15. Leisurely

Skrg aku tau, cara jitu bisa dpt spam voment berlimpah. Cuma ada satu cara, yaitu minta ke kalian dengan sebuah patokan 😅 Sumpah ya, kalian bener" licik tau wkwkwk perasaan aku gk prnah bikin kalian minta", tpi malah buat aku yg minta" 😅 dasar anak bandel 😝😝😝

Tapi, lupakan soal itu. Skrg aku punya permainan baru nih, siapa aja bisa ikutan kok...

Jdi setiap chapter mulai dri skrg itu akan ada tantangannya buat kalian, gimana tantangan itu bisa diselesaikan atau gk, itu sdh jdi pilihan kalian.

Nah, setiap ada tantangan psti akan ada rewardkan? Di sni aku bakal ngasih kalian bonus kalau tantangan di stiap chapter itu berhasil kalian lakukan dgn sukses. Apa bonusnya? Itu rahasia 😈 yg jelas pasti akan menguntungkan kalian 😌

Peraturannya gmpang, tantangan dianggap sukses kalo memenuhi syarat tepat 1 detik sblum chapter selanjutnya di publish. Kalo msal chapter ini tantangannya belum memenuhi syarat, tapi chapter selanjutnya sudah di publish maka itu dianggap gagal.

Tpi gimana kalau tantangannya gagal? Bakal mogok update kah? Atau di hapuskah? Atau gk update tiap hari lagi?....eits tenang aja, gk bakal ada perubahan yg merugikan kalian kalau tantangannya tdk sukses. Jadi event ini aku lakukan hanya untk buat kalian lebih semangat lagi

Nah tantangannya gampang, baca di bawah baik-baik ya.

Tantangan pertama : "Silahkan buka work yang berjudul Romeo & Rosaline, cari chapter 1 di sana, lihat jumlah segitiga limanya dan koleksi segitiga lima di sini dengan jumlah yang sama."

Mudah kan? Tlg jgn dianggap challenge ini sebagai beban 😆 kalian msih bsa bebas buat baca kok tanpa tuntutan, tantangan ini dibuat hanya untuk bersenang-senang 🙆🙆🙆

Enjoy read~

Warning : full moment myungzy.

#awastecyduk #awasbaper #awasmalming #awasngiler #awasnapsu #awasadaTBC 😂

.
.
.

Sooji berbaring tengkurap dengan bertopang dagu sembari menatap Myungsoo yang sedang tersenyum kepadanya. Tangan pria itu bergerak untuk menyentuh sulur-sulur rambut yang menempel di pipinya dan menyingkirkannya.

"Jadi?"

Myungsoo berkedip cepat lalu memindahkan pandangannya yang tadi sedang fokus di leher mulus Sooji. Saat mendengar suara wanita itu, ia menatap kedua bola mata yang bersinar penuh tanda tanya di sana.

"Jadi apa?"

Sooji menukik bibir ke bawah, lalu mendorong tubuhnya lebih dekat dan membawa tangannya untuk memukul bahu Myungsoo, "kau sudah terlalu banyak mengambil keuntungan dariku," keluhnya kemudian kembali pada posisinya semula.

"Bukankah kau juga menikmatinya? Kita berdua adalah pihak yang sama-sama untung," Myungsoo berujar percaya diri, "jadi jangan berlagak seperti aku sedang memanfaatkan keadaan."

"Karena kenyataannya memang begitu!" Sooji mencebik kesal, ia hendak bangkit namun niatnya dapat diprediksi Myungsoo, jadi dengan lihai pria itu sudah menarik tubuh Sooji hingga berada di atas tubuhnya.

"Belum saatnya kau pergi, sayang," Myungsoo berkata dengan pelan, menggerakkan kedua tangannya untuk memeluk pinggang Sooji agar tidak pergi darinya, tapi itu sama sekali tidak membuat raut kekesalan Sooji menghilang, "baiklah-baiklah, jadi apa yang kau inginkan?"

Myungsoo sudah mengubah ekspresi wajah, tidak ada lagi tatapan merayunya yang sukses membuat senyum Sooji terbit. Wanita itu menumpukan dagu di atas dada Myungsoo lalu menatapnya dengan mata berbinar riang.

