Another hint [ VIII ]
BAD GUY
Warning before read :
1. Typo bertebaran
2.Yaoi relationship , jadi buat yg gak suka BL harap gak usah baca ^^
3.Alur nonsense 🙀😹
.
.
.
.
.
Happy Reading !!
===============--------=============
"Hyung ?"
Disaat Wonho mengenali jika itu kakaknya seketika Hyungwon beranjak dari tempat duduknya dengan air wajah yang syok.
"Kau mengenal Hyungwon?"
Tanya Donghyun yang juga keheranan.
Wonho mengangguk dan menarik pergelangan tangan Hyungwon agar pria itu berdiri disisi kanannya. Berusaha agar posisi dimana Hyungwon berdiri tidak jauh darinya.
"Dia pria yang kuceritakan padamu"
Ucap Wonho merangkul tubuh Hyungwon yang seakan beku dan mati rasa. Bahkan untuk menggerakan bibir sekedar berbicara pun Hyungwon tidak kuasa.
"Hyungwon-ah .. mengapa kau diam ?"
Tanya Wonho yang sadar akan perubahan diri Hyungwon yang diam bagai sebuah patung.
"Apa aku boleh bergabung ?"
Sela seseorang membuncahkan percakapan tegang yang terjadi diantara mereka.
Serempak Donghyun , Wonho dan Hyungwon menoleh saat melihat Minhyuk yang berjalan mendekat kearah di tempat mereka berdiri.
Donghyun memicingkan matanya seolah sedang memutar kembali serangkaian film pendek yang berkabung di otaknya.
Dan Minhyuk menautkan alis matanya yang rapih , Minhyuk sepertinya tidak asing begitu pula kesan Donghyun terhadapnya.
"Hyung , aku bertanya padamu . Apa kau mengenal baik Hyungwon ?"
Wonho mengulangi pertanyaannya lagi , Hyungwon melempar pandangannya yang seolah terguncang. Pupil matanya seakan menyiratkan rasa takut yang tak bisa ia gambarkan.
"Kakakmu adalah temanku"
Sela Hyungwon menyalip terlebih dahulu pembicaraan.
Donghyun mendecih campah saat mendengar ucapan yang Hyungwon keluarkan.
"Tapi sepertinya kalian lebih dari sekedar teman.."
Timpal Minhyuk sembari menatap diri Donghyun yang sedari tadi sibuk melihat kearah Hyungwon tanpa berkusit sedikitpun.
Wonho mengalihkan retina matanya kearah Donghyun , tidak mungkin jika mereka mempunyai ikatan hati.
Dunia mustahil jika bisa sesempit itu mengenai fakta yang terjadi.
"Aku ingin pulang"
Ucap Hyungwon pada akhirnya , kedua matanya berpendar sendu dan melepaskan rangkulan tangan yang Wonho lingkarkan pada bahunya.
"Aku antar"
**
Sesampainya ditempat yang dituju pun , bibir Hyungwon masih terkatup rapat. Wonho menemaninya berjalan sampai depan pintu apartementnya dan sejujurnya Wonho bingung untuk memulai sebuah percakapan dengan Hyungwon.
"Hyungwon-ah.."
Panggil Wonho lembut seraya menyentuh bahu kanan Hyungwon , pria itu menoleh dan tersenyum tipis demi menanggapi suara tersebut.
"Kau mengenal Donghyun Hyung ?"
Tanya Hyungwon pada inti permasalahan mengapa ia diam sedari tadi.
"Dia adalah kakak kandungku"
Jawab Wonho seadanya , hati Hyungwon mencelos mendengar penuturan tersebut.
"Jangan temui aku lagi"
Ucap Hyungwon memutar knop pintu yang terkuar dingin , ia memunggungi Wonho tanpa menoleh sedikitpun.
"Hyungwon-ah , Tunggu.. Ada apa ini ?!"
Cegat Wonho tak mengerti , ia semakin mengeratkan pegangan tangannya di lengan Hyungwon.
"Kau tidak akan bisa memahaminya , maaf"
Lirih Hyungwon pelan lalu mengendurkan eratan tangan Wonho yang menyentuhnya , tanpa Wonho ketahui jika bulir bening menggenang dipelupuk mata indah Hyungwon saat pria itu berjalan masuk kedalam apartement tanpa berbalik dan langsung mengunci pintu.
**
Dua Hari Kemudian
Selama dua hari Donghyun tak kunjung pulang kerumah , padahal Wonho menanti kepulangan kakaknya untuk meminta sebuah penjelasan mengenai kejadian di bar lusa kemaren malam.
Wonho duduk diam di sofa dan kedua bidik matanya terpaku pada pintu yang tak kunjung diketuk.
*Ceklek*
Tanpa mengetuk atau menekan bel, pintu yang sedari tadi terkatup kini dibuka oleh kehadiran seseorang yang masuk.
Donghyun berjalan dengan langkah berat terlebih saat membalas pandangan mata Wonho yang tertuju kearahnya membuat langkah itu semakin lamban dan tak bersemangat.
"Kau ingin membicarakan hubunganku dengan Hyungwon ?"
Donghyun seakan tahu isi otak Wonho yang sedang berkecamuk sekarang.
