08. Kindness

Tiga hari berlalu semenjak kemarahan tak beralasan Myungsoo kepadanya, dan Sooji secara tidak langsung dipaksa untuk kembali menghabiskan malamnya di atas kasur lantai, yang mana itu tidak mengherankan ketika melihat wajah mengerikannya saat ini. Ia kembali terserang insomnia. Sepertinya kasur lantai tidak bisa membuatnya terlelap dengan nyenyak meskipun telah memaksa dirinya.

Sooji tidak mengerti mengapa perangai pria itu tiba-tiba berubah, ia mungkin masih bisa menerima jika Myungsoo sekedar kesal atau jutek kepadanya, tapi malam itu, Myungsoo jelas-jelas sangat marah. Untuk pertama kalinya ia mendengar suara sinis pria itu saat menegurnya, seolah apa yang dia katakan adalah sungguhan. Padahal ia sudah mau berbaik hati membalas budi pada pria itu karena telah meminjamkan laptop kepadanya, Sooji bahkan menunggu kepulangan Myungsoo malam itu untuk sedikit beramah tamah atas rasa terima kasihnya.

Tapi yang didapatkanya malah semburan kemarahan Myungsoo, ia tidak tau apa penyebabnya. Seingatnya, ia sudah melakukan semua sesuai permintaan pria itu. Sooji sampai mengurungkan niatnya berhenti di belakang gedung club untuk mengintai Myungsoo dan memilih langsung pulang ke rumah. Apa yang dilakukannya tidak ada kesalahan, tapi darimana kemarahan itu berakar?

Dan sejak malam itu juga, ia selalu mencoba untuk menghindari Myungsoo. Cukup sulit memang mengingat mereka tinggal di bawah atap yang sama, tapi ia terpaksa karena tidak ingin menjadi sasaran kemarahan tak beralasan pria itu lagi, dan seperti menyetujui rencananya, Myungsoo juga sama sekali tidak berniat untuk menegurnya yang mana itu membuatnya sedikit lega. Meskipun beberapa kali Hyera menanyakan tentang kediaman mereka di atas meja makan, tapi mereka berdua memilih tidak menjawab demi menghindari introgasi yang tidak diinginkan dari Hyera.

Beruntungnya Hyera tidak memaksa, jadi wanita itu membiarkan saja perilaku putranya bersama Sooji yang saling mendiamkan.

Sooji bersyukur, kemarin ia tidak harus sarapan satu meja bersama Myungsoo karena pria itu telah keluar rumah pagi-pagi sekali. Tapi sepertinya keberuntungannya tidak bertahan lama, karena ketika berjalan memasuki dapur dengan tangan yang memijat bahu, ia menangkap sosok Myungsoo sudah duduk di tempat biasanya. Tidak bisa menghindar, akhirnya Sooji menghela nafaa sebelum bergabung bersama mereka.

"Selamat pagi, bibi," sapa Sooji pada Hyera yang sedang menghidangkan lauk di atas meja, Hyera menatapnya sekilas lalu tersenyum menggumamkan sapaan balik.

"Punggungmu masih sakit?" Hyera duduk di depannya dan bertanya dengan prihatin, mata wanita itu mengikuti gerakan tangannya yang sedang memijat tubuh bagian belakang.

"Begitulah bi, sepertinya aku memang belum terbiasa tidur di kasur lantai," jawab Sooji dengan meringis.

Hyera memandang iba, wanita paruh baya itu bahkan menyadari bahwa Sooji kekurangan waktu tidurnya, lingkar hitam di bawah matanya terlihat sangat kentara. Dua hari lalu juga Sooji sudah mengeluhkan bahwa ia susah tidur, jadi setiap malam Hyera selalu membuat segelas susu hangat untuk Sooji agar bisa membantunya bisa tidur dengan lelap. Tapi sepertinya itu tidak banyak membantu.

"Aku sangat ingin mengajakmu tidur bersama di ranjangku Sooji, tapi kau tau, aku tidak bisa tidur kalau ada orang lain di kasurku. Maafkan bibi," ucap Hyera penuh penyesalan yang disambut dengan senyum maklum dari Sooji. Hari kedua ia tinggal di sini, Hyera memang menceritakan kebiasaannya yang tidak bisa tidur nyenyak jika ada orang lain di atas ranjang yang sama dengannya, dengan kata lain wanita itu tidak bisa tidur bersama orang lain. Ketika bertanya alasannya, Hyera hanya tersenyum lalu memilih membicarakan topik lain, yang artinya dia tidak mau membicarakan masalah ini lebih jauh dan Sooji menghargai keputusan tersebut.

