak henti didesak oleh orang tuanya agar Donghyun mau sedikit mempelajari pekerjaan yang diberikan ayah mereka dan hal itu lah yang membuat Donghyun ingin menyerah saja.

"Dimana temanmu?"

Tanya Donghyun tersenyum kearah Wonho , yang ditanya mengembangkan senyuman lebih lepas dan hal tersebut sukses membuat Donghyun ingin menggoda adik lelakinya yang sudah beranjak kian dewasa itu.

"kurasa bukan teman tetapi,, pacar..."

Ucap Donghyun bernada usil dan menyikut lengan Wonho , terlihat salah tingkah adalah hal yang tidak bisa Wonho sembunyikan dan kini ia nampak bertanya mengapa Hyungwon belum juga keluar dari kamar mandi.

Apa Hyungwon tertidur di atas kloset ?

Wonho sampai tertawa membatin sendiri seperti orang yang kehilangan kesadaran saat membayangkan betapa konyolnya diri Hyungwon jika itu benar-benar terjadi.

DRRT DRRT..

Wonho melemparkan pandangannya kearah sumber suara yang berderat tersebut dan ternyata itu berasal dari ponsel disaku jacket kakaknya , Donghyun mengangkat sebuah panggilan masuk yang menggetarkan ponselnya dari mode diam.

"Ne sunbae ,, sekarang ? Ah baiklah , kalau begitu aku akan segera kesana"

Donghyun segera menutup sambungan telephone dan beranjak dari duduknya yang hanya beringgut sebentar.

Dia meraih tas ranselnya kembali dan sedikit meminum teh hangat yang Wonho buat bukan disajikan untuk dirinya dengan terburu-buru.

"Hyung.."

Gumam Wonho mengernyitkan dahinya melihat tingkah sang kakak yang selalu saja seperti ini.

"hari ini aku tidak pulang , kau hati-hati dirumah . Aku pergi dulu "

Ucap Donghyun seraya menepuk pundak Wonho dan berlalu pergi dengan langkah yang tergesa.

"Dasar.."

Wonho hanya bisa menggeleng pelan melihat tingkah saudaranya, ia kembali melempar pandangannya kearah ruang belakang dan ia terdiam saat melihat Hyungwon berjalan dengan rambut yang setengah basah.

Handuk putih kecil melingkar dileher jenjang Hyungwon dan ia tersenyum kikuk dihadapan Wonho yang masih setia membisu ditempat karena seolah takjub akan pemandangan indah yang tersuguh didepan mata kepalanya.

"Sekalian aku membersihkan diri , tidak masalah kan ?"

Tanya Hyungwon mencoba mencairkan suasana yang terasa beku dan melanjutkan aktifitas mengeringkan rambut hitamnya dengan handuk yang ia pinjam.

"Oh ?? Te-ten-tu saja ..."

**

"Ini , kau boleh menggunakan pakaianku"

Ujar Wonho menyodorkan sebuah kaos berwarna biru muda dan celana santai pendek seperlutut miliknya kepada Hyungwon.

Pria itu tersenyum kecil , Hyungwon meraih pakaian itu dari tangan Wonho dan melihat Wonho dengan pantulan pelupuk mata yang memandang lembut.

"Terima kasih dan maaf selalu menyusahkanmu"

Tutur suara pelan terdengar sungkan dari Hyungwon dan ia secara tiba-tiba menundukkan wajahnya , Wonho tertawa renyah akan ucapan Hyungwon yang terasa segan untuk dirinya.

Ia mendelik kearah Hyungwon dan menepuk lengan ceking Hyungwon hingga membuat lelaki yang lebih muda satu tahun darinya itu tersentak.

"Tidak perlu seperti ini , ah iya.. Kau mau tidur dimana ? Dikamarku ??
Ah.. Oke baiklah , kau tidur dikamarku saja..."

Racau Wonho berpanjang lebar , Hyungwon mendengus mendengar cerewetnya diri Wonho dan ia rasa Wonho sangat cocok berperan sebagai ajhumma tua didalam drama korea yang sering ia tonton dikala bosan.

Hyungwon memukul tubuh Wonho dengan kaos yang tadi Wonho berikan , tanpa ampun hingga pekikan karena tidak terima terdengar lantang memenuhi ruangan.

Wonho memang terdengar berlebihan padahal pukulan dari Hyungwon tidak sampai membuat ia sakit.

"Yak !!"

Teriak Wonho dengan cepat menghentikan aksi tidak berkemanusiaan Hyungwon , ia merebut kaos yang berada ditangan Hyungwon dengan satu kali sentakan kuat dan tak ubah karena hal tersebut membuat tubuh Hyungwon ikut terbawa lalu ambruk didalam dekapan hangat Wonho.

GLURPP

Ini tidak benar , batin didalam diri Hyungwon meronta hebat.

Bisa-bisanya ia kembali jatuh kedalam pelukan pria berandalan ini dan sekali lagi tak mampu Hyungwon bendung untuk menolak bahkan melepaskan rengkuhan tangan itu yang kini melingkar erat ditubuhnya.

"Aku ingin tidur disofa saja kalau begitu,, mmm.. bisa kau lepaskan aku ?"

Lirih Hyungwon seraya menggigit bibir bawahnya kuat , Wonho mengangsurkan sebuah kekehan kecil dan ia melepas rengkuhan itu.