Donghyun tersenyum kecut dan memilih duduk berjauhan disisi sofa lainnya , ia enggan untuk bertemu muka secara langsung dengan Wonho. Dia hanya menyalahkan keadaan , Mendikte jika Tuhan sungguh keliru memasukkan Hyungwon ke dalam lingkup hidup Wonho.
"Jadi Hyungwon.. pria yang kau sukai selama ini"
Wonho mengangguk sementara tidak dengan Donghyun , retina matanya tergurat sendu dan seakan menelan kekecewaan yang teramat dalam.
"Siapa dia bagimu Hyung?"
Giliran Wonho meminta suatu titik terang , setidaknya sedikit penjelasan mengenai arti Hyungwon untuk Donghyun.
Pertanyaan Wonho mencekat relung batin Donghyun , bagaimana bisa seseorang yang teramat istimewa bagimu kini berpindah pada genggaman orang lain. Tetap saja Donghyun merasa bahwa semua yang terjadi adalah salah dan tidak bisa ia maklumi.
"Dia masa laluku yang tak pernah ku ceritakan kepada siapapun termasuk dirimu"
DEG..
Wonho tertegun , tanpa ia sadari telapak tangannya mengepal. Mana mungkin dia berselisih paham akan sebuah cinta dengan kakaknya sendiri. Merebutkan pria yang sama dan melupakan ikatan darah diantara mereka.
"Dan aku masih menginginkan dirinya"
Sambung Donghyun tak terduga , Wonho segera melempar pandangan tidak senang ketika menangkap kalimat yang Donghyun cetuskan.
"Tinggalkan dia , untuk diriku"
**
"Semuanya sepuluh ribu Won"
Hyungwon mengeluarkan dompet dari sakunya dan menyodor uang berjumlah sepuluh ribu Won ke penjaga kasir market kecil yang terletak disekitar perumahan tempat ia tinggal.
"Ghamsahamnida"
Hyungwon berjalan keluar , mendorong pintu kaca tebal transparan seraya tidak lupa merapatkan mantel tebal yang ia pakai.
Cuaca begitu dingin , uap putih tipis menyeruak keluar saat ia menghembuskan nafasnya perlahan melalui mulutnya dengan sudut bibir bergetar. Butiran salju menyapa permukaan kulitnya pada sisi dimana coat tebal itu tidak menyeluruh sampai menutupi tangannya.
Telapaknya bagai keras membeku akibat dingin , ia sampai membeli sepuluh cup ramyeon untuk persediaan di suhu cuaca yang temperaturnya sangat rendah.
Dia berbelok , memasuki jalan gang lebar yang terlihat sepi mengingat hari sudah hampir bergulir larut malam.
SRAK ..
Langkah Hyungwon berhenti , dia merasakan sesuatu yang ganjil di area sekitaran dirinya sekarang.
Ia mengedarkan pandangannya ketempat yang dirasa mengundang rasa penasaran namun tak ada seorang pun yang bergelagat mencurigakan , karena hanya ada dia seorang diri sekarang.
Hyungwon meneruskan langkahnya yang sempat terhenti , dia merasa ada yang salah namun dia mencoba untuk tidak peduli.
Dan..
SRAKKK... !!
Sebuah kalungan tangan tanpa ia duga melingkar dan menjerat lehernya dengan kuat. Serangan tak terduga , ia berusaha menoleh kebelakang untuk melihat siapa yang berbuat hal jahat kepadanya tetapi ia tidak bisa. Tenaga orang asing ini sangat kuat dibanding dengan dirinya.
"HEI SIAPA KAU ?!!!"
Pekik Hyungwon bernada lantang , sebelah tangan kanan pria bermasker hitam itu mengeluarkan sebuah senjata tajam berupa pisau cutter dari balik saku mantel cokelat tuanya.
"Diam atau kau akan kuhabisi !"
Peringatnya tidak main-main dengan ancamannya sembari menyodorkan pisau tersebut diwajah indah Hyungwon. Sedikit bermain-main dengan pipi mulus Hyungwon , menari bebas hingga Hyungwon merasa jikalau kulit pipinya mungkin saja akan terkoyak.
Sampai tidak bisa berkutik , Hyungwon menelai air salivanya karena sejujurnya ia begitu takut.
"Jauhi pria bernama Wonho dan jangan ungkit peristiwa Tiga tahun silam !"
Imbuh pria asing tersebut masih mengunci ruang gerak Hyungwon.
Hyungwon mencoba berontak sekuat yang ia mampu tetapi dia tidak mempunyai keahlian bela diri hingga ia tidak dapat memberikan perlawanan.
"Apa maksudmu ?! Siapa kau ?!!"
Tanya Hyungwon menibggikan volume suaranya yang parau , ia meliirik pisau yang menempel dipipi kanannya. Tidak mau gegabah , bisa saja ia akan terluka jika melakukan suatu tindakan yang salah dengan bergerak satu sentimeter saja.
"Turuti saja apa yang aku katakan karena ini perintah !!"
BRAK !!
SRETT !
Benda tajam berbahan lempengan besi yang di asah tipis dan tajam tersebut berhasil melukai pipi kanan Hyungwon sehingga meninggalkan jejak goresan luka tipis kecil berdarah di kulitnya.
Sementara pelaku yang menutupi identitas tersebut bergegas pergi setelah melukai Hyungwon walau untuk sedikit saja.
