BAB 10
“LO percaya ada orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama?”
“Awalnya sih, nggak. Tapi, setelah lihat cowok alai yang lagi senyum-senyum enggak jelas di sana,” jawab Noah menunjuk Bastara yang tengah melakukan video call dengan Dara, padahal cewek itu sedang tertidur dan Bastara hanya mampu memperhatikan dan mendengar embusan napasnya. “Gue jadi percaya, kalian semua tau, gimana gilanya si Bara waktu pertama kali jatuh cinta sama Dara. So, yeah, sebagian orang mungkin bisa aja jatuh cinta pada pandangan pertama,” sambung Noah. “Kenapa emang? Lo kan enggak mungkin jatuh cinta pada pandangan pertama sama si Nana, yang gue inget kasus lo sih benci berubah jadi cinta.”
Billy tergelak tawa mendengar sindiran Noah terhadap Nanggala yang baru saja mempertanyakan cinta pada pandangan pertama.
“Lo, Noah. Lo pernah ngalamin love at first sight?” tanya Billy.
“Nggak pernah, tuh.” Noah mengedikkan bahu. “Sering, sih, lihat cewek cantik kayak langsung kagum. Tapi enggak yang sampe jatuh cinta kayak si Bara alai itu.”
Billy mendengus. “Iya lah, lo palingan love at first night.” Noah menggeplak kepala Billy yang kalo ngomong suka kadang suka bener. “Rash, lo pernah ngalamin love at first sight?” Billy beralih pada Arash yang sejak tadi diam. “Halah, lo mah sebelas dua belas sama si Noah. Pertama lihat cewek bukan langsung jatuh cinta tapi langsung ngen-“ Billy tidak meneruskan kalimatnya.
Sialan. Arash tidak menjawab, ia memilih menyesap rokoknya yang tinggal setengah. Love at first sight, ya? Selama delapan belas tahun hidupnya, Arash tidak pernah jatuh cinta. Ratusan atau bahkan ribuan kali Arash pernah bertemu dengan cewek dari yang cantik sampai sangat cantik, tetapi tidak ada yang bisa membuat hatinya berdebar. Kecuali, oleh perempuan yang tidak mau Arash sebutkan namanya. Hanya berdebar, Arash tidak yakin jatuh cinta pada si perempuan yang tidak mau ia sebutkan namanya itu. Seperti yang Alex katakan, Arash hanya penasaran.
“Anjiiinggg, anjinggg, ini kenapa Helza cantik banget sih bangsat! Kalo cantik gini mah minimal jadi cewek gue lah!” perhatian Arash teralihkan pada Billy yang sedang kejang-kejang selagi memerhatikan ponselnya. “Kalo gue kayaknya enggak pernah sih jatuh cinta pada pandangan pertama, gue lebih ke, jatuh cinta tiap kali lihat wajahnya. Lihat ini anjing, cakep gila!”
Arash melirik ponsel Billy, ada sebuah foto yang baru saja Helza unggah. Billy tidak lebai, Helza memang terlihat sangat cantik di foto itu. “Gimana cara dapetin cewek satu ini?”
“Dia udah punya cowok woi!” sambar Noah. “Beberapa waktu lalu gue sempet kenalan dan minta nomornya, tapi enggak dikasih. Jadi, jangan mimpi. Gue aja yang katanya sih punya bokong seksi ditolak, apa lagi lo, Bill.”
Billy mendelik tak terima. “Jangan bokong shamming lah anjing! Lo belum tahu aja, ini kalo gue perosotin celana, bokong gue langsung ngembang kayak bolu. Ck, Helza harusnya jangan lihat cinta dari bokongnya aja. ”
“Jadi dari kita, cuma si Bara doang yang pernah ngalamin love at first sight?” tanya Nanggala lagi.
“Harusnya, sih, iya. Lagian kenapa sih pertanyaan lo aneh begitu?” Noah berdecak kemudian melirik Arash. “Tapi lihat si Arash yang cuma diem aja, gue jadi kinda sus, jangan-jangan dia juga ngalamin.”
Arash mematikan rokok di tangannya, melempar puntungnya pada Noah yang langsung mengumpat.
Dia? Jatuh cinta pada pandangan pertama? Hah, tidak mungkin.
