👉 Chapter 4


Di saat Sehun bisa tersenyum puas karena bisa membuat Tao marah, lain halnya dengan Tao yang harus menelan pil pahit karena perbuatan Sehun. Gadis itu kini mengamuk di dalam kamarnya.

Beruntung, ayah dan ibunya sedang tidak ada di rumah. Jadi, tidak ada yang menegurnya. Dan Sehun, tidak mendapat amukan tadi ibu tirinya itu karena sudah membuat anak kesayangannya menangis. Tapi, tidak tahu kalau besok. Mungkin Tao akan mengadu kepada ibu tirinya tersebut, atau malah kepada ibu kandungnya.

"Arrggghhhh ...!" Tao menggeram kesal. Tak lupa, ia juga membuat kamarnya sendiri menjadi berantakan. "KENAPA, HAH? KENAPA SELALU SEHUN?!"

Di kamarnya, Sehun tersenyum puas. Ia bisa mendengar teriakan Tao dengan jelas, karena kebetulan kamarnya memang terletak tepat di sebelah kamar Tao. Dia senang, karena berhasil membuat Tao jadi seperti itu. Ya, meskipun harus mengorbankan bibirnya.

***bad***

Langit yang mendung itu berhasil membuat Sehun betah berlama-lama berada di rooftop sekolah, bahkan sejak jam pelajaran pertama dimulai hingga sekarang sudah memasuki jam istirahat. Ya, gadis itu membolos lagi.

Di tangannya masih terdapat sebatang rokok yang panjangnya tinggal setengah. Itu adalah rokok kedua yang sudah ia isap hari ini. Teman setianya di kala ia sedang jenuh.

"Kau di sini ternyata."

Sehun langsung menoleh saat mendengar suara seorang pria dari arah belakangnya. Terkejut, pastinya. Gadis itu langsung mendengus saat melihat seorang Park Chanyeol kini sedang berjalan menghampirinya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Chanyeol, lalu mendudukkan diri di sebelah Sehun.

Sehun bergeming. Sama sekali tak ada niatan untuk menjawab pertanyaan Chanyeol tersebut.

"Kau tadi membolos, ya?"

Sehun tetap bergeming.

"Hei, aku sudah tahu namamu. Oh Sehun, 'kan?"

Sehun langsung mengernyit. Sedikit bingung, dari mana Chanyeol bisa tahu namanya. Padahal, dia tidak pernah memakai papan nama di bajunya. Apa mungkin Chanyeol membuka buku absen kelas?

"Semalam, aku menelepon Kai." Dan Sehun langsung mendesah mendengar itu. "Dan aku bertanya siapa namamu padanya. Kau tidak marah, 'kan?" lanjut Chanyeol.

Sehun tak mengindahkan ucapan Chanyeol. Gadis itu malah kembali mengisap rokok yang masih ada di tangannya.

"K-kau merokok?" kaget Chanyeol. Dia tadi tidak melihat kalau ada rokok di tangan Sehun. Tanpa pikir panjang, pemuda itu langsung mengambil rokok yang masih diisap oleh Sehun tersebut.

"Yak! Apa yang kau lakukan, hah?!" amuk Sehun.

"Rokok tidak baik buat kesehatan," ucap Chanyeol, lalu mengisap rokok yang diambilnya itu. Dahinya berkerut, lalu dia terbatuk-batuk saat asap yang dihasilkan dari rokok tersebut melewati rongga hidungnya.

"Terus, kenapa malah kau isap kalau tidak baik buat kesehatan?" tanya Sehun sambil menatap Chanyeol tajam.

"Kau belinya pakai uang, 'kan? Kalau tidak dihabiskan, itu namanya pemborosan. Membuang-buang uang," jawab Chanyeol santai. Padahal, ia tidak suka merokok. Ini adalah pertama kalinya ia mencicipi benda tersebut. Dan menurutnya, rokok sama sekali tidak ada rasa nikmatnya.

Sehun mendesah. "Pengganggu."

"Hei! Kau itu yeoja. Tak seharusnya merokok."

"Memangnya kenapa kalau aku merokok, hah? Apa itu mengganggumu? Apa merokok bisa membuatku masuk penjara?" cerocos Sehun.

