18. Leave Behind

Tantangan keempat : "Silahkan buka work yang berjudul Uptown Girl, cari chapter END, lihat koleksi segitiga lima-nya. Koleksilah segitiga lima di sini dengan jumlah yang sama."

#awaskaget #awasadamasjunhee #awasgakadasayangsayangannya #awasrinduabang #awasdikitlagikonflik #awastantangannyagaksukses #awasadaTBC 🔫

.
.
.

"Astaga, kau benar-benar tak tertolong."

Sooji mengabaikan teguran itu dan memilih menghabiskan cheeseburger ukuran jumbo yang dipesannya tadi. Sebenarnya sejak tadi dia tidak berhenti menguyah apapun yang bisa ditelannya, membuat Junhee mendesah frustasi karena kelakuannya.

"Sooji, kau harus menjaga pola makanmu. Junk food tidak baik untuk kesehatan, lagipula apa kau tidak takut berat badanmu naik?"

Wanita itu menatap sengit Junhee yang sedang berusaha untuk mengambil wadah burgernya, tapi dengan cekatan dia menepis tangan pria itu kemudian menjauhkan dari jangkauannya. Sekarang Sooji tidak mau peduli lagi sama berat badannya, terserah mau berat dan tubuhnya penuh gelambir-gelambir lemak, dia tidak akan peduli.

"Aku lapar." Hanya itu yang dikatakan Sooji kemudian kembali mengabaikan Junhee.

Junhee bukannya tidak sadar, tapi dia tau kalau kelakuan Sooji semakin menyebalkan semenjak pulang dari Jeju seminggu yang lalu. Selama satu minggu ini, yang dilakukan Sooji hanya mendekam di dalam kamar, makan, dan bermalas-malasan. Sangat bukan wanita itu. Dulu ketika mendapatkan libur, Sooji pasti akan menyempatkan diri untuk lari pagi, atau pergi ke gym untuk kebugaran tubuhnya.

Tidak pernah sekalipun dia melihat Sooji bermalas-malasan dan mengkomsumsi junk food selama tujuh hari berturut-turut karena sangat menjaga bentuk tubuhnya agar selalu ideal. Tapi sekarang? Jangan ditanya lagi, Sooji bahkan sudah membuat junk food sebagai makanan pokoknya.

Dan Junhee tau jika semua ini terjadi bukan tanpa alasan.

"Sooji, sebenarnya apa masalahmu? Ceritakan padaku, kita bisa mendapatkan solusinya," Junhee duduk di samping wanita itu, menatapnya dengan lembut, "kau memilikiku, jadi kau bisa menceritakan semuanya. Apa ini ada hubungannya dengan liburanmu di Jeju?"

Sooji menghempaskan burgernya yang tinggal sedikit lagi ke meja lalu melirik Junhee dengan tatapan tajam, "tidak usah tanya-tanya. Kau membuat nafsu makanku hilang," tukasnya sinis, membuat Junhee menghela nafas panjang.

"Berarti memang ada masalah, apa itu hmm?"

"Oppa, sudah kukatakan jangan bertanya padaku."

"Tidak bisa, aku harus tau. Kalau tidak, bukan tidak mungkin bulan depan kau sudah memiliki berat 100 kg."

Sooji melotot menatap Junhee yang mengucapkannya tanpa rasa bersalah sedikitpun, "itu tidak mungkin! Kau mendoakanku biar aku gemuk ya?"

"Mungkin saja kalau yang kau kerjakan setiap hari hanya makan dan tidur saja."

"Tapi aku tidak akan segendut itu!" Gerutunya dengan wajah merengut, Sooji melirik burger yang dia abaikan tadi lalu perasaan takut muncul di hatinya.

Apa benar aku akan gendut? Oh tidak, tidak..jangan sampai itu terjadi.

Melihat wajah Sooji, Junhee menahan tawanya. Dia sangat yakin kalau wanita itu pasti memikirkan perkataannya,  yang memang sengaja dia lakukan karena tau Sooji selalu gampang mempercayai ucapannya.