"Tidak apa-apa bi, aku mengerti."

"Tapi tetap tidak bisa, Myungsoo harus membelikan ranjang untukmu," sangkal Hyera dengan cepat, melirik putranya yang hanya diam tanpa memperhatikan mereka, "kau ke sini untuk liburan...kalau tidur saja kesulitan, bagaimana bisa ini disebut dengan liburan," ungkap Hyera lagi dengan suara yang terdengar sedikit kesal. Sepertinya wanita itu tidak merasa senang dengan kenyataan bahwa Sooji tidak merasa nyaman di rumahnya.

"Tidak perlu bibi, aku hanya harus membiasakan diri," Sooji tersenyum miris, meskipun dalam hati ia sangat ingin menyorakkan kalimat persetujuan atas pemikiran Hyera mengenai ranjang baru, tapi ucapan Myungsoo malam itu terlintas, "aku hanya menumpang di sini, diberikan tempat tinggal saja sudah lebih dari cukup," kemudian ia berujar dengan suara pelan, lalu menundukan kepala menolak untuk membuat Hyera bisa melihat raut wajahnya.

Hyera membelalak kaget mendengar kalimat yang dilontarkan Sooji, "astaga Sooji, jangan berkata seperti itu. Suaru keberuntungan kau datang ke rumah ini, setidaknya aku memiliki teman saat Myungsoo tidak ada," ucapnya dengan rasa bersalah. Ia tidak mengerti darimana datangnya pemikiran Sooji mengenai hal tersebut, pasalnya selama ini ia memperlakukan Sooji sebaik mungkin. Ia tidak pernah membiarkan Sooji berpikir bahwa dirinya hanya seorang tamu tak diundang dan memaksa untuk menumpang.

Mengingat masalah ini bukan berasal darinya, Hyera langsung menuding putranya. Ia menatap Myungsoo dengan tajam namun, putranya bergeming seolah tidak pernah melakukan kesalahan yang mana artinya bahwa semua pemikiran buruk Sooji tentang keberadaannya di rumah ini memang berasal dari Myungsoo.

"Kim Myungsoo-"

"Aku berangkat, Bu." Memotong kalimat ibunya, Myungsoo memilih beranjak dari kursi, menyesap kopinya hingga tandas lalu menyebrangi meja untuk mencium kedua pipi tegang ibunya dan berhasil menghilang dari dapur dalam waktu beberapa detik. Hyera hanya menghela nafas pasrah.

"Sooji, apapun yang telah dikatakan Myungsoo padamu, tidak perlu kau dengarkan. Terkadang dia selalu berbicara tanpa pikir panjang," ujar Hyera ketika meraih tangan Sooji untuk menggenggamnya, "pria itu sangat bodoh dalam memperlakukan wanita, jadi tolong maklumi."

Sooji menatap Hyera dan tersenyum kecil, ia senang Hyera bisa berperan menjadi layaknya orangtua untuknya. Kehangatan serta pengertian yang diberikan wanita itu membuatnya merasa bahwa ia telah memiliki seorang ibu untuk kedua kalinya.

"Terima kasih, bibi," ucapnya dengan suara rendah sekaligus parau.

"Ayo sekarang habiskan makananmu, setelah ini kita pergi belanja," Hyera berucap antusias, "kau bisa memiliki roti serta buah untuk sarapanmu besok dan seterusnya," lanjutnya lagi membuat wajah Sooji kembali bersinar cerah.

"Serius, bibi?"

"Tentu. Myungsoo memberikan bibi uang lebih untuk keperluanmu juga, mungkin beberapa baju dan pakaian dalam baru harus kita beli."

Mendengar itu Sooji memekik antusias, ia melewatkan fakta bahwa Myungsoo yang memiliki ide untuk memenuhi keperluannya. Ia hanya terlalu senang memikirkan sebentar lagi ia bisa berjalan-jalan di luar, dan besok ia sudah bisa menikmati sarapannya seperti biasa, tanpa nasi.

Membuat Sooji bahagia sesederhana itu ternyata.

Hanya sebatas setangkup roti dan sekerangjang buah.

¤¤¤

Sooji memasang wajah cemberut sepanjang hari, ketika Hyera mengatakan akan berbelanja, imajinasinya sudah membayangkan deretan toko-toko pakaian di sebuah pusat perbelanjaan, dan siap untuk memilih baju sesuai seleranya. Ia telah berjanji akan membumihanguskan baju-baju kampungan yang diberikan Hyera untuknya, itu sungguh tidak layak pakai, apalagi untuk seorang artis terkenal sepertinya.