Chanyeol menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Iya, merokok bisa membuatmu masuk penjara, jika rokok yang kau isap itu adalah hasil curian," ujarnya, lalu tertawa miring.

Sehun yang mendengarnya mendesah. Menurutnya, candaan Chanyeol sama sekali tidak ada lucunya. "Kenapa kau ke sini?" tanya Sehun kemudian.

"Ingin saja," jawab Chanyeol. Pemuda itu senyum-senyum sendiri melihat wajah Sehun dari samping. Cantik, batinnya. Keningnya lalu berkerut saat melihat gadis di sampingnya itu terus menatap pemandangan di bawah sana, di mana para murid seperti dirinya banyak berkumpul di sana.

"Chanyeol-ssi," panggil Sehun.

"Ya?" sahut Chanyeol.

"Menurutmu, apa mereka semua bahagia?" tanya Sehun.

"Ha?"

"Mereka." Sehun menunjuk sekumpulan murid perempuan yang sedang tertawa bersama. "Apa mereka bahagia? Mereka kelihatan seperti tidak memiliki beban sama sekali."

Chanyeol tertawa miring. "Kau tahu, manusia adalah makhluk yang paling pandai dalam hal menyembunyikan masalah."

Sehun yang mendengarnya tersenyum. "Ya, kau benar. Manusia memang sangat pandai menyembunyikan masalah."

"Sepertinya kau tidak mempunyai teman selain Kai, ya?" tebak Chanyeol.

Sehun mendesah. Itu memang benar. Dia tidak mempunyai teman selain Kai. Sehun terlalu malas untuk sekadar mencari teman. Baginya, mereka semua hanya mementingkan dirinya sendiri. "Ne," jawabnya.

"Kenapa kau tidak mencari teman? Ya ... agar kau tidak kesepian, seperti sekarang misalnya."

"Tidak penting."

Teman? Bukankah itu sejenis benalu?

"Benarkah?"

"Ya. Buat apa punya banyak teman, jika tidak ada yang tulus. Hanya melihat dari segi materi yang kumiliki saja. Layaknya sebuah benalu."

"Ya, kau benar. Oh, ya. Bagaimana acara kencanmu bersama Chanyeol malam itu? Apakah menarik?"

"Biasa saja."

"Um ... kalau begitu, kapan-kapan, bagaimana kalau kita berdua pergi berkencan?" usul Chanyeol.

Sehun langsung menatap Chanyeol sinis. "Berkencan? Memangnya kita sepasang kekasih?"

"Ng ... bukan, sih. Tapi ... bagaimana kalau hari ini kita jadi sepasang kekasih? Apa kau mau?"

Sehun yang mendengarnya lantas tertawa, "Hahaha." Ia lalu berubah datar. "Apa kau gila?"

"Tentu saja tidak. Aku tampan," elak Chanyeol.

"Maka dari itu, pergilah berkencan dengan gadis yang cantik dan tidak buruk sepertiku."

Deg! Chanyeol tertegun. Dia tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Padahal, ucapannya tadi hanyalah sebuah candaan saja. Tapi, kenapa sekarang terasa menyesakkan saat Sehun menolak ajakannya?

"Memangnya kau buruk, ya?" tanya Chanyeol sambil menatap gadis di sampingnya itu lirih.

"Menurutmu?" Sehun sebenarnya paling malas jika ada yang bertanya seperti itu padanya. Apakah mereka tidak bisa menilainya sendiri? Bukankah semuanya sudah tampak jelas jika dilihat dari tingkah lakunya selama ini?

"Ya ... kau memang buruk. Sangat buruk malah. Yang pertama, kau suka membolos. Yang kedua, kau ternyata perokok. Dan yang ketiga, kau ternyata tidak pernah bersosialisasi. Kau tidak punya teman."

"Punya. Aku punya teman. Dia adalah Kai."

Chanyeol tertawa miris. Tak seharusnya Sehun hanya memiliki satu teman saja. "Kai? Cuma Kai, 'kan? Tsk, kau tak seharusnya seperti itu."

"Apa maksudmu?" Sehun mengerutkan dahinya tak paham.