"Kalau tidak percaya coba saja," tukas Junhee membuat Sooji menatapnya, "asal jangan mengeluh padaku kalau perutmu dipenuhi dengan lemak dan tidak ada yang mau mengajakmu main drama lagi."

"Oppa!"

Junhee tertawa keras sementara Sooji merengek hampir menangis mendengarnya, meskipun tidak benar-benar yakin Sooji bisa gendut, tapi melihat wajah merengut wanita itu selalu menjadi kepuasan untuknya. Sama seperti Sooji yang selalu membuatnya sakit kepala, dia juga senang membuat Sooji frustasi.

Jadi semuanya impas kan?

"Oppa, apa aku benar akan gendut?" Sooji bertanya setelah berselang beberapa menit Junhee tertawa, "aku tidak mau gendut," sungutnya dengan bibir mengerucut lucu. Junhee tersenyum mengusap kepala Sooji seperti dia adalah seorang anak kecil.

"Aku hanya bercanda kok, kau tidak akan gendut," ujarnya dengan suara meyakinkan. Ya, pada akhirnya Junhee akan mengakui candaannya, dia nemang tidak bisa membuat Sooji kesal lama-lama.

"Kau mengerjaiku?" Sooji menyipitkan mata menatap Junhee, sementara pria itu kembali tertawa membuatnya berang.

"Ih Oppa! Kau benar-benar.."

"Jangan marah dulu, siapa suruh kau jadi aneh begini," Junhee menyela, menahan tangan Sooji yang sudah melayang hendak memukulinya, "selama mengenalmu, aku tidak pernah melihatmu makan junk food sebanyak ini."

"Itu karena aku lapar," Sooji cemberut, membuang wajahnya dari Junhee

"Kalau lapar kau bisa makan nasi Sooji. Oppa akan memasak untukmu, seperti biasanya kan?"

"Tapi aku tidak mau."

Junhee menghembuskan nafas panjang, dia menarik kepala Sooji agar bisa menatapnya dan terkejut ketika melihat airmata di wajah wanita itu.

"Hei, kenapa?" tanyanya dengan lembut, tangannya mengusap wajah Sooji yang menangis tanpa suara. Wanita itu menggelengkan kepalanya.

"Sooji sayang, kau bisa cerita padaku. Ada apa hmm?" Junhee memeluk Sooji membuat wanita itu akhirnya merengek dan menumpahkan airmatanya di dada Junhee.

"Oppa..."

"Iya, aku mendengarmu..."

"Aku-aku..aku rindu."

Junhee tersenyum kecil, dia mengusap kepala Sooji lalu menggeleng tidak percaya, "kau sudah bertemu denganku. Masa masih rindu juga?"

"Ih bukaaan," Sooji merengut, memukul dada Junhee, "aku bukannya rindu denganmu," lanjutnya lagi. Dia semakin menenggelamkan wajahnya ketika Junhee menanyakan siapa yang dia rindukan.

"Itu...itu.."

"Apa kau merindukan seseorang di Jeju?"

Tebakan Junhee membuat tubuh Sooji menegang, tangisannya makin menjadi ketika mendengar tawa pria itu dan mengatakan bahwa dia sedang kasmaran. Bagaimana bisa Junhee menebak dengan benar?

"Ceritakan padaku, ayolah...selama ini aku tidak pernah melihatmu tertarik pada pria manapun, jadi dia seperti apa?"

Sooji masih enggan mengangkat wajahnya  meskipun tangisannya sudah berhenti, tapi dia masih betah memeluk Junhee.

"Namanya Myungsoo..." Sooji mengigit bibirnya ketika menyebutkan nama pria itu, dia kemudian menceritakan pertemuan pertamanya bersama Myungsoo hingga ketika pria itu membawanya pulang. Minggu lalu ketika kembali, Sooji memang tidak bercerita secara detail. Dia hanya menjelaskan bagaimana bisa mobilnya dirampok sampai bertemu dengan orang yang menolongnya.

