BAB 04
Di Washington, Arash bisa mendapatkan perempuan mana pun yang ia inginkan. Cukup dengan satu senyum, Arash bisa menyeret perempuan itu masuk ke dalam kamar untuk bertukar desahan. Semudah itu Arash mendapatkan kepuasan.
Malam ini, Arash pergi ke sebuah club yang mana dikelola oleh sepupunya sendiri. Tanpa jalur orang dalam, Arash mana mungkin bisa masuk karena aturan club yang pertama adalah, seseorang bisa masuk ke dalam setelah berusia dua puluh satu tahun.
Arash duduk di stool, ia teguk satu seloki berisi alkohol yang masih bisa ia toleransi kadarnya. Arash tidak ingin mabuk, he's not in the mood for sex either. Arash hanya ingin berada di luar rumah, sekedar untuk melupakan niatnya yang ingin memperbesar bokong.
Damn. Baru kali ini Arash tertarik pada perempuan tetapi harus memperbesar bokong terlebih dahulu untuk mendapatkan perhatiannya. Arash sadar, wajahnya bisa dibilang tampan, tingginya di atas rata-rata lelaki Indonesia, tubuhnya juga tidak bisa dibilang kurus karena ototnya yang kini besar dan kekar. Arash harusnya percaya diri untuk mendapatkan Helza, kalau saja perempuan itu tidak mengatainya bokong tipis.
"Fuck!" Arash teguk seloki ke dua dan mengerang. Ia kesal karena bayangan wajah Helza tidak mau hilang.
"Lo kenapa sih, uring-uringan mulu gue lihat-lihat." Alex si pemilik club and bar –sepupu Aras—duduk bergabung di sana. "Sini cerita sama gue, jangan tiba-tiba bunuh diri."
Arash mendelik. "Menurut lo..., bokong gue tipis?"
"Hah?"
Aras bangkit, ia beputar badan untuk menunjukkan bokongnya. "Look, is my ass small?"
"What the fuck are you saying?"
Arash mendengus. "Pergi lo!"
"Lo kenapa sih anjing?!" sentak Alex. "Datang-datang nanyain bokong! Lo waras?"
Tentu saja tidak. Arash merasa dirinya sudah tidak waras sejak bertemu Helza. Cowok itu kembali duduk. "Gue tertarik sama cewek tapi dia enggak suka gue."
"Gak suka lo? Gara-gara?"
Arash berdehem, ia menjawab sambil memalingkan wajah. "Gara-gara bokong gue tipis." Alex tertawa detik itu juga. Yeah, tertawalah sepuasnya. Bahkan jika Arash ada di posisi Alex, ia mungkin akan tertawa sampai kotak pita suaranya hilang seperti spongebob.
"Seriusan, ada ya cewek yang mandang bokong?" Alex mengusap punggung Arash lebay, seolah memberi dukungan pada Arash yang sedang berduka. "Carilah cewek yang enggak mandang bokong, tuh, di sana banyak!"
Arash menatap ke arah di mana jari telunjuk Alex mengacung, di sana ada belasan perempuan yang menari di dance floor. Yeah, benar. Arash tidak perlu memikirkan Helza lagi. Dia bisa mendapat banyak perempuan tanpa effort, mengapa juga ia harus memperbesar bokong untuk Helza? Hah, sungguh pemikiran tidk waras yang melukai harga diri.
Arash melompat dari stool, matanya segera memindai ke area dance floor. Memilih perempuan mana yang bisa ia ajak bersenang-senang malam ini. "That one." Arash mendapatkannya.
"Nice choose bruh!" Alex ikut turun. "Lupain si perempuan obsess bokong itu!"
Arash mengangguk kecil. Ah, sayang sekali ia harus mengatakan selamat tinggal pada Helza bahkan sebelum mereka tidur satu ranjang. Baiklah, tidak masalah. Ada banyak perempuan yang lebih menarik dari Helza di sini.
Mari lupakan Helza dan mulai bersenang-senang. Namun, baru satu langkah Arash berjalan, ia mendadak harus berhenti ketika mencium harum familier di sekitarnya. Helza's scent. Arash knew it even though they only met a few times
Arash menoleh ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak menemukan seseorang yang ia cari di sana.
"What are you looking for?" tanya Alex.
"She's here."
"Who?"
"The girl who made me have to enlarge my ass," jawab Arash.
Alex melotot. "She is here?!" tanyanya kaget, ia seret Arash untuk menjauh. "Ayok gabung ke dance floor, lo harus sembunyi supaya harga diri bokong lo terselamatkan. Gue enggak akan biarin dia ngatain bokong lo tipis lagi."
Arash melepaskan diri dari Alex begitu ia melihat seorang perempuan yang ia kenali berjalan menuju toilet. "Gue ke belakang dulu." Lupakan soal harga diri dan perempuan lain, Helza ada di sini dan Arash harus pintar mencari kesempatan.
"Ngapain?!" Alex protes. "Jangan bilang lo mau cari cewek itu?! Jangan anjir! Bokong lo taruhannya, Rash!"
Persetan dengan harga diri dan bokong. Arash akan menampakkan dirinya di depan Helza agar perempuan itu tahu, bahwa Arash hidup di dunia. Lagi pula..., tidak masalah ber-bokong kecil. Arash punya sesuatu yang besar. Sperma tidak dikeluarkan oleh bokong melainkan oleh sesuatu yang besar yang Arash punya. Mengapa Arash harus menyerah seperti seorang pengecut?