Chanyeol menghela napas panjang. "Aku bisa melihat ada banyak masalah dalam dirimu. Aku tahu, kalau kau hanya menceritakannya pada Kai, yang mana adalah satu-satunya teman yang kau miliki saat ini."

"Memangnya kenapa? Sejauh ini, Kai adalah pendengar yang baik. Dia selalu ada buatku."

"Ya, aku tahu itu. Maksudku, apa kau tidak merasa membutuhkan teman lagi, agar bukan hanya Kai saja yang kau bebani untuk menyelesaikan masalahmu itu? Sepertinya, kau selalu bergantung kepada Kai."

Sehun terdiam. Mencoba mencerna ucapan Chanyeol tersebut. Ya, Chanyeol benar. Selama ini, dia selalu bergantung kepada Kai. Setiap ada masalahnya, pasti selalu Kai yang dia hubungi. "Selama ini, Kai baik-baik saja setiap aku cerita padanya mengenai masalahku. Dia selalu bisa memberi masukan."

"Ya, aku juga tahu kalau itu, Sehun-ssi. Masalahnya, apa kau juga tahu apa yang dia rasakan selama ini? Apa selama ini hidupnya tak memiliki masalah? Kau tidak tahu 'kan, karena selama ini kau terus yang selalu menceritakan masalahmu padanya."

Sehun terdiam. Selama ini, dia selalu membuat Kai repot. Dia tidak pernah memberikan Kai waktu untuk menikmati dunianya sendiri. "Apa yang harus kulakukan?" ucapnya lirih, namun masih bisa didengar jelas oleh Chanyeol.

"Yang harus kau lakukan sekarang adalah ...," Chanyeol bangkit dari duduknya dan meraih tangan Sehun. "..., kita ke kelas. Bel pergantian jam sepertinya sudah berbunyi sedari tadi."

"Shireo," tolak Sehun.

"Sehun-ssi! Sekali-kali, buatlah kedua orangtuamu senang. Berbuatlah sesuatu yang berguna."

"Tapi-"

"Ayo! Cepatlah!"

Akhirnya, dengan sangat terpaksa, Sehun pun berdiri. Meskipun dalam hatinya dia sama sekali tak ada niatan untuk ikut belajar di kelas.

***bad***

Dari rooftop sampai di depan kelasnya, Chanyeol terus menggandeng tangan Sehun. Seakan-akan, ia tak ingin gadis itu pergi. Pergi membolos maksudnya.

Namun telat. Guru yang bertugas mengajar di kelas mereka sekarang ternyata sudah lebih dulu stay di sana. Keduanya telat. Dan mungkin saja akan mendapatkan hukuman.

"Permisi, Saem," ujar Chanyeol sembari melangkah memasuki kelas, diikuti oleh Sehun di belakangnya.

"Dari mana saja kalian, hah? Kenapa baru masuk?" tanya guru itu sambil menatap keduanya tajam.

"Ng ... kami habis ... habis ... dari ruang guru, Saem. Ada urusan tadi. Makanya terlambat masuk," alibi Chanyeol.

"Alasan." Guru itu lalu beralih pada Sehun yang sedari tadi hanya diam saja. "Kau yang bernama Oh Sehun, 'kan?" tanyanya.

"Ne, Saem," jawab Sehun.

"Kau tadi membolos, 'kan?"

"Ne, Saem."

Guru itu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Oh, ya. Perkenalkan, saya guru Olahraga baru kalian."

"Ya?" Sehun terkesiap. Dia tidak tahu kalau sekarang adalah jadwal pelajaran Olahraga di kelasnya. Pelajaran yang sangat tidak ia sukai.

"Nama saya Kim Junmyeon. Panggil saja Suho Saem. Arasseo?"

Sehun dan Chanyeol mengangguk paham. "Ne, Saem."

"Kalau begitu, kalian silakan ganti pakaian."

Chanyeol kemudian beralih kepada teman-temannya. Mereka sudah pada berganti pakaian. Ia dan Sehun pun melangkah menuju loker yang ada di bagian belakang ruang kelas tersebut. Setelah itu, keduanya menuju ruang ganti -tentunya di ruangan yang berbeda.

***bad***

To : Oh Sae Jong

Hari ini, Sehun membolos dua mata pelajaran.