"Jadi dia yang menolongmu waktu itu?"

Sooji mengangguk pelan, dia lalu melanjutkan tentang Hyera, Haci dan kesehariannya di sana. Bahkan kejadian di club juga Sooji ceritakan sehingga tubuh Junhee menegang.

"Kau apa?"

"Ada Myungsoo, dia yang menenangkanku Oppa."

Junhee memejamkan matanya, tidak menyangka jika Sooji akan kembali mengingat masalalunya lagi dan itu tanpa dirinya. Biasanya hanya dia yang akan membuat Sooji lebih tenang dari serangan masalalunya.

"Apa kau baik-baik saja?"

"Aku baik, Myungsoo sangat menjagaku. Aku..aku senang bersamanya," jawab Sooji malu-malu, sesuatu yang baru ditemui Junhee dari wanita itu. Selama ini Sooji tidak pernah menyebut nama pria dengan malu-malu seperti sekarang ini.

"Jadi?"

"Jadi ya seperti itu..." Sooji terdiam beberapa saat, dia menimbang akan memberitahu Junhee atau tidak. Tapi kemudian dia berpikir, Junhee tau apapun tentang dirinya jadi sudah seharusnya dia juga mengatakan hal ini pada pria itu.

"Seperti apa?"

"Aku..hmm aku dan dia, kami...kau tau, kami itu.."

Junhee mengerutkan keningnya bingung mendengar kalimat Sooji yang setengah-setengah, memaksa untuk melapaskan pelukannya agar bisa menatap wajah wanita itu yang saat ini sudah memerah dan panas.

"Apa?"

"Kami melakukannya, Oppa."

Untuk sesaat Junhee bingung, tapi ketika Sooji menatap matanya akhirnya dia mengerti, "sial! Kau apa Sooji?" tanyanya kaget setengah berang, matanya melotot tidak percaya ketika Sooji hanya menunduk tanpa menjawab pertanyaannya.

"Kalian sudah sejauh itu? Bagaimana bisa...bukannya kau," Junhee menggantung kalimatnya, dia tidak habis pikir dengan apa yang telah dilakukan Sooji. Bagaimana bisa wanita itu bisa berhubungan dengan laki-laki?

"Aku juga tidak tau...aku, aku hanya menemukan diriku sangat nyaman di sisinya."

Junhee memejamkan mata, kembali merasakan sakit di kepalanya, tapi kali ini bukan karena Sooji melainkan karena pria yang sudah meniduri Sooji.

"Kau jatuh cinta padanya?"

Sooji mengerutkan keningnya, dia berpikir sejenak lalu menggeleng, "aku tidak tau."

"Sooji, kau tau apa yang sedang terjadi padamu bukan?" Junhee memegang bahu Sooji dengan erat, menunduk untuk menatap tepat di manik matanya, "berapa kali kalian melakukannya?"

Tanpa disangka-sangka, Sooji tersenyum malu-malu lalu Junhee bisa melihat kepala gadis itu menggeleng membuatnya mengumpat.

"Sooji, kau.."

"Aku tau Oppa, tapi ini berbeda..dia berbeda." Sooji menyela dengan sebuah lirihan, "dia memperlakukanku dengan hati-hati, dia sangat lembut dan menyenangkan. Aku menyukainya." Ada senyum di akhir kalimat Sooji.

Junhee percaya pada Sooji, dia bisa melihat pengaruh yang terjadi pada wanita itu dan sama sekali tidak ada tanda bahwa dia merasa dirugikan karena pria itu. Tapi, semuanya masih terasa tidak benar untuk Junhee. Apalagi minggu lalu Sooji menelponnya dan mengatakan ingin segera pulang, padahal sesuai kesepakatan dia akan menjemput Sooji nanti seminggu setelah wanita itu menelponnya untuk pertama kali.

"Jadi kenapa kau pulang sekarang?"