Darah segar menetes keluar , beruntung sedikit darahnya yang mengalir dan Hyungwon hanya perlu menyeka luka itu dengan tisu yang tadi sempat ia beli di minimarket. Namun tidak menampik bahwa kondisi psikisnya tergoncang akibat penyerangan yang dilakukan pria asing tersebut dan bisa saja hal yang dia tidak inginkan terjadi bahwasannya pria itu kembali datang berkunjung mengancam keselematannya.
**
War is begin ...
Kerlingan mata itu menyesatkan beberapa pasang mata yang turut berada didalam ruangan berpendar cahaya remang-remang tersebut.
Lebih tepatnya mereka berada di sebuah gudang kosong belakang dari pabrik bekas pemintal benang wol yang sudah lama tidak ditempati , sekitar daerah gawon tepatnya.
"Tuan Lee Minhyuk , ada yang ingin melapor"
Salah seorang pria berpakaian awutan berjalan mendekat kearah seorang Tuan yang dipanggil dengan nama Lee Minhyuk.
Ketika lampu penerangan yang redup di nyalakan lebih terang terlihat wajah tampan bak malaikat itu bersinar cerah beriringan dengan senyumannya yang terlukis tipis dan menyilaukan pandangan.
"Bagaimana ?"
Minhyuk meminta sebuah jawaban , lebih tepatnya ia menagih sebuah kepuasaan bukannya kekecewaan.
"Saya sudah memperingatkan dia Tuan.. Seperti yang anda minta , saya tak melukainya dengan serius"
Lapor pria itu secara tukas , kendati demikian rasa puas itu belum sepenuhnya mengisi relung gelisah seorang Minhyuk.
"Harus ada yang aku kunjungi besok , dan kalian tidak usah mengekoriku"
Ucap Minhyuk tegas sembari meregangkan otot-otot dilehernya yang terasa agak kaku dan tegang sehingga menimbulkan bebunyian pergeseran tulang leher yang seolah patah.
Bisa di tarik kesimpulan jika pria tadi melapor , dan beberapa pria lainnya yang berada didalam ruangan ini ikut mendengarkan dengan seksama tanpa bermaksud untuk menyela.
Berjumlah sepuluh orang -yang terlihat- menandakan jika Minhyuk mempunyai anak buah suruhan didalam genggaman telapak tangannya.
Tapi untuk apa ia melakukan hal tersebut ?
Sebuah ambisi terselubung bahkan motif yang ia rencanakan pun masih terlihat samar.
Ada suatu hasrat balas dendam yang tak tergoyahkan , meskipun ia berpikir jika mengembalikan rasa sakitnya dengan kekerasan atau bahkan mencelakakan saja tidak cukup.
Tetapi dia sudah memprioritaskan bahwa darah harus dibalas dengan darah , sama hal nya dengan tumpahan air mata dan nyawa.
**
Bisakah Hyungwon menolaknya saja ?. Namun terlambat.
Dia termangu dengan perasaan yang kosong namun pemikiran didalam otaknya terajut begitu kalut. Ia duduk di sebuah cafe , memilih kursi paling sudut dan meminum perlahan secangkir capuchino hangat yang ia pesan.
Ia tengah menanti kedatangan seseorang karena hal itu dapat ditangkap dari gerak-geriknya saat melirik arloji bulat yang melingkar dipergelangan tangannya yang kecil.
Pintu cafe terbuka , pandangan Hyungwon teralih pada seorang pria yang masuk dengan setelan atasan denim biru tua berpadu dengan jeans berwarna hitam lengkap mantel tebal membalut tubuhnya berjalan menghampiri meja Hyungwon dengan senyum yang terpaksa ia sematkan.
Tidak menginginkan sikap ramah tamah itu terjadi , Hyungwon lebih memilih untuk memalingkan wajahnya menatap lurus kedepan dengan pakuan mata yang tergurat malas.
"Hyungwon-ah , sejak kapan kau menjadi dingin seperti ini kepadaku ?"
Protes pria itu tidak tahan , Donghyun mengusik ketenangan Hyungwon dengan mencubit pipi kiri Hyungwon hingga pekikan tidak terima terdengar meluncur keluar dari tenggorokan pria cantik itu.
"Aku bukan pribadi yang kau kenal seperti dulu , jaga sikapmu"
Tepis Hyungwon kasar , terlihat rasa keberatan tersemat di mimik muka pria tampan itu terlebih saat menerima senyuman Donghyun yang ia tangkap melalui indera penghilatannya.
"Aku hanya ingin memastikan sesuatu , Apa yang sebenarnya terjadi antara dirimu dan adikku ?"
Tanya Donghyun pada inti masalah , Hyungwon mencerna sesaat pertanyaan itu dan tak lama setelahnya ia tersenyum hambar. Pandangan Hyungwon berubah jenaka seolah menertawakan diri Donghyun yang sedang meminta sebuah penjelasan.
"Kami berpacaran"
Asal , Hyungwon tahu apa yang sedang ia bicarakan namun pikiran kalut lebih dulu datang menghantuinya maka persetan dengan jawabannya barusan.
Donghyun menangkap rasa panas di hatinya tatkala mendengar penuturan gamblang dan tidak bertele-tele yang baru saja Hyungwon sampaikan.
"Don't hurt my brother with your bad attitude.. Don't.."