"Hmm, aku ingin tau apa pekerjaanmu," ujar Sooji, saat Myungsoo hendak merespon wanita itu menggelengkan kepalanya, "aku terlalu penasaran Myungsoo. Beritahu aku, ya?" Sebenarnya Sooji sama sekali tidak berniat untuk menggoda, tapi gerakan jarinya di atas dada Myungsoo serta tatapan polos seperti anak kecil yang meminta dibelikan mainan itu berhasil membuat Myungsoo tergoda, bahkan tanpa wanita itu bisa sadari.

"Apa yang akan kau berikan padaku sebagai imbalannya?" Myungsoo bertanya dengan kedipan mata jail, Sooji kembali mencebik kesal.

"Dasar pamrih!" Tukas wanita itu, ia menunjuk bibir Myungsoo dengan jari lentiknya, "ingat apa saja yang sudah mulutmu lakukan padaku, dan kau masih meminta imbalan lagi? Dasar serakah!"

Myungsoo tidak bisa menahan senyumannya ketika teringat dengan apa saja yang didapatkan bibirnya. Semua rasa manis itu, yeah head to toe. Ya, dan dia memang terlalu serakah untuk tidak menerima imbalan apapun. Hanya karena bibirnya telah mendapatkan surga dunia, bukan berarti ia telah puas.

Karena kenyataannya, segala sesuatu tentang Sooji sama sekali tidak akan pernah membuatnya puas.

"Ayolah...hmm bagaimana dengan oral?"

Sooji mengernyit jijik lalu menampar bibir Myungsoo, tidak keras, tapi mampu membuat pria itu menjerit tertahan. "Kau memukulku!" Myungsoo melotot kesal sementara Sooji hanya menampakan wajah tak berdosanya.

"Siapa suruh kau terlalu mesum," gerutu Sooji, "aku tidak akan melakukannya jika itu yang kau inginkan," lanjutnya dengan mata yang berusaha menghindari tatapan Myungsoo.

Melihat itu Myungsoo mengangkat alisnya, mengamati bagaimana semburat merah di wajah wanita itu perlahan mencuat kemudian, ketegangan-ketegangan yang tercipta pada tubuh di dalam dekapannya membuatnya bertanya-tanya. Mengapa Sooji bersikap malu-malu lagi?

"Kau, tidak pernah melakukannya?" Myungsoo mengutarakan pertanyaan yang muncul di benaknya, mencoba menebak apa yang menjadi masalah Sooji. Tapi sepertinya dia tidak membutuhkan jawaban, hanya dengan melihat bagaimana kedua bola mata itu melotot dengan sinar penuh antisipasi di sana, Myungsoo sudah tau.

"Kau tidak pernah," cetus Myungsoo dengan yakin, ia menarik wajah Sooji yang menunduk lalu menatap matanya dengan lurus, "trust me, it's amazing."

Kedua bola mata Sooji bergetar atas kalimat yang sarat dengan janji tak terucap itu, ia bisa menebak seberapa hebat kegiatan yang digambarkan oleh Myungsoo jika mereka melakukannya, tapi ia tetap menggeleng.

"I wont." Bisiknya pelan, dan sedikit menyesal karena tidak bisa melakukan apa yang diinginkan oleh Myungsoo.

"Just, trust me. We can try."

Sooji tetap kukuh pada pendiriannya, ia tidak ingin. Mencoba atau apapun bahasa yang digunakan oleh pria itu. Menggelengkan kepalanya dengan tegas lalu berucap, "kau bisa meminta yang lain selain itu."

"Kenapa?" Myungsoo bertanya, wajahnya langsung berubah waspada ketika ia menangkap sebuah peringatan dalam kalimat Sooji.

"Aku hanya...aku tidak suka," gumamnya pelan dan Myungsoo jelas-jelas tidak percaya dengan jawaban itu.

"Tidak pernah melakulannya, tapi sudah memutuskan kalau kau tidak suka?" Myungsoo bertanya dengan nada mengejek yang begitu kentara, melihat Sooji hanya diam tanpa menjawab, ia kemudian melanjutkan ledekannya, "luar biasa, Sooji. Kau sangat cerdas dalam memilih alasan."

"Myungsoo," Sooji menukik kedua keningnya ke bawah, ia memasang wajah memelas pada pria itu, "please? Kita sedang membahas tentangmu, bukan tentangku."

Mendengar itu, seketika membuat Myungsoo memiliki ide yang lebih brilian. Jadi, dengan mengubah taktiknya, Myungsoo langsung menyinggungkan senyum di wajahnya membuat Sooji linglung.