Sooji terdiam mendengar pertanyaan itu. Sebenarnya dia juga bertanya-tanya mengapa harus pulang sekarang? Dia bahkan tidak mengatakan apapun pada Myungsoo, hanya berpamitan pada Hyera.

Tapi, setelah dipikir-pikir mungkin itu adalah pilihan yang tepat. Myungsoo tidak mungkin akan ikut dengannya ke Seoul dan dia jelas tidak bisa tinggal di Jeju selamanya. Jadi untuk apa dia berlama-lama di sana kalau pada akhirnya mereka akan berpisah?

Mungkin hatinya tau, bahwa pergi lebih awal adalah keputusan yang bijak. Demi menghindarkan mereka berdua untuk jatuh lebih dalam.

Sooji juga sudah merasa cukup. Ketika hubungannya dan Myungsoo terjalin tanpa adanya masa depan, dia selalu tau kapan bisa berhenti. Sooji yakin, Myungsoo juga berpikir sama. Pria itu jelas tidak akan memilihnya jika pilihan itu melibatkan ibunya, karena sampai kapanpun Hyera akan selalu menjadi nomor satu bagi pria itu.

Sooji menyadarinya dan dia memilih mundur. Pergi sebelum benar-benar terjatuh adalah keputusannya.

Dan apa kau menyesali keputusanmu?

Jawabannya adalah tidak. Meskipun dia merasa sedih, tapi tidak ada sedikitpun penyesalan karena memutuskan untuk pergi. Karena yakin jika dirinya penting dalam hidup Myungsoo, maka pria itu pasti tau di mana harus mencarinya.

Meskipun merindu, tapi Sooji akan menunggu.

Menunggu untuk Myungsoo datang padanya. Karena dia yakin suatu saat pria itu pasti akan datang untuknya.

¤¤¤

"Kau yakin akan melakukannya? Waktu liburanmu belum habis," Sera bertanya pada Sooji untuk meyakinkan keputusannya lagi, saat ini mereka sedang berada di kantor agensi. Pagi ini Sooji sudah mulai kembali beraktifitas seperti biasa, seperti perkataan Junhee kemarin. Dia akan gendut jika yang dilakukannya hanya makan dan tidur saja, dan setelah berpikir ulang, Sooji merasa bodoh karena seminggu terakhir telah mengkomsumsi ribuan kalori tanpa membuangnya.

"Tidak masalah, lagipula aku sudah bosan," cetus Sooji merapikan rambutnya, "aku dan kata libur memang tidak cocok, Eonni."

Sera tertawa mendengarnya, "seperti biasa, sangat kau pekerja keras, Bae Sooji."

"Tentu saja. Aku butuh menghasilkan uang untuk menghidupi diriku dan menggaji Junhee Oppa."

"Kau benar, baiklah kalau begitu bersiaplah. Aku akan memanggil Daeri untuk membantumu."

"Terima kasih Eonni," Sooji berseru ketika Sera keluar dari ruangan, setelah ditinggal sendirian wanita itu hanya menghela nafas panjang.

Ya, dia sudah harus kembali ke aktifitasnya semula. Semua yang terjadi satu bulan terakhir harus dia lupakan, sekarang inilah hidupnya yang sebenarnya. Sooji tidak mau karena apa yang terjadi di Jeju membuat pekerjaannya berantakan.

Meskipun dalam hati dia mengaku sulit untuk melupakannya, semua kenangan itu terlalu melekat di hati dan pikirannya jadi butuh usaha yang keras untuk bisa dilupakan. Itulah alasan mengapa Sooji saat ini sudah ingin kembali bekerja, ketika kemarin Junhee memberitahunya salah satu produk kosmetik memintanya untuk menjadi model CF terbaru mereka, dia langsung menerimanya.

Setidaknya dengan bekerja membuatnya bisa sedikit teralihkan dari Myungsoo.

