BAB 05
Aku kasih peringatan lagi, ya. bahasa di sini bener-bener frontal tanpa sensor, semua kalimat jorok, mesum, kasar, bertebaran di sini. harap, bagi kalian yang risi dan tidak nyaman, silakan tinggalkan lapak ini tanpa meninggalkan komentar yang menyakitkan. terima kasih.
***
BANGUN dalam keadaan sadar setelah mabuk sungguh hal yang menyebalkan. Selain diserang pening yang hebat dan juga rasa mual, Helza harus dibuat panik ketika ia bangun di tempat yang tidak ia kenal. Sebuah kamar hotel dengan desain minimalis menjadi hal pertama yang Helza lihat ketika ia membuka mata. Perempuan itu mengerjap beberapa kali demi memperjelas penglihatannya. Tidak ada siapa-siapa di sana, Helza sendirian dengan pakaian lengkap yang ia pakai kemarin. Aman, Helza tidak dibungkus dan diperkosa. Terima kasih kepada siapa pun yang telah mengantarnya untuk menginap di sini tanpa melakukan pelecehan seksual.
Meraih gagang telepon, Helza menghubungi resepsionis hotel tersebut. Ia menanyakan info orang yang membawanya kemari. "Cowok, Kak. Masih muda. Kayaknya turis, soalnya bicaranya pakai English," kata si resepsionis.
"Oh, okay. Terus reservasi kamar atas nama siapa? Udah dibayar belum, ya?" tanya Helza.
"Atas nama Kakak sendiri, Helza Iswari Salazar. Kartu Identitas kakak masih di kami dan akan diberikan saat check out. Untuk kamar yang disewa, sudah dibayar lunas, Kak."
Helza mengangguk-angguk, sepertinya orang yang membawanya kemarin mendapatkan KTP Helza dari sling bag. "Oke kalau gitu, Mbak. Saya minta tolong buat belikan obat pengar, ya. Dan kalo enggak salah, hotel ini dekat sama Mall ya?"
"Benar, Kak. Ada yang bisa kami bantu?"
"Saya kayaknya mau beli pakaian olahraga, nanti biar dikirim gosend ke sini. Nanti minta tolong housekeeping antar sini, ya?"
"Baik, Kak. Ada lagi yang bisa kami bantu?"
"Cukup, Mbak. Makasih ya."
Sekitar empat puluh menit menunggu, housekeeping datang membawa pesanan Helza. Ada menu sarapan yang langsung Helza santap cepat. Usai sarapan, Helza meminum obat pengar kemudian masuk ke toilet untuk membersihkan diri.
"Bibir gue enggak dower atau sobek, berarti enggak ada yang cium gue. Leher sama dada gue aman dari hickey. Enggak ada yang cupang gue. Thanks God," gumam Helza lega. Meskipun nakal, Helza masih punya harga diri. Dia tidak suka disentuh oleh orang asing, bahkan terkadang, oleh pacarnya pun sendiri Helza tidak mau.
Bad girl. Banyak orang yang menyematkan sebutan itu pada Helza karena ia yang sering merokok, mabuk, dan bicara mesum. Helza tidak keberatan disebut begitu, dia memang nakal. Tetapi Helza bukan jablay. Nakal dan jablay beda, ya. Catat itu.
Helza tidak seburuk yang orang katakan, tapi tidak sebaik yang dipikirkan. Ia memang perokok, pemabuk, dan sering berbicara mesum, padahal kenyataannya Helza tidak mesum-mesum amat. Setiap kalimat mesum yang Helza keluarkan adalah lelucon saja untuk membuat Dara dan Aruna tertawa.
Helza menyukai bokong padat? Ya itu benar. Tetapi, Helza tidak melihat cowok dari bokongnya saja. Itu hanyalah alasan bagi Helza untuk melukai harga diri cowok yang hanya memandang perempuan dari fisiknya saja. Semacam ajang balas dendam, Helza ingin para cowok bajingan itu mengerti, bahwa tidak hanya cowok yang bisa tertarik pada perempuan berdada dan berpantat besar, melainkan perempuan juga bisa melihat cowok dari fisiknya.
Sedikit bercerita, tahun lalu Helza dikenalkan dengan seorang cowok bernama Marko. Marko adalah anak dari teman Maminya. Mami Helza, Nyonya Hannah, memiliki banyak teman. Dan dari salah satu temannya itu, ada yang mengusulkan perjodohan. Jadilah Helza dijodohkan dengan Marko, cowok yang usianya dua tahun di atas Helza.