Tapi, harapan tinggallah sebuah harapan, nyatanya alih-alih dibawa ke pusat perbelanjaan, Hyera malah membawanya ke sebuah pasar tradisional. Ketika diberitahu bahwa yang mereka datangi adalah pasar tradisional, seketika itupula bayangannya langsung terlempar ke pasar basah, becek, dan berbagai bau tak sedap yang menguar di sana. Ia sudah hampir menangis dan merengek ingin pulang karena imajinasinya namun, Hyera meyakinkan bahwa pasar yang akan mereka datangi adalah pasar Tradisional Dongmun yang terkenal akan kebersihan dan keteraturannya.

Setidaknya Sooji bisa sedikit lebih tenang atas info yang diberikan oleh Hyera, dan helaan nafas lega langsung keluar dari bibirnya ketika sampai ke tempat tujuan. Pasar itu memang terlihat lebih rapi dan bersih, meskipun cukup banyak orang yang datang untuk berbelanja, tapi tidak sampai membuat mereka berdesakan.

Mulai dari pintu utama, matanya sudah dimanjakan oleh berbagai macam jenis jualan, karena pasar ini lebih mengutamakan menjual hasil perikanan dan pertanian, jadi Sooji tidak akan heran jika lebih banyak menemukan stan yang menjual hasil tangkapan laut, sepanjang matanya memandang ia sudah menemukan berbagai macam jenis barang dagangan mulai dari makarel, gurita kecil, hairtail, abalone, buah-buahan, pakaian, barang-barang umum, herbal, bambu, coklat rasa jeruk, babi hitam, daging sapi Jeju, dan berbagai macam jenis yang bahkan Sooji tidak mampu menyebutnya satu persatu.

Bisa dikatakan pasar ini menjual hampir seluruh kebutuhan rumah tangga, mulai dari yang kecil hingga besar. Saat Hyera mengajaknya ke salah satu toko yang menjual buah, matanya langsung berbinar, ia bahkan hampir meneteskan air liur saat si pemilik toko mengupas jeruk khas jeju untuk jadi taster, dan ketika ia memasukan buah berwarna orange itu ke dalam mulutnya, tak ada yang dilakukannya selain mendesah puas. Rasa asam dan manis melebur menjadi satu di dalam lidahnya, jeruk itu sangat segar dan terlihat kaya dengan bulir-bulirnya.

"Bibi, kita beli ini ya?" Pintanya dengan wajah memelas, Hyera tersenyum melihat reaksinya yang kelewat antusias, kemudian meminta pemilik toko untuk membungkus 2 kilo jeruk yang mana membuat Sooji menjerit senang.

Beberapa pelanggan memperhatikan mereka dan hanya tersenyum geli, ada pula yang melihat Sooji dengan alis berkerut--mungkin saja mereka menyadari siapa wanita itu, tapi Sooji tidak peduli. Ia sedang tidak ingin mengekspos identitasnya, menikmati dirinya bisa berada di pasar tradisional adalah sesuatu yang baru. Dulu jangankan ke pasar, berjalan di depan kompleks apartemennya saja, sudah banyak yang memburunya, jadi daripada memperdulikan tatapan penuh tanda tanya orang-orang, Sooji memilih menarik Hyera ke penjual buah yang lain. Ia harus berhasil membujuk wanita itu untuk membelikannya banyak jenis buah.

"Astaga! Belanjaan kita sangat banyak," Hyera berseru tidak percaya ketika melihat kedua tangannya penuh dengan kantong belanjaan, lalu melirik keadaan Sooji yang tidak beda jauh darinya.

"Maaf bibi, ini pertama kalinya aku ke pasar," Sooji bergumam dengan rasa bersalah, sebagian besar yang mereka beli adalah apa yang diinginkan olehnya, "aku jadi sedikit lupa diri...dan menghabiskan uang bibi, maafkan aku," lanjutnya lagi, tadi ketika berada di dalam ia sama sekali tidak merasa bahwa apa yang dilakukannya adalah berlebihan. Nanti ketika sudah keluar dari pasar, dan sekarang berdiri memperhatikan dirinya juga Hyera, barulah ia sadar kalau ia sudah keterlaluan meminta Hyera membelanjakannya. Pasalnya, Hyera hanya membeli beberapa seafood dan sayur untuk kebutuhan di rumah, selebihnya adalah milik Sooji.