Beberapa menit setelahnya Daeri masuk dan langsung menyuruhnya berganti pakaian, rencananya mereka akan langsung ke lokasi shooting yang diadakan di daerah Gangnam. Junhee tidak ikut bersamanya karena memiliki sesuatu yang penting untuk diurus, jadi hanya Daeri dan Jungnam--manajer junior, yang menemaninya.

"Jadi apa kau benar-benar dirampok?"

Sooji memutar bola matanya ketika menangkap wajah penasaran Jungnam dari kaca spion di atas kepala pria itu, "jadi sekarang kau mau mengintrogasiku? Apa Junhee Oppa tidak memberitau kalian?"

"Ck, jangan harap Eonni. Bahkan sampai kita paksa juga Junhee Oppa tidak mau membuka mulutnya," kini giliran Daeri yang bersuara. Sooji hanya menggelengkan kepala, Daeri dan Jungnam sudah bekerja bersamanya satu tahun lebih lama dari Junhee, jadi dia sudah sangat meghapal sifat mereka yang selalu ingin tau apapun.

"Aku memang dirampok, tapi tidak tau siapa perampoknya," ujar Sooji membuka ceritanya.

"Lalu apa yang terjadi? Huh, perampok itu sungguh tega," tanya Daeri antusias, wanita itu bahkan sampai membalikan tubuhnya ke belakang untuk bisa menatap Sooji.

"Mereka tidak tau saja kalau kau adalah artis terkenal, ckckck." Komentar Jungnam dari balik kemudinya membuat Sooji tersenyum puas, mereka berdua memang tidak pernah mengecewakannya dan sangat tau cara menyenangkan hatinya. Itu mungkin salah satu alasan mengapa dia sangat betah jika Daeri dan Jungnam yang mengurusnya. Dibandingkan Junhee yang hanya selalu membuatnya kesal.

"Sayang dia tidak melihat wajahku, kalau iya dia pasti akan meminta berfoto bersama," celetuk Sooji ikut menambahkan membuat mobil mereka dipenuhi oleh gelak tawa. Kemudian sepanjang perjalanan menuju lokasi Shooting Sooji melanjutkan ceritanya yang ditanggapi antusias oleh Daeri dan Jungnam.

¤¤¤

Tepat jam 7 malam semuanya telah selesai, Sooji memijat lehernya yang terasa sedikit kaku saat duduk di kursi yang memang disediakan untuknya. Dari kejauhan Jungnam terlihat tergopoh-gopoh menghampirinya dengan menenteng sebuah minuman ion dan sekotak sandwich tuna.

"Minum ini dulu, kau pasti sangat lelah," tawar Jungnam, Sooji langsung menyambar minuman di tangan pria itu lalu menenggaknya, "kata Junhee Hyung, setelah ini aku harus mengantarmu pulang."

Sooji merengut tidak sedang dengan ide itu, dia menghabiskan minuman kalengnya sebelum mendongak untuk menatap Jungnam yang berdiri di sampingnya, "aku tidak mau pulang. Aku ingin bertemu Jaehyun Oppa."

"Sooji, kumohon," Jungnam mendesah panjang, ini bukan pertama kalinya Sooji membangkang, sejak dulu setiap kali dia yang mengantar Sooji untuk bekerja, wanita itu selalu saja minta untuk di antarkan kemana saja untuk bertemu siapapun yan bisa menyebabkan dirinya terkena skandal. Ahn Jaehyun contohnya. Sooji selalu mengabaikan perintah Junhee yang mengharuskannya untuk segera pulang, setiap kali itu terjadi dialah yang menjadi sasaran kemarahan Junhee karena sudah membuat Sooji keluyuran setelah bekerja padahal wanita itu butuh istirahat.

"Junhee oppa tidak akan mengetahuinya, oke?"

Jungnam menggeleng dengan tegas, "tidak Sooji. Kau harus pulang, aku sudah lelah mendengar omelannya."

"Huh tidak asik! Kau sama saja dengan Junhee Oppa, menyebalkan!" Sooji mendelik, dia beranjak dari tempatnya lalu meninggalkan Jungnam yang hanya bisa menghela nafas pasrah.