"Aku bercanda ,, kau bisa tidur di kamar tamu.
Ahhh solma... kau memikirkan hal yang macam-macam ya ? Aku benarkan ?"

Goda Wonho kembali , pipi tirus Hyungwon mengeluarkan semburat merah muda.

Tidak ingin lama tersudut , Hyungwon menyeruput sigap secangkir teh yang hampir setengah dingin dengan dua kali tegukan lalu berdiri disamping Wonho yang ikut menjengah dirinya.

"Disitu kamarnya , beristirahatlah . Besok kau pergi kesekolah?"

Tanya Wonho kemudian dan sementara Hyungwon hanya diam nampak masih memikirkan kejadian tadi pagi disekolah yang cukup memberikan bekas luka dan juga trauma bagi hati dan juga pikirannya.

"Entahlah..."

**

"Sialan !! Bisa-bisanya dia masih bisa bersekolah dan mengusik ketenanganku! Keparat !!"

PRANG !!

Pria itu melempar gelas kaca bertingkat tepat pada dinding dihadapannya , ia memukul dinding tidak bersalah itu dengan satu kali hantaman kuat sehingga tangannya muncul sebuah luka yang sama sekali tidak seharusnya ada.

Dia gusar , sepasang matanya memandang tajam dengan gepalan telapak tangannya yang menggeram hebat.

Kemudian ia meraih ponsel disaku celananya dan dengan cepat menekan beberapa angka dari tombol keybar yang tertera.

Menunggu sambungan telephone itu dijawab , ia menghela nafas kasar dan melihat tangannya yang terluka dengan siratan mata layaknya seorang pembunuh berdarah dingin kejam yang akan menghabisi siapapun yang menghalangi kehendaknya.

Dia mendecih , tidak pelak bagai sesosok iblis yang dikerubungi akan amarah.

Seringai tersudut tajam , sempat ia menyibakkan poni rambutnya kebelakang karena dirasa menutupi jarak penghilatannya akibat cahaya dari lampu pijar yang bersinar redup remang.

"Ini aku.."

Bukanya saat memulai panggilan masuk itu diangkat , pihak yang dihubungi berdeham saat mendengar suara dari sang penelphone dan ia tertawa keras tanpa sebab yang pasti.

Merasa ditertawakan membuat diri itu merasa muak , ia meludah sembarang dan duduk mengambil posisi diatas penyanggah sofa dengan menyilangkan kedua kakinya.

Layak seorang bos besar , dengan smirk yang tergambar .

Tidak dipungkiri sisi kejam itu akhirnya tercuat keluar meski ia bersusah payah menutupi identitas iblisnya selama ini.

"Hei bodoh , aku membayarmu bukan untuk tertawa.
Aku punya tugas untukmu , kali ini beri dia luka secara fisik dan aku tidak mau tahu ..!"

Titahnya tegas ditengah keheningan yang memendar , yang diajak bercakap lewat sambungan telephone mengangguk paham akan perintah pria tersebut.

Dia tidak lagi menguraikan tawa , dia menyetujui dan menyanggupi kalimat perintah itu dalam satu kali anggukan paham.

"Apa aku harus menghabisinya?"

Tanya suara berat tersebut di seberang.
Potret wajah itu bergurat masam , ia memasukkan sebelah tangannya disaku celana training hitamnya.

"Perlahan tetapi pasti , jangan terburu-buru .
Aku ingin memberikan nya siksaan terlebih dahulu sebelum menghabisi nyawanya dengan tanganku sendiri"

Balasnya sembari menyisipkan senyum picik yang terukir dibibirnya , bagai racun yang berbisa ia tidak segan berujar layaknya seorang penjahat yang bersembunyi dibalik kegelapan hingga tak seorang pun dapat menyadari dirinya.

"baiklah tuan.."

TUT..

Sambungan telephone itu diputus secara sepihak tanpa berbicara lebih panjang , ia melempar ponselnya diatas sofa dan ia pun kini turut berbaring dengan memejamkan kedua matanya erat.

Ia bersenandung kecil , hanya sebuah irama sederhana untuk mengisi kesendirian yang meliputi dirinya.

Selalu saja begini , ia terkadang iri akan sesuatu hingga ia pun berusaha ingin ikut merasakannya meski dengan cara merebut atau bahkan dengan tega mencacati rival yang ia pikir sebagai benalu yang selalu saja mengusik ketenangan di hidupnya.

Dia selalu saja berpikir kalut , karena pria itu ia kehilangan seseorang yang ia sayangi dan karena orang itu pula dia harus bersusah payah mendapat seseorang yang ia gilai.

"Hyungwon-ah ,, Jalang tidak tahu diri .."

TBC

Notefoot:

Siapa sih yang mau berbuat jahat sama Hyungwon ?
Terus posisi Donghyun disini sebagai apa ? Cinta di masa lalu atau ada hal lain ?

This is really a complicated story 😂

Gila .. Heol 😂 Ini ff astaga , berasa udah lapukan huaaa ㅠㅠ
Ide selalu stuck dan gak mau mengalir dengan indah layaknya moment haweha yang manis 😿
Btw , Thank you banget yang mau luangin waktu berharganya buat baca ff nonsense ini {}
Click vote dan Mohon krisarnya ><

Sekali lagi TERIMA KASIH {} /Bow/

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top