Arash memilih masuk ke dalam kamar yang selalu ia gunakan jika sedang di rumah Bastara, ia membaringkan tubuhnya. Dan langsung mengingat Helza. Arash buka ponselnya, ia menekan ikon Instagram. Menghianati ucapannya, Arash mengetik sebuah nama di kolom pencarian. Helzasalazar. Sial, akun perempuan itu di private. Arash hampir saja menekan kolom follow, but thanks to Alex, yang kini meneleponnya hingga Arash tersadar bahwa tidak seharusnya ia kepo terhadap seseorang yang ingin Arash lupakan.
“What?” tanya Arash.
“Guess what, gue ketemu siapa?” Alex mengalihkan panggilan menjadi sebuah panggilan video. “She’s here.”
“Who?”
Alex memutar bola matanya. “That hot girl you like.” Arash memicing mata, mendapati bahwa benar, perempuan di seberang Alex adalah Helza. “Gue lagi di paperlunch, and she come with someone.”
Arash menahan mulutnya untuk tidak bertanya, tetapi ternyata sulit. “Who?”
“Rahasia.” Alex terkekeh iseng. “Ah, apa ini kesempatan yang Tuhan kasih buat gue deketin dia? Gue bisa kenalan sekarang juga.”
“Go ahead,” kata Arash sinis.
Alex tergelak tawa. “Lagian, susah amat sih lo deketin yang satu ini. Kek hati-hati banget deketinnya, takut ditolak?”
Arash mendelik. “Gue enggak terbiasa deketin cewek duluan.”
“OH, lo enggak berani ambil first move,” ejek Alex.
“Terserah lo.”
Beberapa kali berpapasan dengan Helza, membuat Arash sadar, meski cukup friendly. Helza memang sulit untuk didekati. In romantic way. Perempuan itu mungkin saja bisa diajak berteman. Tetapi, bukan pertemanan yang Arash harapkan. Pertemanan macam apa memang yang di dalamnya Arash ingin mendengar desahan?
***
Arash pernah membaca sebuah kalimat dari akun motivator yang tak sengaja lewat di berandanya. Katanya, terkadang, sesuatu yang sangat kita inginkan justru datang di saat kita sudah tidak mengharapkannya lagi. Kali ini, Arash setuju.
Sama halnya seperti yang Arash alami, ia sudah menyerah untuk mendekati Helza di saat justru perempuan itu datang sendiri kepadanya.
Pulang sekolah, Arash merasa sangat lelah. Kuis fisika yang disajikan tepat di jam terakhir sekolah benar-benar menggerus habis seluruh energinya. Arash ingin segera pulang, jadi ia bergegas menuju ke parkiran tanpa peduli ajakkan Noah yang ingin mereka nongkrong sebentar di warung belakang.
Arash baru saja memakai helm nya tepat ketika di selasar, ia menangkap kehadiran seseorang. That hot girl, Helza fucking Salazar. Lihatlah, bahkan dengan hanya berjalan, Helza mampu menyita semua perhatian murid yang berpapasan dengannya. Hanya berjalan. Arash tidak kaget jika semua cowok itu mendadak lumpuh jika andai Helza memberikan satu senyuman kepada mereka.
Oh, mulai lagi. Arah mengerjapkan mata dan coba menyingkirkan Helza dari pikirannya. Mari kita pulang dan tidur meski hari tidak lagi siang.
Harum familier mendadak terendus hidung Arash, ia juga merasakan kehadiran seseorang di dekatnya. Ia baru saja hendak menoleh tepat ketika sebuah suara yang Arash hafal menyapanya. “Hei.” Jantung Arash berhenti berdetak beberapa detik menyadari Helza ada di belakangnya. “Arash, right?”
Arash tidak begitu mendengar apa yang Helza katakan, seluruh pusat perhatiannya tertuju pada bibir gadis itu. Sedikit menyesal, kenapa dulu Arash tidak melahap bibir itu saja ketika Helza mabuk? At least, Arash tidak akan sepenasaran seperti sekarang.