Memperingatkan dengan sebuah kalimat yang tegas , pelacur atau bisa dibilang pekerjaan yang hanya mengandalkan tubuh sebagai modal dari cara Hyungwon mendapatkan uang membuat Donghyun dirundung rasa cemas pada akhirnya.
Tetapi Donghyun menjadi orang yang munafik karena bukan hanya itu segelintir alasan mengapa ia memerintahkan Hyungwon untuk menjauhi adik kandungnya.
Hyungwon menatap tajam pelupuk mata Donghyun , menerawang jauh seolah tenggelam dalam dasar yang dinamakan sebuah jurang kematian yang dulu pernah melukai dirinya.
"Itu berbeda saat bersamamu , kau harus tahu itu"
Telak Hyungwon membalas peringatan wanti dari Donghyun.
Tak di indahkan jika kini hati kecil Donghyun mencelos dibuatnya.
Jadi bisa Donghyun tarik kesimpulan secara singkat jika Hyungwon menemukan sebuah ketulusan bersama Wonho ?
Donghyun tidak menyetujui fakta itu kalau memang benar adanya.
Mengapa terasa tidak adil bagi Donghyun saat mendengar kalimat itu ?
**
Seoul , 9.30 kst
"Apa yang kau lakukan ?!"
Pekik Wonho tak percaya , terlebih saat Minhyuk menariknya dengan paksa masuk kedalam wc pria yang suasananya sedang sepi mengingat sekarang jam pelajaran tengah berlangsung.
Sebuah alibi yang sungguh mengelabui guru yang sedang mengajar , Minhyuk keluar bersama Wonho beralasan jika Minhyuk sedang mempunyai urusan dengan bagian BK konsul menyangkut masalah pengambilan nilai tata moral dan perilakunya bersama Wonho.
Dan guru Kim yang sedang menerangkan teori gravitasi itu pun lantas memberikan sebuah izin karena mempercayai begitu saja akal dari seorang Lee Minhyuk.
Sebelumnya saat mereka berdua keluar pun , Hyungwon terlihat tidak suka dan memandang Wonho dengan tatapan yang sulit diartikan oleh siapapun.
Cemburu ? Bisa disimpulkan begitu.
Setelah berhasil menyeret Wonho , pria berparas elok tersebut menyudutkan Wonho pada dinding belakang pintu toilet sembari menundukkan wajahnya menatap lantai yang becek dan kotor akibat jejak sol sepatu yang belum di pel.
"Aku tidak tahan lagi , i can't hold myself through all this time anymore"
Wonho mengeryit , berusaha memahami setiap makna yang di bicarakan oleh Minhyuk dalam diam yang masih ia simpan rapat-rapat.
"Aku menginginkanmu bodoh !!"
Sambung Minhyuk serentak meninggikan volume suaranya agar Wonho mendengar dengan baik jeritan hati kecil yang selama ini ia pendam sampai membusuk dan membuat ia tak tahan lagi karena menanggungnya sendiri.
"Kau tau jika aku menganggapmu sebagai seorang teman baik yang aku percayai , kau selalu ada untuk ku . Membantu setiap masalah yang terkadang sulit untuk ku atasi , bahkan kau menjadi penghibur disaat mood ku sedang tidak baik.
Dan ya.. aku mencintaimu sebagai seorang sahabat Minhyuk-ah"
Ujar Wonho berlaku jujur atas apa yang ia katakan. Persetan akan apa yang Minhyuk terima , ia memalingkan sebentar wajahnya dan untuk sehenyak ia tak sudi melihat wajah tampan Wonho yang menyiksa dirinya dalam kungkungan cinta sepihak.
"Minhyuk-ah.. Jangan seperti ini , aku tidak ingin kau berubah"
Bujuk Wonho dengan suara yang berat , Minhyuk tergelak berat. Suaranya terasa lekat ditenggorokan hingga ia sulit untuk berbicara banyak dengan Wonho.
Tetapi sebuah dorongan tak terduga datang , Minhyuk seolah hilang akal dan menerobos tanpa mengucapkan kata permisi dahulu ketika meraup dan mencumbu bibir Wonho dalam pagutan yang kasar.
Hingga yang di cumbu merasa tersentak , tak siap menerima ciuman ekstrim tersebut dan dia mendorong tubuh Minhyuk secara kuat saat dirasa pria manis itu secara nakal dan kasar menggigit bibir bawahnya agak kuat.
Berhasil dalam satu kali dorongan , tubuh Minhyuk terdorong dan ciuman ganas berdurasi singkat itu terlepas.
Wonho mengusap bibir bawahnya yang basah akan saliva dan terasa panas saat ia menyentuhnya , jika dibiarkan terlalu lama bisa saja bibir itu lecet akan gigitan nakal yang Minhyuk jatuhkan untuknya ditengah ciuman tadi.
"Aku seperti tidak mengenalmu Minhyuk-ah.."
Dingin Wonho berucap tanpa ekspresi , namun tak bisa di elakkan jika rasa syok masih menaungi ekspresi mukanya saat ini.
Terlalu tiba-tiba ketika Minhyuk menyerangnya , memagut bahkan melumat kasar bibirnya tanpa gerakan berisi sebuah kode terlebih dahulu yang mungkin dapat Wonho pecahkan dan bisa saja akan Wonho hindari dengan sigap.