"Bagaimana jika kita bermain 20 pertanyaan?"

Wajah Sooji berkerut kebingungan, ia tidak terlalu memahami apa yang dimaksudkan pria itu.

"Begini, kita akan memainkan sebuah game yang hanya dilakukan dengan saling melempar pertanyaan. Tapi pertanyaannya terbatas sampai 20, jadi kita akan bergiliran melakukannya, bagaimana?"

"Itu lebih terdengar seperti kelicikanmu dibandingkan permainan seperti yang kau sebutkan," Sooji berujar tidak percaya, ia menyipitkan mata dengan curiga. Sementara Myungsoo hanya tersenyum, menunduk untuk meraih wajahnya dan memberikan satu kecupan manis di sana.

"Kau tidak percaya padaku?"

"Tentu saja! Siapa yang akan percaya dengan pria yang memiliki wajah penuh tipu muslihat sepertimu."

Myungsoo tertawa mendengar penuturan Sooji, wanita yang terlalu menggemaskan. Ia jadi menyesal kenapa baru bertemu Sooji sekarang, seharusnya sejak dulu mereka bertemu jadi setidaknya hari-harinya tidak akan terlalu buruk dengan adanya wanita itu di sisinya.

"Mau, tidak? Ini kesempatanmu untuk tau apa yang kukerjakan" kedua alis Myungsoo terangkat, matanya menatap penuh godaan seperti yang ia tunjukan setiap kali berusaha merayu Sooji untuk naik ke atas ranjangnya. Dan, beruntungnya Sooji tidak pernah menolak rayuannya, kali inipun sama. Wanita itu mendengus dengan wajah cemberut, tetapi menganggukan kepala karena berpikir akan keuntungan yang akan didapatkannya.

"Hmm, kalau begitu aku duluan," Myungsoo bangkit untuk duduk dengan membawa serta Sooji yang sekarang berakhir di atas pangkuannya, ia terkekeh ketika mendengar gerutuan wanita itu karena bergerak tiba-tiba, tapi Sooji merapatkan tubuhnya dan mengambil posisi yang nyaman.

"Tunggu..kalau tidak menjawab, apa sanksinya?" Sooji menatap Myungsoo penuh perhitungan, dalam sebuah game sudah pasti peraturan-peraturan remeh seperti hukuman atau imbalan bagi pemainnya adalah hal yang mutlak, bukan?

"Hmm, biar kupikir," Myungsoo menggumam, mengusap dagunya dengan jari telunjuk sembari menatap bibir Sooji, "bagaimana dengan kiss?"

Sooji merengut, ia memukul bahu pria itu, "itu bukan hukuman! Pilih yang lain.."

Myungsoo menyadari dirinya hari ini terlalu banyak tertawa, terlebih ketika ia berinteraksi dengan Sooji. Wanita itu seolah-olah dirancang untuk menjadi penghiburnya dalam segala situasi.

"Bagaimana pukulan di bokong?"

"Astaga! Kau sangat mesum," Sooji menjerit frustasi, tidak percaya dengan pemikiran Myungsoo yang tidak pernah jauh dari hal-hal mesum.

Oh yeah, katakan siapa pria yang tidak berpikiran kotor saat dia berada di atas tempat tidur dengan wanita di pangkuannya tanpa busana? Jika kau mengenal pria itu, maka dia bukan pria normal alias banci.

"Baiklah, kau yang tentukan saja. Aku tidak bisa memikirkan hal lain selain membuatmu terbaring di bawahku."

Sooji berdecak, ia memutar bola mata lalu berpikir, "bagaimana dengan membayar denda? Satu pertanyaan tidak terjawab, maka kau harus membayar 100 ribu won."

Myungsoo menaikkan satu alisnya menatap Sooji, "memangnya kau punya uang?"

"Tidak..tidak sekarang, tapi nanti aku bisa mengirimkannya ke rekeningmu," jawab Sooji tanpa rasa malu, dia tidak yakin bisa menjawab semua pertanyaan yang akan diberikan Myungsoo. Jadi membayar denda adalah satu-satunya hukuman yang paling mudah baginya.

"Begitu? Baiklah aku setuju," Myungsoo mengangguk setuju, ia kemudian menatap Sooji dengan wajah serius, "punya kekasih?"