Mencoba menarik kembali konsentrasinya, meski samar Arash tahu arah pembicaraan mereka. Helza meminta nomor Mamanya, katanya ingin memberitahu tentang Husky or something. Menyadari bahwa Helza melirik ke belakang sesekali, Arash ikut melirik ke sana. Ada Auris yang menatap tajam kepada mereka. Di balik helm full face-nya Arash tersenyum kecil. Jadi, Nona satu ini ingin membuat Auris kesal? Itukah alasan Helza mendekatinya.
Well, apa pun alasan Helza. Arash tidak peduli. Dewi fortuna sedang berpihak kepadanya, kesempatan langka ini tidak akan Arash sia-siakan. Seperti Bastara yang memanfaatkan sayembara untuk menjerat Dara, maka Arash akan melakukan hal yang sama.
Namun, Arash harus pandai mengendalikan diri. Ia harus pelan dan berhati-hati dalam mendekati perempuan ini, atau kalau tidak, Helza akan kabur darinya. “Gue enggak hafal nomor nyokap, ponsel gue mati habis baterai.” Tentu saja itu kebohongan, Arash harap Helza mau mencatat nomornya sebagai ganti nomor Mama.
Tidak semudah itu ternyata, alih-alih meminta nomor Arash, Helza malah mengatakan akan meminta nomor Mamanya pada pegawai petshop. Putus sudah kesempatan Arash.
But wait…, Arash merasa Helza akan mengatakan sesuatu padany—
“Mm, Arash, can you give me a ride?” tidak mungkin Arash menolak. Mencoba bersikap santai, Arash menyetujuinya dengan mudah. Ia turunkan footstep motornya untuk Helza.
Helza menaiki motornya, lagi-lagi perempuan itu meminta izin yang sebenarnya tidak perlu. Izin berpegangan padanya? Tentu saja boleh, bahkan dengan alasan hendak mengebut, Arash berhasil membuat tangan Helza melilit di pinggangnya.
Helza memeluk Arash. For the first time Arash felt happy just from being hugged. It feels great, Helza won't have any idea how happy Arash right now.
Sementara di belakangnya, Helza hanya mampu diam. Diam-diam menghirup harum Arash yang maskulin, diam-diam mengagumi cara cowok itu berkendara, yang meski terbilang ngebut tetapi Helza tetap merasa aman bersamanya.
Pukul 15.50 mereka sampai di depan gerbang rumah Helza, perempuan itu turun dengan hati-hati selagi berkata. “Thanks, ya, Rash.”
Arash mengangguk sementara Helza membuka gerbang rumahnya. “Lo…, mau mampir?”
Mau sebenarnya, tetapi tidak sekarang. Arash menggeleng. “Nyokap minta anter ke suatu tempat.”
“Oh, okay. Salam ke tante Erren, ya.” Helza mulai melangkah maju ke dalam.
“By the way, Hel,” panggil Arash.
Meski tidak terbiasa dengan sebutan pedek ‘Hel’ karena semua rang lebih sering memanggil nama pendeknya ‘Za’, Helza tetap menoleh. “Kardigan lo ada di gue,” kata Arash.
Kening Helza berkerut, “Which cardigan?”
“Yang lo buang pas berantem sama Auris.”
“Ah itu.”
“Gue bawain besok, pulang sekolah gue tunggu lo di parkiran tadi.”
Helza sebenarnya sudah tidak butuh cardigan itu. Tetapi… “Oke then.” Ia tidak tahu mengapa ia setuju menemui Arash di sana.
Malam tiba begitu cepat, pukul delapan malam Helza tengah berbaring di kasurnya yang nyaman selagi menggulir layar ponselnya di laman Instagram ketika sebuah notifikasi masuk.
Arashathanasius meminta mengikuti anda.
Helza menggigit bibir bawahnya, lalu tidak menolak atau menerima permintaan dari Arash. Perempuan itu hanya menatap layar ponsel sambil bertaruh dengan dirinya sendiri, bahwa dalam hitungan ke lima. Akan ada pesan masuk ke dalam direct mesaage nya.
Satu… , dua…, tig—
Itu dia. Satu notif kembali masuk.
Helza menahan senyum membaca notif tersebut.
Arash Athanasius mengirimi anda pesan, ketuk untuk melihat.
***
09 Juni 2024
Karena besok aku ada jadwal ke RS, sepertinya tidak akan update hehehee
Sorry for typos ya <3
Meskipun terlambat, happy weekend gais.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top