Tidak menyambung kalimat Wonho , melainkan kini Minhyuk berbalik lalu memunggungi Wonho dalam siratan mata yang penuh dengan intisari negatif didalamnya.
Seorang malaikat bersayap putih , selalu melindungi seorang anak manusia dari kesusahan kini dalam sekejap berubah menjadi iblis yang bisa saja menenggelamkan orang tersebut dalam sengsara.
"Wonho-ssi.."
Ucap Minhyuk memanggil Wonho dengan formal lalu memutar tubuhnya kembali , ia menatap dingin Wonho dalam kesenjangan yang semakin mengintimidasi diri pria tampan itu.
"Jangan jauhi aku , melakukan perbuatan lancang seperti tadi memang sebuah kesalahan yang patut aku sadari namun .. Jangan menjaga jarak karena hal ini , please.."
Dalam hitungan detik , sepersedetik saja bagai mengedipkan sebelah mata kini Minhyuk kembali berkata lembut di ikutin lenyuhan pandangan matanya yang berubah sayu dan memohon.
Wonho menghela nafasnya kasar , dia bersandar pada dinding dengan satu tangannya dimasukan kedalam saku celana seragam sekolahnya.
Sejujurnya ciuman tadi sangat tidak ia prediksi dan entah mengapa kini rasa canggung itu melingkupi dirinya.
"Kau seharusnya memikirkan tindakanmu.."
Ucap Wonho merendahkan volume suaranya , parau terdengar memaksakan sosok Minhyuk mengangguk demi menuruti titah yang tercetuskan.
Disisi lain , sepasang mata yang tadi sempat melihat adegan ciuman bibir antara Wonho dan Minhyuk nampak terdiam , ia lebih memilih berlari setelah menyaksikan sebuah potongan adegan menyakitkan tanpa berniat untuk mengetahui akhir dari jalan cerita yang sebenarnya terjadi.
Ruang untuk bernafas terasa sesak bagi Hyungwon , kedua lututnya turut nelemas seiring dengan kekecewaan yang menghantui perasaannya yang gamang.
Shit !
He betrayed me !
**
Alunan musik disko bertempo cepat berdentum mengisi keriuhan sorak-sorai pengunjung yang bertautan , sambung-menyambung tak ada habisnya. Disk Jockey menaikkan volume musik semakin kencang seiringan dengan malam yang semakin larut berjalan , menambah tempo lagu lebih cepat dan tubuhnya ikut menari bebas saat memutar piringan disk nya karena terbawa suasana.
Seorang pria duduk didepan counter bar , menikmati alunan musik sembari menunggu seseorang dan itu terlihat dari gerak-gerik retina mata tajamnya yang tak lepas teredar keseluruh penjuru ruangan.
Wonho tidak memesan apapun , dia terlihat sibuk mencari seseorang yang tidak ia temui tadi siang saat berada disekolah. Bahkan saat kembali memasuki kelas pun , ia sudah tak menemukan orang tersebut.
Setelah merasakan lumatan kasar dari Minhyuk siang tadi , tanpa sadar membuat ia kembali dihantui rasa bersalah karena menolak cinta Minhyuk untuk kedua kalinya.
Tidak kasar memang , penolakan itu bertutur halus dengan kalimat yang sedemikian rupa lembut tergurai keluar.
Hyungwon memandang punggung yang begitu ia kenali , percuma mengatakan untuk tak bertemu karena pada kenyataannya Wonho masih saja berupaya keras untuk datang kepadanya. Keras kepala yang ada didalam diri Wonho adalah faktor mengapa dia berada di sini , ditempat Hyungwon menghabiskan waktu sepanjang malamnya yang panjang.
"Kau menungguku?"
Suara itu tidak datang dari arah depan , melainkan posisi belakang diri Wonho hingga sukses membuat ia kaget karenanya. Jujur sedari tadi Wonho tak memperhatikan arah belakang dan hanya memfokuskan kedua matanya hanya ke arah depan , kanan dan kiri saja.
Wonho menatap Hyungwon , ia memicingkan sebelah matanya lalu memandang secara rinci sebuah luka yang terukir disudut bibir tebal Hyungwon.
Dan saat Hyungwon merasakan dirinya sedang di amati , dia pun mengerti kemana perginya jalan pikiran Wonho sekarang.
"Aku tadi melayani pelanggananku sebelum menemuimu"
Damn it !
Saat mendengar pekerjaan kotor dan hina itu mencuat kembali dari bibir Hyungwon , Hati Wonho secara cepat membuncah tidak terima.
Ia berdiri dari duduknya , menarik lengan Hyungwon dengan kasar dan sontak saja karena perlakuan tersebut membuat Hyungwon mengeluarkan ringisannya yang terdengar lirih dan tertahan.
Masih menyeret Hyungwon , diam yang Wonho belum keluarkan melalui emosinya memaksa Hyungwon untuk menuruti langkah paksa pria itu yang menggeretnya hingga sampai ke sudut ruangan diskotik , mengingat itu tempat yang sama kala mereka memiliki hubungan seks beberapa minggu yang telah lewat.
BRAK !!
Mata Wonho berubah merah beringas dan buku-buku ujung kukunya memutih karena menggepal genggaman begitu erat dan kuat , entah apa yang merasukinya yang pasti sesosok iblis tengah menggerogotinya hingga ke ubun-ubun otaknya sampai ia tidak bisa berpikir jernih.
