14. Touch Me, Please
Ehm, boleh gk? Aku minta spam vote dri chpt 2 sampe 13 kemarin di samaratakan dgn chpt blurb/1 ???
Kalo gk boleh ya udah gk papa, kta ttp lanjut kok 😅 tpi kalo boleh jg alhamdulillah 🙏
#inihanyapermintaanegois
#untukkepuasansendiri
#lagihausvoting
#butuhdisogok (2)
#enjoyread
.
.
.
"Eung..."
"Hmm."
"Hmhmm.."
"Emm."
Sooji menggeliat tidak nyaman, merasa tubuhnya sedikit sulit untuk digerakkan karena sesuatu menahannya. Tapi ia tidak bisa menebak apa, sampai ketika merasakan tubuhnya tertarik ke belakang. Barulah ia sadar kalau dirinya tidak sedang sendirian.
"Ini.." Sooji membuka mata dengan perlahan, untuk sejenak ia merasa linglung karena perasaan asing yang menyergapnya. Ini tidak seperti kamar di mana ia biasa tidur, melainkan...
Dengan perlahan Sooji menoleh untuk memastikan tebakannya tidak benar namun, apa yang ia lihat di depan matanya adalah sesuatu yang sangat mengejutkan. Tubuhnya tersentak dengan mata melotot lebar, secara refleks bergerak ke belakang untuk menjauh dari tubuh pria itu, tapi sialnya lengan-lengan kuat yang melilit di pinggangnya tidak membiarkan dirinya terlepas begitu saja.
"Myungsoo?" Sooji bergumam shock, ia masih belum bisa menyusun potongan-potongan memori apa yang telah ia lewatkan sehingga pagi ini berakhir di atas ranjang dan berada dalam pelukan Myungsoo.
"Hmm," Myungsoo masih memejamkan mata, menggumam malas ketika menarik tubuhnya lebih erat.
"Apa...apa yang..."
"Tidur lagi, aku masih mengantuk," bisik pria itu di dekat telinganya membuat tubuhnya merinding, merasakan sentuhan langsung Myungsoo di kulitnya, membuat Sooji hampir menjerit histeris.
"Kim Myungsoo!"
Sooji menggeliat, sangat ingin melepaskan diri, tapi Myungsoo bukanlah pria yang bisa diajak kerjasama karena sekarang pria itu malah semakin mengeratkan rangkulan lengannya dan membenamkan kepala di lehernya untuk memberikan kecupan-kecupan kecil yang sanggup menimbulkan sensasi tak terkendali di bagian perut bawahnya.
"Masih terlalu pagi untuk marah-marah," Myungsoo tersenyum di antara kalimatnya, lalu kembali memberikan perhatian khusus di area leher serta pundak Sooji yang tidak tertutup apapun.
Sooji tidak bisa mengatakan apa-apa. Melihat keadaannya sekarang, semuanya sudah sangat jelas. Apa yang dilakulannya semalam bersama Myungsoo.
Keterlaluan. Bagaimana bisa Myungsoo melakukan hal ini kepadanya di saat ibunya hanya berjarak tidak lebih dari tiga meter dari posisi mereka saat ini.
"Ibumu ada di bawah dan kau.." Sooji membekap mulutnya dengan satu tangan, swmentara tangan lainnya berusaha mendorong tubuh Myungsoo, "lepaskan aku, bodoh!"
Myugsoo mengabaikan permintaan Sooji, dengan mata yang masih terpejam, ia terus menjalankan bibirnya untuk menyentuh kulit Sooji. Rasanya tubuh wanita itu terlalu manis untuk dibiarkan begitu saja.
"Myungsoo lepaskan aku!" Sooji berseru, wajahnya memerah karena perasaan marah serta malu yang menyerangnya. Ia menarik kepala pria itu menjauh dari pundaknya lalu mendorongnya ke belakang, menggunakan kakinya untuk menendang sehingga Myungsoo melepaskan belitannya, "terkutuk kau, sialan!" Setelah itu Sooji melompat dari ranjang, meninggalkan Myungsoo yang hanya berbaring dengan senyum lebar di wajahnya.
"Pantat yang indah."
Sooji yang sedang menunduk untuk mengambil bajunya di lantai langsung menegakkan tubuh dan berbalik menyembunyikan bokongnya dari pandangan Myungsoo namun, ia sama sekali tidak sadar jika tindakannya itu sangat menyenangkan pria itu.