Sooji tertawa mendengarkan pertanyaan picisan itu, ia melingkarkan kedua lengannya di leher Myungsoo kemudian tersenyum penuh arti pada pria itu, "kau pikir aku akan naik ke atas ranjangmu jika aku punya kekasih?" tanyanya berupa bisikan menggoda, membuat tubuh Myungsoo menggigil atas kebutuhan.

"Who knows?" Myungsoo bergumam tanpa pikir yang mengakibatkan raut ketersinggungan tercipta di wajah wanita itu.

"Dengan kata lain kau mengatakan aku adalah wanita yang tidak setia? Kau berpikir aku bisa saja berselingkuh?"

"Aku tidak mengatakan seperti itu," ujar Myungsoo membela diri.

"Kau tidak mengatakannya, tapi kau menggunakan kalimat yang maknanya merujuk ke situ."

"Ini masih pertanyaan pertama, tapi kau sudah bersiap untuk menghajarku. Bagaimana sisa 19 pertanyaan lagi?" Myungsoo mengeluh, sepenuhnya mengabaikan kekesalan Sooji karena sebenarnya dia sama sekali tidak berniat untuk mengatakan seperti apa yang dimaksud wanita itu. Tapi memang wanita pada dasarnya terlalu sensitif dan suka menyimpulkan sesuatu secara subjektif, jadi dia memaklumi tuduhan Sooji kepadanya.

"Siapa suruh kau mengataiku tukang selingkuh."

"Astaga Sooji, aku tidak mengataimu seperti itu," kali ini Myungsoo sukses dongkol, dengan tingkah Sooji.

"Baiklah, akan kuanggap seperti itu."

Myungsoo tidak bisa tidak memutar bola matanya saat melihat Sooji bersikap sok pengertian. Ia sedikit ragu, sebenarnya selain wajah cantik apa yang menjadi daya tarik Sooji? Karena sejujurnya sifat wanita itu sangatlah buruk. Oh, tentu saja kemampuannya di atas ranjang adalah pengecualian.

"Sekarang giliranku bertanya," Sooji kembali berucap ketika topik tadi sudah benar-benar dihentikan, ia tersenyum saat mengutarakan pertanyaannya, "jadi apa yang kau kerjakan?"

"Melayani klien."

Sooji mengerutkan keningnya, bukan itu jawaban yang diinginkannya, "melayani seperti apa?"

"Oh, peraturannya tidak seperti itu sayang," Myungsoo tersenyum lebar ketika melihat wajah bingungnya, "satu pertanyaan, satu pertanyaan," lanjut Myungsoo sembari menunjuk dirinya kemudian menunjuk Sooji yang mengartikan bahwa mereka hanya mendapatkan jatah satu pertanyaan dalam setiap putaran.

Ketika mengerti, wajah Sooji menekuk dengan cara yang menggemaskan di mata Myungsoo sehingga pria itu tidak menahan dirinya saat kepalanya maju untuk mendaratkan sebuah kecupan basah di atas bibir cemberut wanita itu.

"Dasar mesum," Sooji menggerutu, tapi wajahnya tersenyum saat Myungsoo memberikan kecupan kedua dan ketiga kalinya.

"Hubungan terakhir?"

Hening beberapa saat setelah pertanyaan itu terlontar, hingga Myungsoo menjentikan jarinya di depan wajah Sooji membuat wanita itu mengerjap.

"Aku tidak tau."

"Maksudnya?"

"O-oh bukan begitu peraturannya sayang," Sooji menyeringai bangga, karena berhasil melempar kalimat pria itu kembali padanya, "satu pertanyaan, satu pertanyaan," lanjutnya meniru gerakan Myungsoo tadi.

Myungsoo hanya tersenyum tipis tanpa bantahan. Terlalu sayang jika melewatkan senyuman Sooji dengan sebuah perdebatan, jadi kali ini mungkin dia akan mengalah.

"Baiklah, sebutkan pertanyaanmu selanjutnya."

"Apa pekerjaanmu..ah tidak, nama pekerjaanmu?" Sooji mengoreksi pertanyaannya, dia hanya tidak ingin pria itu kembali menjawab dengan jawaban yang mengoceh, "tunggu..kau harus menjelaskannya secara detail." Tuntutnya ketika Myungsoo hendak menjawab.

"Kau pernah mendengar istilah Man Escort?"