Di hari pertama mendengar kabar bahwa ia dijodohkan, Helza tentu marah dan keberatan. Tetapi melihat Nyonya Hannah memohon agar Helza menemui Marko, dengan berat hati Helza menurutinya.
Marko menghubungi Helza lewat telepon, cowok itu dengan kasar mengatakan bahwa ia tidak mau dijodohkan.
"Gue udah ada cewek, gue enggak mungkin ninggalin dia demi anak ingusan kayak lo. Dengar ya, meskipun lo seorang konglomerat, bukan berati lo seenaknya bisa minta ini itu sampai minta dijodohin sama gue! Bilang sama nyokap lo, gue enggak butuh duit sogokan kalian! Dasar keluarga tikus berdasi!" itu yang Marko ucapkan pada Helza lewat telepon.
Shibal saekkiya. Helza tentu tersinggung, Papinya bukan seorang koruptor. Beraninya lelaki bajingan itu mengatainya tikus berdasi. "Sorry, gue juga enggak berminat nikah sama cowok amoral dan miskin kayak lo. Dasar sdm rendah," balas Helza saat itu.
Dibawa emosi, Helza hendak melaporkan penghinaan tersebut. Namun, orangtua Marko datang menemui orangtua Helza dan memohon maaf. Di hari yang sama, Helza bertemu dengan Marko the fucking moron itu.
"Sorry ya, Za. Soal apa yang gue ucapin ke lo tadi. Gue enggak bermaksud ngatain keluarga lo korupsi, gue cuma kesel aja dan gak bisa kontrol emosi gue."
Helza mendecih. "Terus? Harus gue yang kontrol emosi lo gitu?"
"Gue...."
"Gue maafin, gue males ngobrol lama-lama sama lo. Mulut lo bau lambung, silakan pergi dari sini." Helza meninggalkan ruang santai yang dipakainya untuk berbicara berdua dengan Marko tadi. Ia hendak masuk ke kamar saat sadar bahwa ponselnya tertinggal. Helza kembali turun menuju ruang santai, sudah tidak ada Marko di sana. Helza raih ponselnya dan hendak meninggalkan tempat itu namun suara Marko yang ternyata sedang bertelepon di balkon membuat Helza terdiam.
"Bro! gue salah ambil keputusan banget anjing! Ternyata selain orang kaya, si Helza Helza ini cantik banget bangsat! Badannya seksi montok, enak kayaknya kalo dipake. Mana suaranya serak-serak basah, gue belum apa-apa aja udah mau keluar." Marko tertawa puas. "Kayaknya gue lebih baik putusin si Indah dan terima perjodohan dari nyokap gue deh, untung banyak coy! Gue enggak rugi ngelepasin si Indah demi Helza. Spek nya beda jauh, si Indah bokongnya tepos, si Helza padat banget."
Helza tertawa hambar, ia menggulung lengan kaus panjang yang ia gunakan lalu merentangkan kedua tangannya ke atas. Bajingan ini, harus diberi pelajaran sesekali. Helza berjalan ke Gudang, ia membuka kotak perkakas dan mengambil alat kejut Listrik yang Papi nya simpan untuk jaga-jaga jika ada maling masuk ke rumah.
Helza bawa kejut listik itu ke ruang santai, dilihatnya Marko masih asik berdiri berteleponan. Tawa cowok itu terdengar seperti ejekkan bagi Helza, hingga membuat emosinya tersulut cepat. Dinyalakannya alat kejut listrik tersebut selagi Helza berjalan diam-diam menghampiri Marko, setelah dekat, dengan penuh kebanggaan Helza tusuk bokong Marko dengan alat kejut listrik itu sampai Marko terkejut dan kejang-kejang.
Helza mendesis. "Gue enggak sudi dijodohin sama lo shibal saekkiya! Pantat lo setipis pantyliner juga masih aja lihat cewek dari fisiknya. Pergi sana bawa bokong tepos lo dari sini, mata gue sepet lihat bokong dan wajah lo yang sama-sama burik itu!"