"Wow, pretty." Myungsoo bersiul menggoda, tatapannya jatuh ke sepasang payudara Sooji yang sama sekali tidak tertutupi apapun, menjilat bibirnya lalu pandangannya naik untuk bisa menatap mata Sooji, sebelum kembali turun menatap bagian terpenting dari tubuh wanita itu.
Sial! Sooji membeliak laget dengan kedua tangan yang refleks bergerak untuk menutupi dada dan aset terpentingnya.
"Myungsoo sialan!"
Myungsoo melemparkan kepalanya ke bantal dan tertawa terpingkal-pingkal, reaksi Sooji sangat menggemaskan, apalagi ketika wanita itu terbirit-birit masuk ke kamar mandi. Myungsoo berani membayar berapapun untuk bisa melihat wajah merona wanita itu sekali lagi.
"For your information, aku sudah melihat semuanya, sayang," ia menyahut dengan suara keras dan hanya mendapatkan makian dari kamar mandi.
Lima menit setelahnya Sooji keluar dari kamar mandi telah berpakaian lengkap dengan tatapan mematikan yang ia hunuskan kepada Myungsoo.
"Kau.."
"Tidak ada service pagi untukku?" Myungsoo mengangkat alisnya, menggerling kepada Sooji yang kini sudah seperti akan menjatuhkan rahangnya ke lantai.
Wanita itu menggelengkan kepala, "gila..ini gila..." ia kemudian bergumam, membelakangi ranjang Myungsoo dan berjalan menuju tangga.
"Ya, semalam benar-benar gila."
"Oh aku sudah gila! Dasar pria sinting. Apa yang sudah kulakulan, ini gila...ini benar-benar tidak masuk akal, keterlaluan. Astaga!" Sooji meracau sembari menuruni tangga, mengabaikan panggilan Myungsoo di belakangnya, tapi tiba-tiba langkahnya tehenti saat menyadari sesuatu.
Ia berbalik menatap ke atas lalu menggeram marah, langkahnya terdengar berisik saat menaiki tangga kembali lalu menyemprot Myungsoo dengan teriakan melengkingnya.
"Kau bahkan tidak memiliki pintu kamar! Dasar bodoh! Sialan, brengsek! Sinting! Manusia bejat! Mesum! Pak tua jelek!"
Setelah mengeluarkan semua umpatannya, Sooji berbalik kembali menuruni tangga, meninggalkan Myungsoo yang hanya tercengang di atas ranjang.
"Bodoh, bodoh! Apa yang dipikirkannya? Bagaimana jika bibi ke kamarnya semalam? Dia akan memergoki...astaga," Sooji tidak bisa membayangkannya lagi. Rasanya sangat malu ketika mengingat kejadian semalam, lagipula kenapa juga dia harus pasrah saat pria itu membawanya ke ranjang? Seharusnya dia menolak dan pergi dari sana, tapi...oh brengsek! Sooji sialannya juga menginginkan Myungsoo. Jadi bagaimana bisa dia mau menolaknya?
¤¤¤
"Bu, Sooji di mana?"
Satu jam kemudian Myungsoo baru turun dari kamarnya dalam keadan segar--jangan tanyakan apa yang dilakukan pria itu sepanjang satu jam tadi. Ia masih mengenakan baju kaos dan celana pendek yang sering digunakannya jika akan tinggal di rumah seharian.
"Kau tidak ke club hari ini?" Hyera bertanya dengan raut heran, karena tidak biasanya melihat Myungsoo memakai pakaian santai di pagi hari. Biasanya putranya sudah rapi dengan kemeja dan jins atau celana bahan.
"Hari ini tidak, besok mungkin juga tidak," jawab Myungsoo mengambil tempat di samping Hyera, "mungkin, nanti saat konferensi diadakan baru aku ke sana," tambahnya lagi.
"Tapi kenapa? Bukannya tuan Jo memintamu tetap menerima klien selama satu bulan ini?"
Myungsoo mengedikkan bahunya, "aku sedang mengerjakan sesuatu, jadi kupikir sudah tidak perlu melayani klien lagi. Tinggal satu pekerjaan saja, setelah itu aku bisa bebas."
Hyera mengangguk mengerti, ia menepuk pundak putranya dengan lembut, "kau sudah bekerja keras selama ini sayang," gumamnya pelan, Myungsoo tersenyum lalu menunduk untuk memeluk tubuh ibunya.
"Semua hanya demi ibu. Aku berhenti juga demi ibu, aku tidak bisa terus melihatmu mengkhawatirkanku setiap hari."