Here wo go, tidak berperilaku sesuai ucapan bagian satu. Siapa tadi yang mengatakan akan melupakan Helza dan bersenang-senang dengan perempuan lain yang lebih menarik dari Helza? Hah, orang itu bahkan kini sudah berdiri tidak sabar menunggu Helza keluar dari toilet.
Arash menunggu Helza tepat di jalanan menuju toilet, ketika perempuan itu keluar, Arash sontak menegakkan badannya dan berjalan menghampiri Helza. Bau alkohol terendus begitu Arash berada di dekat perempuan itu, melihat mata sayu Helza dan bagaimana perempuan itu sesekali memegang kepala, Arash tahu bahwa kesadaran Helza sudah direnggut minuman keras tersebut.
"You're drunk." Arash membantu Helza tatkala perempuan itu hampir hilang keseimbangan.
Helza berkedip beberapa kali lalu menatap Arash meski yang ia temui adalah sosok yang buram. "Mm, can you help me sit over there?" Helza menunjuk stool di mana banyak cowok sedang mabuk di sana.
Arash tentu tidak akan memberikan ikan ini pada kucing-kucing yang kelaparan di sana. "Come." Ia menggiring Helza ke sebuah ruangan milik Alex. Dibantunya Helza untuk duduk nyaman, Arash juga membantu melepas sling bag yang Helza gunakan agar leher perempuan itu bebas dari beban.
"Thank you." Helza merogoh saku dari mini skirt yang ia pakai, mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan seratus dari sana. "Here's your tips." Ucapnya selagi berusaha menjejalkan uang itu pada Arash.
Arash mengangkat sebelah alis. Jadi, nona pemabuk ini menyangka Arash adalah seorang pelayan bar yang membantunya? Damn, Helza bahkan tidak mengingat wajahnya padahal mereka pernah bertemu di sekolah.
"Kenapa enggak diambil? Kurang?" Helza tampak tersinggung. "Aiihh, kenapa pelayan sekarang pada matre kayak si Dara." Perempuan itu hendak merogoh saku lagi, namun Arash menahannya.
"I'm not a barmaid," beritahu Arash.
"Bukan pelayan?" Helza memicing mata, ia telusuri kepala Arash sampai ujung kakinya. "I'm drunk, gue enggak bisa lihat lo dengan jelas. Tapi dari suara lo, kayaknya kita seumuran. Makasih udah bantu gue."
Ini kesempatan Arash untuk berkenal dengan Helza secara benar. "Anytime." Cowok itu membungkuk untuk mengintip wajah Helza. Meskipun sedang mabuk, Helza tetap cantik dengan dark make up nya. "What's your name?" baiklah, berpura-pura tidak mengenal Helza sepertinya pilihan yang benar.
Helza terkekeh. "My name? you have to guess."
"Okay." Arash duduk di meja, tepat di seberang sofa yang diduduki Helza. "Give me a clue."
"Starts with the letter H and ends with A." Helza tersenyum menantang.
"Hadiah apa yang bakal lo kasih ke gue, kalo gue berhasil tebak nama lo?"
Helza tampak berpikir lalu mengedikkan bahu ketika bisa menebak apa yang Arash ingin. "Well..., anything you want."
Arash tersenyum miring. "Anything?" ia memastikan.
"Apa pun. Kalo lo berhasil." Helza menopang kaki, menyimpan kaki kirinya ke atas kaki kanan. Arash merasa gerah ketika melihat senyum perempuan itu penuh arti.
"Helza, that's your name," ucap Arash parau. Helza terkejut, matanya yang sayu sedikit membesar. Fokus Arash teralihkan pada bibir mungil merah muda yang terkatup, lalu terbuka setengah, sebelum kemudian terkatup kembali. Arash jadi berpikir, bagaimana rasa bibir Helza? Apakah manis seperti strawberry? Atau justru pahit seperti kalimat-kalimat yang selalu ia lontarkan ketika mengomentari bokong.
"I'm right," bisik Arash. Ia tekan punggung Helza sampai perempuan itu terdorong ke depan dan menabrak dada Arash. Jarak mereka hanya dua ruas jari, bau alkohol dari napas mereka berdua bahkan bisa tercium satu sama lain.
"What do you want?" tanya Helza.
You. Arash wanted Helza badly. Perempuan itu sedang mabuk, Arash bisa saja membawanya ke dalam kamar dan menidurinya. But, Arash didn't want it to end in one night.
"I love your name," ucap Arash.
Helza tersenyum miring. "Just my name?"
Arash menatap mata perempuan itu lalu menatap bibirnya. "Love your eyes, your lips," beritahunya lambat. "And your voice."
"My voice?"
Arash mengangguk, ia mendekatkan wajahnya pada Helza sampai pipi mereka bersentuhan. Arash raih tangan Helza dan menggenggamnya sementara bibir Arash perlahan mendekat ke telinga perempuan itu, dengan suaranya yang parau cowok itu kemudian berbisik, "You have a beautiful voice, it would sound great if you moaned in my arms while you were sober," katanya sebelum kemudian mencium dan menghisap pergelangan tangan Helza sampai lembap dan meninggalkan bekas kemerahan. []
***
18 Mei 2024
"You have a beautiful voice, it would sound great if you moaned in my arms while you were sober." artine: Kamu punya suara yang indah, akan terdengar menyenangkan jika kamu mengerang dipelukanku dalam sadar (Tidak mabuk)
Jadi intinya, si Arash gak mau mereka having sex dalam keadaan si Helza mabuk. mau nganunya pas si Helza lagi sadar, melek, menatap penuh cinta supaya gak bisa lupain momen mereka gitu aja. begitu kan mau lo rash?!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top