Helza mendecap sebal mengingat peristiwa satu tahun lalu itu. Marko adalah alasan Helza yang kini selalu menggunakan senjata "bokong padat" untuk menilai cowok yang mendekatinya. Tentu saja tidak semua cowok, Helza hanya akan mengatakan "Gue enggak suka lo karena bokong lo tepos." pada beberapa cowok berengsek saja. seperti misanya Randy, cowok Minggu lalu yang sempat Helza temui di caffe, Helza mengeluarkan kalimat "Bokong tepos" itu karena sedari awal, mata Randy hanya menatap dadanya saja. Helza yakin, jika dada Helza kecil, Randy pasti tidak sudi bertemu dengannya.
Jadi mengenai "Helza penggemar bokong padat" itu tidak sepenuhnya benar. Helza hanya akan mengatakan ia tidak suka cowok berbokong tepos hanya agar bisa melukai harga diri cowok-cowok berengsek saja sekaligus melepaskan diri dari cowok seperti itu. Dan jurus Helza berhasil. Ia bisa menyingkirkan cowok=cowok berengsek itu dengan mengatakan bahwa Helza tidak berminat pada cowok berbokong tepos.
Karena sudah terbiasa menjelaskan kepada Dara dan Aruna bahwa Helza tidak menerima cowok pilihan maminya karena bokong cowok itu tepos, Aruna dan Dara sungguhan mengira Helza penggila bokong. Tidak masalah sebenarnya, karena hal itu Helza anggap sebagai lucu—lucuan saja. Selagi Dara dan Auna tertawa, Helza senang meski dicap sebagai perempuan cabul dan mesum. Sesayang itu Helza pada kedua sahabatnya.
Ah, mengigat Dara dan Aruna, membuat Hela merindukan dua gadis itu. Maka setelah selesai membersihkan diri dan memakai pakaian olah raganya, Helza segera melakukan panggilan video lewat grup bersama Dara dan Aruna.
"Weeeyy bangun kalian para perawan mesum!" teriak Helza begitu wajah Dara dan Aruna terlihat di layar. Perempuan itu berdecap melihat keduanya masih berselimut. "Bangun, bangun. Pemalasan banget, sih, kalian tuh."
"Bukan kita yang pemalasan, lo yang bangun kepagian, Za," komentar Dara. Gadis itu akhirnya bangkit dan duduk, matanya memicing memerhatikan background di belakang Helza. "Lo di mana, Za?"
"Hotel, dong!"
Aruna mencibir. "Abis wleowleo ya lo?"
"Apaan wleowleo?" tanya Helza.
"Abis digenjot," jelas Aruna ngawur.
"Heeyyy, mulut buatan neraka lo itu dijaga ya!" Helza protes. "Enggak ada cowok yang bokongnya semok, jadi gue enggak dibungkus."
"Lah terus ngapain di hotel?"
Helza memutar mata. "Terserah orang kaya lah, yang miskin mana ngerti kalo nginep di hotel itu bukan cuma pas honeymoon doang," candanya.
"Run, kita tidur aja lagi. Si Helza kalo udah begini biasanya bakal nyebelin seharian," ajak Dara.
Helza tertawa. "Bangun, susul gue ke hotel sini. Pake baju olahraga, setahu gue hotel ini deket lapangan gitu."
"Za, sumpah. Gue udah capek banget udah lari dari masalah hidup. Yang bener aja lo ngajak kita lari hari ini. Sekali-kali ngajak kita healing kek ke Bali."
"Dar, jangan ke Bali. Lo pendek, gue takut lo ilang di sana," komentar Aruna.
Helza tertawa. "Botol Yakult minta main di Bali, dibawa bule abis lo Dar. Ayok buru bangun, pesen gocar deh, gue isiin salo gopay kalian yang minus itu. Nanti abis lari kita berenang di sini."
"Abis renang ajak jalan ke Mall tapi ya? Gue pengen makan yang enak kayaknya," pinta Aruna.
"Gampang, tapi temenin gue lari ya."
"Oke."
Satu jam kemudian, Dara dan Aruna datang dengan pakaian training. Helza tertawa karena Dara tampak terlihat mungil memakai jaket dan celana olahraganya. "Heh botol Yakult, lo pake baju si Dior, ya?" Dior adalah satu-satunya adik Dara.
"Iya, gue enggak punya baju olahraga, Za. Gue cuma punya daster, karena gue biasanya olahraga di rumah itu nyapu, gegeroh sama ngepel. Gue enggak mungkin kan pakai daster yang kalo dipakai tidur suka ke singkap sampai paha itu buat nemenin lo jogging? Jadi gue pinjem punya Dior."