"Betapa beruntungnya ibu memiliki putra sepertimu, Myungsoo. Kau tau, kau adalah milik ibu yang paling berharga di dunia ini," Hyera mengucapkannya dengan menitikkan setetes airmata di ujung kelopak matanya, Myungsoo mengangkat tangannya dan mengusap airmata ibunya.
"Ibu juga milikku yang paling berharga. Aku mencintaimu."
Hyera dan Myungsoo masih saling berbagi pelukan hangat pagi itu, sampai ketika pria itu sadar dengan apa yang dicarinya tadi, akhirnya ia melepaskan pelukannya.
"Ibu belum menjawabku, di mana Sooji?"
"Sooji di kamarnya, tadi ibu memanggilnya untuk sarapan, tapi dia menolak." Jawaban Hyera membuat kedua alis Myungsoo berkerut tidak senang, hanya dengan mendengar ia sudah yakin jika saat ini Sooji pasti sudah memulai untuk menghindarinya lagi.
"Aku akan memanggilnya," ujar Myungsoo hendak beranjak dari sofa, tapi Hyera menahan lengannya.
"Tidak perlu, biarkan dia sendiri. Tadi ibu melihatnya tidak fokus, mungkin dia butuh istirahat."
Myungsoo menggeleng, bukan istirahat yang dibutuhkan wanita itu. Kalau dibiarkan sendiri, Sooji pasti sudah berpikir macam-macam mengenai kejadian semalam, dan Myungsoo tidak akan membiarkannya. Karena apapun yang terjadi, ia sudah memutuskan bahwa apa yang terjadi semalam tidak akan berakhir begitu saja.
Akan ada kali kedua, ketiga, dan seterusnya sampai mereka merasa bosan.
¤¤¤
Di dalam kamarnya Sooji sudah termenenung, sejak tadi ia sudah menyiapkan diri untuk mendapatkan perasaan itu, perasaan resah dan takut yang seringkali menyerangnya ketika seorang pria berusaha untuk mendekatinya secara intim. Tapi, anehnya ia tidak mendapatkan apapun.
Tidak ada yang terjadi dalam dirinya, entah itu risih, takut, marah atau apapun. Sooji bisa memastikan bahwa dia merasa biasa saja dengan apa yang telah terjadi.
Aneh?
Tentu saja itu sangat aneh! Terlebih semuanya terjadi tidak jauh setelah ia kembali mendapatkan mimpi buruk itu. Bukankah ketika Myungsoo menciumnya, yang harus dilakukannya ada menjerit dan memukul pria itu? Seperti pola yang terjadi sebelumnya. Ketika beberapa pria mencoba mendekatinya, merayu dan melakukan kontak fisik kepadanya, yang dia lakukan adalah memukul mereka semua dengan kedua tangannya ditambah dengan tendangan pada tulang kering yang begitu mematikan dan pria-pria bodoh itu akan berakhir dengan memaki dan meninggalkannya tanpa minat. Seharusnya itu juga yang terjadi pada Myungsoo.
Tapi kenapa pria itu bisa lolos, bisa merayunya sampai lupa diri, bisa menyentuhnya sampai sejauh itu, bisa memunculkan gairahnya, kenapa Myungsoo bisa melakukannya?
Sampai saat ini Sooji masih belum menemukan jawabannya. Dan ia bisa menebak, apapun jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya nantinya pasti sama sekali bukan sesuatu yang ia harapkan.
"Sooji."
Suara seruan dari depan pintu kamar membuat pikiran Sooji yang tadinya melayang-layang langsung kembali ke tempat semula, ia menoleh ke arah pintu dengan wajah berpikir.
"Sooji..."
"Masuk saja, aku tidak mengunci pintunya," serunya dari dalam kemudian kembali menghadapkan kepalanya ke luar jendela. Tidak ada pemandangan yang bagus di dapatkannya di sana, tapi setidaknya melihat koleksi bunga milik Hyera bisa membuat pikirannya lebih jernih.
"Apa yang kau lakulan?"
Sooji mengabaikan pertanyaan itu, ia lebih memilih menebakapa nama-nama bunga yang di tanam Hyera daripada menatap pria yang sejak tadi sudah mengacaukan pikirannya.
"Sooji."
Wanita itu berjengkit dan langsung berdiri, menjauhkan diri dari Myungsoo lalu menatap sengit pria itu.
"Jangan menyentuhku!"
Myungsoo menaikkan alisnya, "apa?"
"Jangan dekat-dekat denganku, jangan menyentuhku," Sooji mengulang kali ini dengan tambahan, ia memberi peringatan pada Myungsoo melalui tatapannya, "jangan...jangan coba-coba!" Ia membentak ketika pria itu mengindahkan peringatannya, karena nyatanya saat ini Myungsoo sudah berdiri sangat dekat dengannya.