Ia membanting tubuh ramping Hyungwon hingga membentur dinding dan menimbulkan bunyi hantaman yang lumayan keras , membuat punggung pria itu sakit karena ulahnya yang bisa dibilang keterlaluan untuk dilakukan.
Perlawanan berhasil Hyungwon jatuhkan , dia mendorong kasar dan berhasil membuat tubuh tegap Wonho tersorong hingga mundur kebelakang beberapa langkah.
Tidak bisa untuk di redam , amarah Hyungwon berbanding lebih tinggi dari apa yang Wonho rasakan.
Apakah pantas pria itu marah ketika dirinya lebih merasa muak saat menyaksikan sebuah tontonan biadab yang terjadi siang tadi disekolah yang membuatnya merasa di khianati.
"Kau melarangku bercinta hah ?!"
Tanya Hyungwon dengan nada memaki , sungguh kini retina matanya menggelap karena kabut hitam seolah menerpanya hingga tak mampu berucap dan berpikir dengan waras.
"Kau hanya boleh bercinta denganku !"
Balas Wonho tak kalah lantang , Hyungwon berkenyit dan tertegun. Urat lehernya yang tadi keluar semburat menegang kini terasa tercekat.
"Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri ?! Apa kau menikmati ciuman panas mu tadi siang ?!!"
Sahut Hyungwon tak mau kalah.
WHAT ?!
Daun telinga Wonho memanas , merah padam bagai terbakar mendengar ucapan yang tidak disaring terlebih dahulu oleh Hyungwon.
Sejenak ia berpikir , lebih tepatnya mengingat apa yang Hyungwon maksud dan di tudingkan kepadanya.
Damn it..
Namun sedetik setelah itu sebuah senyuman kemenangan terpampang di bibir tebal merah mudanya yang merekah sempurna.
Hyungwon menjadi bingung , dengan jelas Wonho tadi emosi begitu pula dengan dirinya tetapi perubahan sikap Wonho sekarang sukses membuat ia keheranan.
"Kau cemburu ??"
Tidak salah Hyungwon menamai Wonho dengan sebutan kelinci bajingan , Hyungwon kalah telak akan pertanyaan Wonho saat ini.
Pria ini benar-benar seorang brengsek yang seenaknya bermain dengan hati manusia.
Menjatuhkannya hingga kedasar bumi dan mengangkatnya untuk terbang lagi meski hati tersebut sudah tak mau di junjung tinggi ke langit karena tidak ingin merasakan sakit yang sama untuk kedua kali.
"You are a real bastard..."
Dengus Hyungwon sebal.
"That's me , so ?"
Jawab Wonho santai , menantang Hyungwon dalam senyuman yang bersajak meremehkan.
Tetapi apa yang terjadi sekarang?
Hyungwon malah ikut menyeringainya bagai tidak gentar sedikitpun.
"Ah baiklah kalau begitu..
Bercinta denganku agar kau tak mengingat ciuman biadab itu , bagaimana menurutmu ?"
Tanya Hyungwon tanpa disangka , Wonho terkesiap karena perkataan Hyungwon yang menurutnya begitu frontal dan liar. Dan membuat spektrum desiran darahnya mengalir lebih cepat , dia tidak tahan akan godaan nakal dari suara yang terdengar dalam itu.
Sisi dari diri Hyungwon yang selama ini sangatlah jarang ia lihat , mengingat Hyungwon selalu murung karena tengah menghadapi banyak masalah di hidupnya akhir-akhir ini.
Kendati demikian terlihat jelas jikalau tatapan skeptis yang ditujukan Hyungwon untuk Wonho berhasil meruntuhkan dinding pertahanan Wonho dan ia merasa bergidik akan seringai yang Hyungwon gariskan di sudut bibirnya.
"Chae Hyungwon.. Apa yang terjadi denganmu ?"
Wonho bertanya tetapi tidak sepenuhnya bahwa kalimat tanya itu memiliki arti -sungkan- karena tak munafik jika Wonho sangat menginginkan tubuh itu.
"Nothing.. i just wanna have a sex with you.. so Just kiss me already babe.."
**
Knop pintu dibuka kebawah , dinginnya gagang besi penyanggah saat membuka katup pintu yang tertutup membuat hatinya yang dingin dan beku menjadi semakin keras bagai bongkahan es yang tak akan bisa mencair bahkan oleh radiasi sinar matahari.
Ia berjalan , lebih tepatnya melangkahkan kedua kaki nya dengan santai. Sol sepatu kulit berwarna cokelat tua mengkilapnya terketuk diatas lantai keramik putih susu yang ia pijak seiring dengan derapnya.
Menghembuskan nafasnya perlahan , kedua matanya terkatup rapat. Telapak tangan kanannya yang semula berada hangat dan nyaman tersimpan didalam saku mantelnya kini berpindah menggenggam penahan sisi ranjang berbahan stainless putih silver itu.
"Aku datang.."
Minhyuk tersenyum tipis , memandang sendu objek dihadapan wajahnya yang kini tengah berbaring lemah diatas kasur putih khas rumah sakit dengan selang infus dan juga alat bantu oksigen di lubang hidung dengan kedua mata yang tertutup rapat.