Sooji megerutkan keningnya, dulu ia lebih akrab dengan nama Lady Escort, karena beberapa teman artisnya melakukan hal seperti itu untuk para pengusaha atau petinggi negri ini. Ya, jangan kira kehidupan di dunia entertainment itu lurus-lurus saja, karena dengan sangat tegas Sooji pasti akan mematahkan pemikiran tersebut. Dia tidak akan menyangkal jika banyak netizen yang menuding kehidupan para artis itu sangat kacau, meskipun tidak semua tapi beberapa public figure melakukan segala cara untuk bisa tetap mempertahankan posisinya di depan publik, entah dengan menggunakan cara bersih maupun kotor. Suap dan nepotisme sudah bukan hal baru di dunia kerja Sooji, dia bahkan pernah menyaksikan sendiri bagaimana seorang rekannya sesama agensi berusaha untuk mendapatkan sebuah peran penting dalam drama dengan mendekati sang sutradara, atau memberikan beberapa staff casting makanan atau barang-barang sebagai sogokan. Dan itu jelas bukan hanya terjadi sekali, sudah sering tersiar kabar beberapa rekan artisnya melakukan kecurangan dalam mendapatkan peran dalam sebuah drama atau film.

Begitulah pemikirannya, tapi Man Escort? Dia baru mengetahui jika ada pekerjaan seperti ini. Meskipun pernah mendengarnya sekali dua kali, tapi itu didengarnya dari sebuah film atau membaca sebuah novel romantis, tidak pernah ia temukan seseorang yang benar-benar bekerja sebagai Man Escort. Sebelum Myungsoo.

"Kau melayani klien, maksudnya itu..." Sooji tidak menyembunyikan raut wajahnya yang terlihat shock ketika memikirkan, ada salah satu temannya sesama artis. Mereka merintih karir bersama-sama, tapi beberapa tahun belakangan temannya itu memiliki pekerjaan sampingan sebagai Lady Escort untuk seorang pejabat di kedutaan besar Rusia di Seoul. Ia sering mendengar temannya bercerita bahwa yang dilakukannya bukan hanya menemani sang pejabat untuk menghadiri beberapa acara resmi, tapi juga melayaninya di atas ranjang.

"Tidak, ini murni melayani dalam hal yang sebenarnya. Kau tau arti dari escort, bukan?" Myungsoo menjawab dengan cepat, dia paham apa yang dipikirkan Sooji sekarang dan tidak merasa tersinggung karena memang kebanyakan orang sudah menyalah artikan jenis pekerjaannya.

"Jadi, saat aku masuk ke mobilmu malam itu kau sedang melayani klienmu?" tanya Sooji saat teringat malam pertamanya bertemu Myungsoo, pria itu mengangguk membenarkan, "tapi kau di hotel."

"Aku hanya mengantar."

"Oh, jadi selama ini, itu yang kau lalukan?"

Myungsoo mengerutkan keningnya, sepertinya Sooji sudah melontarkan lebih dari satu pertanyaan sesuai dengan peraturannya, tapi dia malah membiarkan dan menjawab pertanyaan wanita itu begitu saja. Ck, lihat siapa yang penuh tipu muslihat di sini."

"Sooji, pertanyaanmu sudah lebih dari tiga," Myungsoo memperingati, tapi Sooji terlalu keras kepala untuk mendengarnya.

"Lupakan peraturan terkutuk itu. Siapapun yang menciptakan permainan ini, aku akan langsung memenggal kepalanya," Sooji menggerutu tidak senang, "aku hanya ingin mendengar ceritamu, Myungsoo."

Mungkin jika Sooji memberinya pandangan prihatin atau merendahkan, Myungsoo akan lebih mudah untuk menolaknya. Tapi apa yang ditunjukan Sooji dalam kedua bolamatanya sama sekali jauh dari hal yang di perkirakannya, wanita itu menatapnya penuh pengertian namun, terbesit binar antusiasme di sana. Mungkin karena ingin mendengar ceritanya atau terlalu bersemangat untuk tau lebih dalam mengenai dirinya.

Myungsoo tidak bisa menebak bagian terakhir, tapi apapun itu, dia berharap jika Sooji tidak memandangnya sebelah mata setelah ini seperti orang-orang di luar sana. Karena Myungsoo yakin jika itu terjadi, maka dia mungkin tidak akan bisa menghadapi wanita itu lagi.

"Myungsoo?"