"Kenapa? Apa kau tidak menyukai sentuhanku?"
Sooji merasakan perasaan itu kembali, hanya dengan sebuah pertanyaan yang dilontarkan dengan santai dan terdengar tidak dimaksudkan untuk merayu, tapi mereka berdua jelas tau jika itu adalah sebuah rayuan.
"Tidak, aku membencinya, jauh-jauh sana," Sooji menjawab dengan cepat, ia bergerak ke ujung kamar dan mengambil jarak sejauh mungkin dari pria itu.
"Apa lagi masalahmu?"
Sooji menggelengkan kepalanya. Tidak, ia tidak akan menjawab apapun. Sooji masih sangat waras untuk tidak menjawab bahwa keberadaan Myungsoo sudah sungguh terlalu memengaruhinya. Dan itu adalah inti dari masalahnya.
"Kita bisa bicarakan ini baik-baik," ucap Myungsoo, melangkah dengan hati-hati untuk mendekati Sooji yang masih beridiri di sudut ruangan.
"Apa yang terjadi semalam itu.."
"Tidak, jangan mengigatkannya," Sooji menunduk, ia menutup kedua telinganya menolak mendengar apapun yang ingin dikatakan oleh Myungsoo. Ia tidak ingin ingatan itu kembali padanya dan membuatnya kehilangan akal seperti beberapa malam sebelum ini.
"Sooji," Myungsoo menangkap kedua lengsn Sooji, secara perlahan menariknya turun, "lihat aku, hei..." satu tangannya terangkat untuk menyentuh dagu Sooji dan membuat kepala wanita itu terangkat agar bisa menatapnya.
"Apa yang kau cemaskan? Semuanya baik-baik saja," ucapnya dengan pelan dan hati-hati, mengamati wajah kalut Sooji. Kedua bola mata itu menggambarkan perasaan Sooji saat ini, takut dan penuh keraguan.
"Aku, aku hanya.."
"Sstt, tidak perlu takut. Apa aku menyakitimu?" Myungsoo bertanya dengan nada yang sama sekali tidak pernah Sooji dengarkan sekalipun, lembut serta penuh perhatian dan itu sukses membuatnya ingin menangis.
"Tidak...i-itu tidak menyakitiku, tapi.." Sooji menggelengkan kepalanya, ia hanya masih belum bisa menerima. Apa yang terjadi pada mereka di luar kemampuan nalarnya, semua terlalu tiba-tiba dan terasa aneh. Sooji akan mengaku jika ia tidak pernah merasa senyaman ini bersama seorang laki-laki selain Junhee, meskipun begitu rasa nyaman yang kini ia rasakan itu sangat berbeda ketika ia berada di samping Junhee.
Ketika bersama Junhee, ia seperti memiliki seorang ayah yang sanggup melakukan apapun untuk menjaganya, tapi bersama Myungsoo, semuanya terasa baru. Tidak pernah ia merasakan perasaan seperti ini.
Bukan sebuah gairah yang meletup-letup, bukan pula rasa ketertarikan yang sampai membuatnya berbunga-bunga seperti yang sering didengarnya dari teman-teman sesama artisnya. Tidak, semuanya lebih dari itu, perasaan yang dirasanya sama sekali tidak bisa dijabarkan menggunakan logika. Mungkin jika harus mengibaratkan, ia merasa kehadiran Myungsoo seperti sebuah air yang menyirami tanaman tandus dengan perlahan dan hati-hati, tapi tidak terlalu berlebihan hingga secara berkala tanaman itu kembali hidup.
"Tapi apa?"
Sooji memejamkan mata, ia menyerah. Mungkin sentuhan Myungsoo memang satu-satunya yang dia butuhkan saat ini, jadi tanpa menjawab pertanyaan itu, Sooji menyandarkan kepalanya di pundak Myungsoo. Ia menarik nafas panjang.
"Sentuh aku, kumohon..."
Myungsoo jelas tidak perlu dikomando dua kali untuk melaksanakan tugas tersebut. Mulai sekarang, baginya segala yang diinginkan oleh Sooji merupakan kewajibannya untuk memenuhi.
¤¤¤
To be continued...
Yg udah gondokan krena tbc lagi" mncul di saat terpenting tunjuk tangan coba 😈😈😈
Selamat menikmati hidangan imajinasi liarnya yaa 😗😗😗
Salam kecup basah dari leher empuk abang.
[14/09/17]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top