Tidak ada tanda jika kelopak mata itu bergerak , hanya ada hembusan nafas yang keluar dengan ritme yang beraturan tetapi sekali lagi di tekankan bahwa hal tersebut tidak menunjukkan sebuah tanda-tanda kesadaran.
"Bagaimana kabarmu ? Maaf sudah lama tidak datang berkunjung .. Akhir-akhir ini aku sibuk mengurusi darah dagingmu"
Ucap Minhyuk lembut , ada seringai saat ia mengatakan hal tersebut didepan seorang wanita paruh baya yang terkulai lemah tak berdaya itu.
Wanita tersebut lebih tepat seperti ibu bagi kacamata sudut pandang dirinya tetapi pada sisi yang berbeda , rambut hitamnya sedikit terhiasi oleh uban putih yang tumbuh tak beraturan.
Minhyuk kembali berjalan , memutari ranjang tersebut sembari meregangkan otot lehernya yang kaku.
Dia berdiri tepat dihadapan ranjang dimana wanita paruh baya itu tidur bagai seorang mayat hidup tak bernyawa.
"Bagaimana bisa seorang pelacur sepertimu masih bertahan hidup sementara tidak dengan ayahku ?"
Sambung Minhyuk lagi , kini suaranya terdengar bergetar dan dia menunduk seraya mendecih karena ia sadar jika kebencian telah menggerogoti habis hati kecilnya.
"Sebaiknya kau bersyukur karena masih ku beri kesempatan untuk hidup meskipun aku tak menghendakinya , karena.. aku ingin kau membuka matamu dan menyaksikan bagaimana anakmu mati didepan mata kepalamu sendiri. Jadi.. bangunlah dalam waktu dekat wanita jalang sialan agar aku bisa menenggelamkan kalian ke neraka bersama-sama nantinya.."
Entah apa yang merasuki diri Minhyuk. Giginya bergeretak kuat dan urat halus dipelipisnya muncul keluar menandakan jika ia sedang gusar ataupun marah.
Minhyuk membuang nafasnya dengan kasar.
Ia berbalik , melangkah keluar dari ruangan dengan kepalan tangannya yang erat. Meninggalkan wanita dengan usia diperkirakan berkepala lima itu yang diam tergolek dengan keadaan kritis dan Minhyuk tampak tak berkenan untuk mengucapkan selama tinggal saat meninggalkan ruangan.
Di sisi depan ranjang tersebut , terdapat nametag rumah sakit Seoul dengan sebuah nama dibawahnya bertuliskan
-Kim Sun Hee-
**
Hyungwon mengerang , rasa nikmat itu kembali menghujam pikiran kalutnya. Depresi akan konflik masalah yang tengah ia hadapi dan juga hasrat berbaur nafsu melebur sempurna menjadi satu kesatuan.
Penis berukuran besar itu tidak mengenal lelah menggenjot dinding sensitive lubang duburnya yang semakin mekar saja.
Semakin dalam Wonho menancapkan bagian tubuh kejantanannya kedalam anus Hyungwon membuat pria yang kini menelungkup dengan posisi badan agak terangkat keatas tersebut menggelinjang hebat karena rasa perih yang mendera menjadi satu bercampur dalam kenikmatan.
"Menoleh sayang.."
Ucap Wonho memerintah , suara seraknya terdengar menggoda membuat Hyungwon menuruti apa yang Wonho ucapkan.
Ketika Hyungwon dengan senang hati menoleh kan kepalanya kebelakang , dengan cepat Wonho meraup bibir Hyungwon dan mencumbunya dengan kasar. Melumat tanpa sabaran , mengecap secara menggebu-gebu hingga Hyungwon harus segera tanggap mengimbangi alur kecapan yang Wonho berikan ditengah ciuman bergairah mereka.
Penis itu masih setia menancap , tak mau mengabaikan permainan dibawah yang sedang berlangsung , kini Wonho menggoyangkan pinggulnya dengan alur maju mundur tanpa jeda sementara bibirnya masih terpagut di bibir Hyungwon.
"Eumpphhhh.. "
Hyungwon mendesah pelan dan tertahan , Wonho melepaskan ciuman itu dan kembali menekan alat vitalnya agar semakin menerobos lebih dalam.
"ahhhhhh.. fuck you Shin Wonho.!"
Erang Hyungwon tak mampu mengendalikan bicaranya , Wonho nampak tertawa puas mendengar umpatan binal dari pria yang belum resmi menjadi kekasihnya itu .
Ia bangga , ternyata seks yang ia suguhkan sukses membuat jeritan Hyungwon keluar tanpa henti.
"Mendesah sayang.. Aku menyukainya hahahaha"
Oh shit..
Lubang dubur Hyungwon kian memerah dan berkedut hebat , begitu pula Batang skrotum milik Wonho yang menegang lebih hebat menandakan pelepasan pertama akan segera berlangsung.
Inisiatif yang pintar , Wonho semakin mempercepat irama pengocokan karena ia sudah bisa menebak jika alat vitalnya akan mengeluarkan air mani didalam lubang Hyungwon.
"Ahhhh damn it !!"
Umpat Hyungwon kembali.
"Ahhhhhhhhhh..."
Desahan mereka terkuar secara kompak dan bersamaan.