"Sooji-ssi?" Sooji yang hendak masuk ke dalam ruang ganti memghentikan langkahnya ketika seorang staff memanggilnya, dia menoleh dengan raut bingung di wajahnya saat wanita itu menyodorkan sebuah kotak yang terbungkus rapi kepadanya, "tadi ada yang menitipkan ini padamu, mungkin dari salah satu fansmu."

Sooji tersenyum, tanpa menunggu dia langsung menerima kotak tersebut, "terima kasih Eonni," ujarnya dengan senang. Ini bukan pertama kali dia mendapatkan hadiah dari para penggemarnya dan dia selalu merasa senang karena hadiah-hadiah tersebut. Kadang dia juga sengaja memakai hadiah pemberian penggemarnya ketika sedang ada jadwal di luar, agar penggemar tau bahwa dia menerima dan memakai hadiah-hadiah tersebut.

"Apa itu?" Daeri tersenyum saat dia mengulurlan kotak tersebut, "hadiah dari fansmu lagi eonni?"

"Tentu saja..kau tau aku memiliki banyak penggemar."

Kalau saja tidak mengenal Sooji, mungkin Daeri sudah akan menarik rambut wanita itu karena kesombongannya, sayangnya dia terlalu tau watak artisnya itu jadi Daeri hanya menggelengkan kepala setiap kali Sooji bersikap arogan di depannya.

"Aku tau, kau kan artis terkenal," celetuknya yang selalu berhasil membuat senyum Sooji terkembang, dia juga tau wanita itu suka dipuji dan Daeri tidak keberatan melakukannya karena Sooji memang wanita yang layak mendapatkan pujian.

"Baiklah Daeri, sekarang ayo bersihkan makeupku, sebelum Junhee Oppa mengamuk karena aku belum sampai di rumah."

Daeri tertawa lalu mendekati Sooji, setelah meletakkan kotak pemberian penggemarnya di atas tumpukan barang-barang mereka.

Satu jam kemudian, Sooji sudah turun dari mobil dan berpamitan pada Daeri serta Jungnam, tidak lupa dia juga membawa kado dari penggemarnya. Sooji adalah salah satu artis yang sangat peduli pada fansnya. Kalau bisa, sebenarnya dia ingin bisa menyapa penggemarnya satu persatu, tapi itu jelas mustahil. Jadi yang bisa dilakukannya hanya menjaga dengan baik hadiah-hadiah dari mereka dan selalu mengupload kegiatannya di media sosial agar mereka bisa lebih dekat lagi.

Sooji masuk ke dalam tempat tinggalnya dengan langkah malas, keadaan di sana sangat sepi yang menjadi tanda bahwa mungkin Sooji akan kembali mengingat Myungsoo lagi.

"Hah," dia hanya mendesah panjang, menyalakan semua lampu lalu bergegas ke dapur, tersenyum ketika melihat makanan sudah tertata di atas meja pantri berserta dengan sebuah catatan di atasnya.

Panaskan dulu sebelum makan, awas jangan sampai hangus.

-Oppamu yang paling ganteng-

"Cih, dasar pak tua jelek," cibir Sooji, dia menatap sup kerang di atas mangkuk dan seketika ingatannya kembali pada masa-masa di mana dia menghabiskan waktu di rumah Myungsoo. Sup kerang laut menjadi salah satu masakan andalan Hyera dan dia tidak pernah kecewa dengan rasanya.

Sekarang melihat sup kerang buatan Junhee membuatnya merasa lapar seketika, meskipun tau rasanya mungkin tidak akan menandingi masakan Hyera, tapi tetap saja dengan makan sup kerang dia bisa kembali mengenang masa-masa liburannya sebulan terakhir.

¤¤¤

Keesokan harinya Sooji dibangunkan oleh kebisingan Junhee, dia menggeram kesal lalu tanpa mencuci muka keluar dari kamar untuk mengetahui apa yang dilalukan pria itu di apartemennya sepagi ini.