"Tidak apa-apa Sooji, sudah lama bibi tidak pernah menghabiskan uang yang diberikan Myungsoo," Hyera malah tersenyum ceria, tidak terlihat menyesal karena telah di perdaya oleh Sooji, "anak itu selalu marah kalau bibi pulang dari pasar dengan satu kantong ikan dan satu kantong sayur saja. Katanya, bibi harus membeli banyak-banyak, itu gunanya dia mencari uang," lanjutnya lagi, mengenang hari-hari di mana Myungsoo selalu mengomel karena Hyera tidak pernah menghabiskan jatah belanjanya di pasar.

"Oh, baguslah kalau begitu...setidaknya Myungsoo tau cara bersenang-senang," sahut Sooji dengan senyum lebar. Setelah Hyera mengaku bahwa tidak masalah jika ia menghabiskan uang jatah belanja, perasaannya sudah lebih baik. Sekarang ia tidak sabar tiba di rumah dan membongkar belanjaan. Sooji ingin mencoba pakaian yang dibelinya tadi.

"Ayo kita pulang, bibi. Aku ingin mencoba baju baruku," ungkapnya antusias, Hyera hanya tersenyum lalu mencari taksi untuk mengantar mereka pulang. Tidak mungkin kan mereka pulang menggunakan bis dengan barang bawaan sebanyak ini.

¤¤¤

Malam harinya, Sooji tidak berpikir bahwa ucapan asal yang diutarakan Hyera tadi pagi saat di meja makan akan menjadi sebuah kenyataan. Karena, tepat setelah mereka makan malam, seseorang mengetuk pintu dan mengaku sebagai kurir dari salah satu toko furniture yang di pesan untuk mengantarkan barang. Saat itu Sooji kebingungan dan berpikir mungkin itu adalah pesanan Myungsoo atau Hyera, jadi dengan cepat ia memanggil Hyera yang juga terlihat sama bingungnya, juga tidak lagi menunggu pesanan apapun.

Jadi kedua wanita tersebut mengasumsikan bahwa apa yang dibawa oleh kurir adalah pesanan Myungsoo, tapi Sooji tidak bisa menahan dirinya untuk tidak melongo ketika Hyera membiarkan para kurir mengantar masuk barang yang dimaksud. Ia berdiri di samping sofa yang menghadap langsung ke arah pintu utama, di sana beberapa orang pria mengangkat sebuah ranjang berwarna putih.

Oh astaga! Ini pasti ranjang untukku!

Seperti telah di instruksikan sebelumnya, pria-pria kurir itu langsung menuju ke arah kamar di mana Sooji tidur, tersadar bahwa apa yang mereka bahwa memang untuknya, Sooji terlonjak lalu berlari mendahului mereka. Membuka pintu dengan senyum selebar daun bunga teratai, lalu menuntun mereka meletakkan kerangka ranjang di tempat yang diinginkannya. Setelahnya kasur empuknya menyusul. Sooji tidak bisa menahan diri untuk menangis bahagia karena akhirnya penderitaannya telah berakhir, ia memiliki kasur saat ini.

Saat keluar dari kamar setelah pemasangan ranjang barunya selesai, Sooji berhasil menangkap kekagetan yang sama di mata Hyera. Sepertinya wanita itu juga tidak menyangka jika ranjang baru akan datang secepat ini, ia terkikik senang lalu mendekati Hyera yang baru saja selesai menandatangani surat tanda terima dan membiarkan para kurir pulang.

"Bibi, Myungsoo melalukan semua ini?" Tanyanya dengan nada bersemangat, mengamit lengan Hyera.

"Siapa lagi yang melalukannya kalau bukan anak itu? Astaga! Dia benar-benar mengejutkan kita," tandas Hyera dengan senyuman lebar menghiasi wajahnya, Sooji mengangguk membenarkan perkataan tersebut.

"Aku tidak akan sakit punggung lagi," ujar Sooji bahagia, "tidurku akan nyenyak bibi," lanjutnya masih mengamit lengan Hyera lalu meminta wanita itu mengikutinya ke kamar.

Di dalam sana, ranjangnya sudah terpasang dengan seprai putih gading yang bahannya sangat lembut dan menyejukkan, Sooji merasa puas melihat ranjang itu seolah menyambut kedatangannya dan berteriak bahwa dia telah siap digunakan.

"Aku tidak menyangka Myungsoo akan membelikanku ranjang baru," gumam Sooji di samping Hyera, "apa aku tidak merepotkan, bibi?"

Hyera menoleh dan menemukan wajah suram Sooji, perasaan baru beberapa detik yang lalu wanita itu bertingkah seperti anak kecil yang baru saja diberi hadiah permen coklat, tapi sekarang suasana hatinya langsung berubah drastis. Sepertinya Hyera perlu penyesuaian diri dengan perubahan sikap Sooji yang mendadak seperti ini.