***bad***

Sehun dan Chanyeol beserta teman-temannya kini sudah berkumpul di lapangan basket indoor. Pelajaran hari ini adalah basket.

Sehun terlihat sama sekali tak bersemangat. Biasanya, dia akan membolos pelajaran yang kebanyakan praktek ini. Tapi kali ini, tak ada celah baginya untuk membolos. Mau alasan sakit, tapi dia tampak baik-baik saja. Ya, walaupun sebenarnya dia tengah sakit. Mau alasan ke toilet, sepertinya tidak memungkinkan. Guru itu sepertinya sudah tahu tentang kelakuan Sehun selama ini. Buktinya, dia tahu kalau Sehun tadi membolos.

"Oke, sebelum memulai pemanasan, silakan terlebih dahulu kalian lari keliling lapangan basket ini sebanyak lima kali putaran," Suho Saem memberi arahan.

Sehun langsung membulatkan matanya. Apa? Lima kali? batinnya tak percaya. Apa aku bisa? Satu putaran saja aku tak yakin bisa melaluinya.

"Baik, Saem!" sahut murid-murid.

Mereka pun mulai berlari. Ada yang cepat, ada pula yang santai.
Sehun memilih berlari dengan kecepatan lambat, serta di urutan paling terakhir -ah tidak, ternyata di belakangnya masih ada Chanyeol yang ikut memperlambat kecepatan larinya. Beruntung, Suho Saem tidak memperhatikan mereka.

Lima kali ... lima kali ....
Sedari tadi, Sehun terus menggumamkan kalimat itu. Dia harus kuat. Dia tidak boleh terlihat lemah. Apalagi dia sudah dicap sebagai bad girl. Tidak mungkin 'kan, seorang bad girl pingsan hanya karena lari keliling lapangan basket? Mungkin, jika itu adalah Sehun.

"Hei, Sehun-ssi," sapa Chanyeol, sambil mencoba menyamakan langkah kaki Sehun. "Apa kau belum makan, hah? Kenapa kau begitu lambat?"

Sehun hanya diam saja. Dia mulai merasa lelah. Padahal, ini baru putaran yang kedua, dan kecepatan larinya juga sangat lambat.

Di seberang sana, tampak Tao dengan ekspresi kesalnya melihat ke arah Sehun. Dia masih kesal dengan kejadian semalam. Dan sekarang, dia melihat saudara tirinya itu bisa dengan mudahnya didekati oleh Chanyeol. Dia yang merasa lebih baik daripada Sehun saja rasanya sulit untuk mendekati pemuda tersebut.

"Yak, Sehun-ssi!" panggil Chanyeol sekali lagi.

Sehun akhirnya menoleh. Dia menatap Chanyeol yang masih berlari di sebelahnya sinis. "Park Chanyeol-ssi, tidak bisakah kau diam? Kenapa kau begitu cerewet? Apa kau seorang wanita yang sedang menyamar sebagai seorang laki-laki, hah?" cerocosnya kesal.

Chanyeol berhenti mengoceh. Aku pria tulen, batinnya. Dia bukan seorang wanita seperti yang dibilang oleh Sehun tadi. Dia hanya ingin lebih dekat dengan gadis itu. "Mianhae," ucap Chanyeol pelan.

Sehun akhirnya berhenti berlari. Dia sudah tidak kuat lagi. Chanyeol yang dari tadi berlari di sebelahnya juga ikut berhenti. "Kenapa kau berhenti?" tanya Chanyeol.

Sehun tak menjawab. Dadanya mulai terasa sakit. Ini yang tidak dia sukai dari pelajaran ini. Dia bisa pingsan hanya dengan berlari saja.

"Yak, Oh Sehun-ssi," panggil Chanyeol. Dia lalu menatap wajah Sehun yang kelihatan pucat. "Kau sakit? Wajahmu pucat."

Sehun menggeleng pelan. Pandangan di hadapannya mulai terlihat samar di matanya. Dan pada akhirnya, gadis itu pingsan.

***bad***

To : Oh Sae Jong

Anak Anda, Oh Sehun, pingsan saat pelajaran olahraga.

.

.

.

Tbc ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top