Helza merangkul Dara. "Yaelah kasian banget sobatmiskin gue, nanti gue beliin baju ya?"
"Gue enggak dibeliin?" Aruna menunjuk hidungnya sendiri.
"Gue beliin dua-duanya, asal kalian janji, seudah dibeliin baju kalian harus mau nyanyi dangdut sambil geol-geol. Gue enggak mau rugi, ya. Kalian harus kerja jadi biduan yang live di tiktok, nanti hasil dari gift dibagi tiga." Helza terkekeh melihat kedua temannya berdecap. "Oke oke, nanti gue beliin deh!"
"Enggak usah, mending mentahnya aja deh." Helza memutar bola mata mendengar jawaban Dara. Dasar mata duitan. "Ayok buruan kalo mau jogging, keburu panas, nih. Wajah pas-pas-an gue bisa tambah ancur kalo sampai jadi gosong, Za."
Ketiganya keluar dari kamar hotel dan bergegas turun menggunakan lift tanpa tahu, bahwa ada seseorang yang menguping pembicaraan mereka di kamar sebelah.
Arash, sejak pagi sudah siaga menempelkan telinganya ke dinding. Coba mencuri dengar apa yang Helza lakukan dan bersama siapa Helza berbincang. Meski dengan volume yang kecil, Arash bisa tahu bahwa Helza hendak pergi jogging.
Kemarin malam setelah Arash berhasil menyentuh tangan Helza dengan bibirnya, tepat setelah itu kesadaran Helza benar-benar hilang. Perempuan itu tertidur, dan Arash bingung harus membawanya ke mana. Untuk itu, Arash putuskan reservasi hotel terdekat. Untung saja, di dalam sling bag Helza ia menemukan Kartu Identitasnya, sehingga Arash dengan mudah bisa memesan satu kamar untuk Helza dengan identitasnya sendiri.
Sementara Arash, memesan kamar tepat sebelah Helza meski sebenarnya bisa aja ia memesan satu kamar untuk berdua. Arash bisa memanfaatkan ke tidak sadaran Helza dan menjebak perempuan itu agar tidur bersamanya. Namun, meski Arash tergolong lelaki nakal, tetap saja ia tidak ingin berkelakuan bejat. Meski keinginan untuk menyentuh Helza sangat kuat, Arash masih bisa menahannya.
Arash sudah bilang bukan? Suara Helza terlalu indah jika digunakan untuk mendesah dalam keadaan mabuk. Akan lebih terdengar menyenangkan jika Helza mengerang dan mendesahkan namanya dalam keadaan sadar.
"Lo ngapain?" Alex terbengong melihat posisi Arash yang menguping seperti cicak menempel di dinding. Arash terkejut, malu bukan main karena kepergok sedang berada di posisi memalukan. Arash lupa, bahwa Alex menyusulnya semalam dan ikut tidur bersamanya. "Lo lagi nguping?" tuding Alex.
Arash berdeham dan membetulkan posisi berdirinya. Ia kemudian mengibaskan tangan di wajah. "Di sini gerah, nempel di tembok ternyata adem juga. AC nya rusak."
Alex melongo, ia melirik AC yang sangat normal dan tidak bermasalah. Bahkan Alex merasa suhunya terlalu rendah sampai ia kedinginan semalam. "Lo freak banget sumpah, deh, Rash." Ia terus memerhatikan gerak-gerik Arash yang kini dengan terburu-buru memaki jaket dan sepatunya. Tidak lupa, Arash memakai kaca mata hitam yang cukup besar sampai menutup hampir sebagian wajahnya. "Lo..., ngapain, sih?"
"Mana topi lo?" tanya Arash, sepenuhnya mengabaikan pertanyaan Alex.
"Di mobil," balas Alex, Arash segera meraih kunci mobil di nakas. "Lo mau ke mana, Rash?"
Arash melirik sebal. "Jogging."
Alex melotot. "Jo-joj-jogging?! Pake sepatu Jordan dan jaket bomber itu?!" Yang benar saja! apakah Arash gila?
"Kenapa emang? Terserah gue." Arash pergi dengan buru-buru. Ia harus mengejar Helza agar tidak kehilangan jejak.
Alex mengaga menatap pintu yang baru saja dilewati Arash untuk keluar. "Jatuh cinta emang bikin orang enggak waras, tapi khusus Arash, bukan enggak waras lagi, tapi dia benar-benar gangguan jiwa raga dan otaknya." []
***
19 Mei 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top