"Kau tidak merepotkan Sooji," Hyera menyahut dengan suara lembut, "sudah lama sekali aku berharap memiliki seseorang yang bisa menemaniku di rumah. Kau tidak tau seberapa bosannya aku saat ditinggal Myungsoo," ungkapnya lagi, ia menarik lengan Sooji membawa wanita itu duduk di atas ranjang lalu tersenyum kecil.

"Apa yang dilakukan Myungsoo sudah tepat, karena kau sudah menemaniku, jadi anak itu pantas untuk membalasnya."

Raut wajah Sooji perlahan berubah, wanita itu mulai tersenyum, "terima kasih bi, kalian sangat baik padaku," ya meskipun Myungsoo sedikit kejam, ucap Sooji dengan tulus kemudian melanjutkan kalimat terakhir di dalam hatinya.

"Ini bukan apa-apa. Lagipula kami memang membutuhkan kamar tambahan untuk tamu yang mungkin saja datang suatu saat nanti. Jadi anggap saja ranjang ini memang kebutuhan di rumah, dan kau beruntung memilikinya saat ini."

"Terima kasih bibi, aku sangat menyayangimu," Sooji kemudian tersenyum lebar, suasana hatinya sudah kembali cerah karena kalimat Hyera yang penuh pengertian. Ia memeluk wanita itu dengan erat.

"Aku jadi merindukan ibuku," gumam Sooji dalam pelukan itu, Hyera yang mendengar suara parau Sooji secara otomatis mengangkat tangannya dan mengusap rambutnya.

"Kau bisa menganggapku sebagai ibumu Sooji."

Bisikan itu membuat mata Sooji bergetar akan kepedihan karena ingatan suatu hari di masa lalu, di mana ia selalu bermanja-manja dalam pelukan ibunya, meminta di timang setiap hari di atas pangkuan ibunya dan selalu merasakan rambutnya diusap dan mendengar bisikan-bisikan penuh kasih sayang dari ibunya. Seperti yang dilakukan Hyera saat ini.

Ia seperti dilempar ke masa itu, masa-masa saat ia masih merasakan hangatnya sebuah keluarga. Betapa bahagianya ia bersama ibu dan ayahnya.

"Ibu...aku merindukan ibuku," lirih Sooji dengan suara bergetar, tak lama kemudian ia sudah terisak di dalam pelukan Hyera.

"Sstt, tidak apa-apa sayang. Tidak apa-apa," Hyera membisikan kalimat itu ketika isakan Sooji semakin kencang. Mengusap punggung dan memberikan pelukan sekuat yang ia bisa, karena Hyera sadar bahwa saat ini sedang membutuhkan pegangan.

Hingga sampai isakannya terhenti, dan Sooji tertidur. Hyera masih  terus memeluk wanita itu, usapannya telah menjadi sebuah tepukan pelan yang menenangkan. Saat Hyera merasa Sooji telah tidur dengan cukup lelap, ia membaringkan tubuh Sooji ke ranjang, menyelimuti tubuh wanita itu dan memberikan kecupan singkat di keningnya, sama seperti yang ia lakukan saat mengantar Myungsoo tidur ketika kecil dulu.

"Selamat tidur sayang, mimpi yang indah."

Setelahnya Hyera keluar dari kamar Sooji, tidak langsung ke kamarnya karena ia berniat menunggu kepulangan putranya. Ia perlu untuk memberikan ungkapan terima kasih pada Myungsoo karena telah mau berbaik hati mendengar sarannya, Hyera yakin Myungsoo pasti tidak akan tega membiarkan Sooji terus merasakan sakit di punggungnya. Karena ia tau bahwa putranya itu sering melirik Sooji dengan pandangan sedikit cemas ketika wanita itu mengeluh badannya sakit saat bangun di pagi hari.

Namun, hingga malam telah larut, jam terus berjalan, Myungsoo belum juga pulang. Hyera menyerah menunggu putranya, jadi ia memilih masuk ke kamar untuk beristirahat. Dan satu yang diketahuinya, malam itu Myungsoo tidak pulang ke rumah.

¤¤¤

To be continued...

Maaf sekali, dari chapter pertama sampai skrg bagian Myungsoo kyaknya sedikit sekali 🙏 mngkin beberapa part ke depan baru Myungsoo bisa mncul bnyak", aku hnya sedang menunggu momen yg pas 😆

Spam komennya mantap 👍 aku sampe ngos-ngosan balesnya 😅 biar seimbang spam votenya di mantapin juga~ biar aku makin engap-engap 😃😃😃😃😃

[04/09/17]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top