Air mani tersebut keluar , meluruhi lubang anus Hyungwon. Rasa hangat menjalar disekujur tubuhnya dan lihatlah bagaimana bahagianya Wonho saat melihat pria cantiknya tergulai dengan peluh yang mengucur hebat karena aksi dari permainan bercinta mereka yang sangatlah liar tersebut berakhir dengan sempurna.
"Aku merasa tidak ingin melepaskan anak ku didalam"
Goda Wonho kemudian , sontak saja Hyungwon menoleh cepat dan menatap Wonho dengan pandangan mengancam.
"Yak ! Shin Wonho !"
**
Hyungwon beranjak turun dari kursi sadel belakang motor Wonho , membuka helm yang terpasang dikepalanya dan memberikan helm berwarna hitam tersebut kepada Wonho.
Mereka kini berada didepan gang kecil , Hyungwon tidak menyuuruh Wonho untuk mengantarnya sampai didepan apartement karena ia yakin bahwa Wonho harus pulang karena hari terbilang sudah sangat larut.
"Pulanglah.. "
Ucap Hyungwon dengan singkat.
Wonho menaikkan sebelah alisnya dan tak kunjung menghidup mesin motor besarnya untuk pergi dan menuruti ucapan Hyungwon. Dahi Hyungwon mengernyit hingga kedua alisnya beradu temu dan sedetik setelah itu ia pun tertawa pelan saat melihat reaksi Wonho yang berubah manja kepadanya.
"Mwoya ?"
Tanya Hyungwon datar , Wonho menghempaskan nafasnya secara kasar lalu menarik pergelangan tangan Hyungwon agar jarak pria itu tidak terlalu jauh dan dapat ia jangkau dengan mudah.
"Thanks for tonight Chae Hyungwon.."
Bisik Wonho teramat pelan , nafas yang ia hembuskan didaun telinga Hyungwon berhasil membuat pria cantik itu bergidik karena menahan rasa gugup.
Mengingat bagaimana indahnya mereka saling bergumul dan beradu cinta menggelitik benak Wonho untuk berlaku nakal pada lawan bicaranya saat ini.
Hyungwon segera menjauh , mengambil langkah mundur beberapa sentimeter kebelakang dan menepuk pelan pundak Wonho dengan ekspresi sesantai mungkin.
Alih-alih menghindar , Wonho malah membelai surai cokelat tua Hyungwon dengan ruas jemari tangannya. Mengelusnya perlahan hingga berhenti tepat di daun telinga sensitive Hyungwon yang sebentar lagi akan berubah kemerahan karena menahan semburat merah muda merona yang akan keluar menghiasi rona pipi nya.
"Apa benar yang bercinta dengan ku tadi seorang pria bernama Chae Hyungwon yang aku kenal ? Dia terlihat lebih liar dari sebelumnya"
Goda Wonho kembali mengusili Hyungwon.
"Aku seorang bad boy saat bercinta , harusnya kau mempersiapkan dirimu ketika aku memintanya"
What the..
Aksi Jahil Wonho malah di balas sebuah seringaian nakal dari Hyungwon yang tak kalah jahilnya. Bibir pria cantik itu membentuk sebuah lengkungan kepuasan , dia tersenyum penuh kemenangan saat Wonho tertegun karena kalimat seduktif yang dia ucapkan.
"Sebaiknya kau pulang , sampai jumpa Shin Wonho"
Pamit Hyungwon seraya berbalik , meninggalkan Wonho yang mematung diatas motornya.
Tidak habis pikir , dimana keberanian itu keluar ? Bibir Hyungwon yang mengukir senyuman licik penuh makna memejarakan hati Wonho hingga tak berkutik.
Dan sekarang ia terdiam ditemani temaram dari cahaya lampu jalan yang bersinar redup remang.
"Mungkin belum saatnya aku membahas Donghyun.."
Gumam Wonho pelan , ia memandangi punggung Hyungwon yang semakin jauh dari jangkauan matanya.
**
Sepeninggal Wonho , kini Hyungwon sudah sampai didepan pintu apartementnya. Tinggal beberapa langkah lagi memang dan dia berhenti mendadak saat menemukan sebuah kotak tergeletak didepan pintu rumahnya.
Ia mengambil kotak tersebut , tak ada nama ataupun alamat pengirim yang tersemat. Kotak berbentuk kubus dengan bungkusan kertas kado berwarna merah tua polos memancing rasa penasaran di benak Hyungwon.
Ia membuka kotak tersebut dengan perlahan , seolah-olah takut sesuatu akan melompat keluar dari dalam sana. Mungkin saja seseorang sedang iseng dan ingin mengerjainya maka dari itu ia sangat berhati-hati saat membuka penutup kotak tersebut.
"Apa ini ??"
Gumamnya dengan suara yang tertahan , darahnya bagai beku mengumpul di otaknya , jari-jemarinya gemetar saat meraih apa yang ada didalam isi kotak tersebut.
Darah kental berbau anyir dan menyeruak kan aroma amis menusuk hingga indera penciuman. Dengan tangan yang masih bergetar , Hyungwon menyapu darah tersebut yang terlihat menutupi sebuah bingkai photo didalamnya.
"Tidak mungkin.."
TBC
Notefoot :
Welldone xD
Oke beberapa intrik masalah sudah keluar , ini hanya permulaan yang baru saja dimulai 😏 wkwk
Anyway , tengkyu buat yang udah baca
Click vote dan kritik sarannya ya :')
Gomawooo /bow/
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top