"Ibuku berhenti sekolah karena kedua orangtuanya tiba-tiba meninggal akibat kecelakaan pabrik dulu. Kakek nenekku adalah buruh di pabrik kapas" Myungsoo memulai, ia memeluk tubuh Sooji lalu menyandarkan kepalanya di atas rambut wanita itu.

"Ibu bekerja apa saja demi menghidupi dirinya, dia sempat bermimpi untuk melanjutkan sekolah, tapi nasib tidak memilihnya. Dia malah bertemu Jo dan pria itu menawarkan pekerjaan padanya."

"Apakah Jo itu sama dengan Joseph Ryu yang pernah kusebutkan?"

Myungsoo menganggukan kepalanya, merasakan kenyamanan saat jemari Sooji bergerak untuk mengusap lengannya.

"Lalu apa yang terjadi setelahnya?"

"Ibu mulai bekerja, saat itu ibu masih seorang gadis yang sangat polos. Tidak tau apapun, sampai ketika dia tiba di club milik Jo, barulah dia sadar. Saat itu ibu menolak untuk bekerja di sana, tapi Jo hanya menawarkannya pekerjaan sebagai pengantar minumam. Ibu yang terlalu polos dan berpikir bahwa pekerjaan itu tidak berat ditambah dengan bujukan Jo, dia malah langsung setuju."

Myungsoo terdiam untuk beberapa saat, dan anehnya Sooji ikut diam. Ia seperti bisa merasakan betapa sedihnya Myungsoo saat ini ketika harus mengingat masa-masa kelam ibunya dulu.

Beberapa saat kemudian pria itu kembali bercerita, mengenai betapa polosnya ibunya dan bagaimana cara Jo menjebak ibunya agar bisa mau bekerja sebagai salah satu psk di rumah bordilnya.

"Itu-keterlaluan," suara Sooji terkecat saat memberi komentar, Myungsoo hanya tersenyum tipis mengusap punggungnya.

"Begitulah Jo, dia terlalu licik dan ibuku terlalu bodoh, jadi setelah tiga bulan bekerja sebagai pengantar minuman, Jo membawa ibuku ke rumah bordilnya dan...dan dia membuat ibu..."

"Sssshh, sudah sudah," Sooji mengangkat kepalanya lalu menangkup wajah Myungsoo, ia menatap pria itu, "jangan mengingatnya lagi. Aku mengerti sekarang," ujarnya kemudian memajukan wajah untuk mencium kening Myungsoo, lalu turun ke kelopak mata pria itu, ke hidung dan terakhir kecupan manis di bibir.

Myungsoo tersenyum, melupakan kesedihannya beberapa saat lalu, ia menangkup pinggul Sooji dan menarik semakin merapat ke tubuhnya.

"Apa kita sudah selesai dengan permainan ini?" Bisik Myungsoo, menempatkan bibirnya di cuping telinga Sooji dan menghembuskan nafas hangat di sana.

Sooji memejamkan mata lalu mengangguk, "ya..game over."

Myungsoo tau, bahwa itu adalah tanda bagi mereka untuk menyudahi segala basa-basi ini. Tau apa yang harus dilakukan selanjutnya, karena sekarang dia bisa melihat wajah penuh damba wanita itu di bawahnya.

Ya, secepat itu mereka telah berganti posisi, tidak ada dalam satu tarikan nafas, Sooji sudah terkurung di bawah kekuasaannya.

"Jadi, kita akan melakukan sesi selanjutnya?"

Sooji terkikik dengan nada gembira ketika pria itu mendorong pinggulnya untuk menggoda, membuatnya merasakan gairah pria itu secara langsung.

"Wow, kita hanya berbicara beberapa jam dan kau sudah sekeras ini."

"Tanpa busana, jika kau memerlukan tambahan."

Sooji kembali tertawa, ia melingkarkan tangan di leher Myungsoo dan menarik pria itu untuk mendekat ke wajahnya.

"Kalau begitu ayo lakukan, aku sudah sangat basah..."

See, Myungsoo telah memastikan. Kali kedua, ketiga dan seterusnya hingga bosan itu benar-benar terjadi dan saat ini dia sedang melakukan kali ke...hmmm coba tebak kali ke berapa?

Karena baik Myungsoo maupun Sooji tidak bisa menghitungnya lagi.

¤¤¤

To be continued...

Hati-hati gondoknya makin gede 😈

Selamat menjalani challengenya 🙌🙌🙌 mari kita bersenang-senang 💃💃💃

[16/09/17]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top