"Selamat pagi, apa tidurmu nyenyak?"

Sooji mendengus mendengar sapaan Junhee, dia menatap pria itu sedang sibuk memasang sebuah kerangka yang tidak diketahuinya, "apa itu Oppa?"

"Oh ini, rak buku..bukannya kau memintaku membelikanmu rak buku?" Junhee menjawab dengan cepat, Sooji mengerutkan keningnya.

"Tapi kau bisa membeli yang langsung jadi, kau hanya menggangguku pagi-pagi."

"Yang ini lebih bagus, kau bisa mengaturnya sesuai keinginanmu," pria itu membela diri lalu melanjutkan pekerjaannya, "oh ya, kotak apa itu di meja? Tadi pagi aku melihatnya sudah ada di sana."

Sooji menepuk keningnya, "oh aku lupa, itu hadiah dari fansku kemarin."

Junhee mendelik ketika Sooji melesat melewatinya lalu meraih kotak di atas meja, kemudian berkomentar, "dengan segudang skandal, kau masih memiliki penggemar?"

Sooji meliriknya dengan sinis dan membuat gerakan seakan dia akan meninju pria itu, "ck, tutup saja mulut besarmu itu pak tua."

Junhee hanya tertawa mendengar decakan Sooji, dia membiarkan Sooji sibuk dengan hadiah dari penggemarnya sementata dia kembali merakit rak buku pesanan wanita itu.

"O-oppa..."

"Hmm."

"O-oppa.."

"Apa Sooji?" Junhee menyahut dengan kesal, tapi masih tidak mengalihkan perhatiannya karena ingin segera menyelesaikan rak buku itu.

"I-ini..aku, Oppa..."

Junhee mendengus tajam, dengan kesal dia menoleh untuk menatap Sooji namun, matanya melotot ketika melihat wanita itu sudah terduduk di atas lantai dengan tangan bersimbah darah. Pria itu langsung meloncat dari tempatnya dan menghampiri Sooji membiarkan rak buku yang tadi sudah hampir selesai jatuh dan kembali terbongkar.

"Sooji, kau kenapa?" Junhee terlihat sangat panik, dia menangkap tangan Sooji dan mengamati darah di sana, "mana yang terluka? Kenapa bisa..."

"Ti--tidak, bukan aku," Sooji menggumam pelan, dia melirik kotak yang sudah terlempar jauh darinya dan Junhee mengikuti arah pandangnya.

"Astaga!" Pria itu berseru kaget ketika melihat isi kotak tersebut, dia kembali menatap Sooji dan menemukan wajah wanita itu sudah pucat pasi.

"Oppa, ini..."

"Sstt, tidak apa-apa. Ini mungkin kerjaan orang iseng," bisik Junhee menenangkan, meskipun begitu dia tidak bisa merasa tenang.

Karena kenyataannya, ini pertama kalinya Sooji mendapatkan paket mengerikan seperti itu.

Kotak yang dikiranya adalah hadiah dari penggemar, ternyata berisi sebuah ancaman yang disertai dengan boneka kelinci yang sudah tercabik-cabik di bagian kepalanya serta gunting yang berlumur darah.

"Aku takut Oppa."

"Tidak apa-apa, ada aku yang akan menjagamu."

Sooji memejamkan mata, kalimat Junhee membuatnya bayangan Myungsoo langsung muncul, itu seperti perkataan Myungsoo saat kejadian di club dulu. Dan sekarang dia semakin takut ketika menyadari mungkin saja ada orang yang sedang menerrornya saat ini.

Sooji tau bahwa ini bukanlah kerjaan orang iseng.

¤¤¤

To be continued...


Konflik udah mau mulai. So yg pengen tebak"an silahkan~

Aku suka tebakan kalian ttg konflik critaku, biarpun salah tetep bisa bikin greget sampe aku gemes pengen kasih spoiler 😆😌😋😃💣

[21/09/17]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top