👉 Chapter 22
~Happy Reading~
.
.
.
Aku tidak trauma.
Tidak juga takut.
Aku hanya ... tidak ingin lagi berurusan dengannya.
Maka dari itu, aku lebih memilih untuk ... menghindar.
.
"Jadi, kau dan Chanyeol sudah resmi menjadi kekasih? Woah ... aku bahagia mendengarnya, Sehun-ah. Selamat," ujar Kyungsoo. Dia turut bahagia mendengar Sehun bercerita bahwa ia sudah resmi berpacaran dengan Chanyeol. Sehun sekarang sangat terbuka dengannya.
Sehun tersenyum. "Tapi ... kau jangan bilang ke siapa pun yang ada di sekolah ini, ya," pintanya kepada Kyungsoo. Keduanya kini tengah berada di koridor menuju kelas.
"Kenapa begitu?" Kyungsoo mengernyit bingung.
"Ng ... aku tidak ingin ada yang mengganggu hubungan kami. Kau tahu sendiri, kan, kalau di sekolah ini banyak yang tidak suka denganku? Jadi ... kau harus diam. Arasseo?"
Kyungsoo mengangguk paham. "Omong-omong, bagaimana kencan kalian semalam? Apa ... berjalan lancar?" tanyanya kemudian.
"Ya. Tapi, tidak sesuai dengan apa yang—"
"Sehun-ssi."
Sehun langsung mematung begitu melihat seorang pemuda yang dikenalnya berjalan menghampirinya. Wajahnya langsung memerah, menahan amarah yang baru saja muncul.
"Aku ingin berbicara sesuatu denganmu," ujar pemuda itu, Seok Jin.
Sehun mundur selangkah, dan langsung menyembunyikan tubuhnya di balik punggung Kyungsoo. "Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi," balasnya.
"A-aku ingin minta maaf padamu," sesal Seok Jin. "Dan, aku ingin berterima kasih, karena kau tidak melaporkanku ke polisi."
Sehun yang mendengarnya pun mendesah. Dia lalu menatap Seok Jin dingin. Bagaimana mungkin Seok Jin dengan mudahnya mengatakan itu? Karena ulah pemuda itu, dia dan Chanyeol jadi terluka. "Lupakan," tukasnya, lalu melangkah pergi dari sana.
"Kau jahat, Seok Jin-ssi," ucap Kyungsoo, lalu mengejar langkah Sehun. "Sehun-ah! Tunggu!"
"Kyungsoo-ssi, kalau kau jadi aku, apa tindakan yang akan kau lakukan?" tanya Sehun begitu langkah Kyungsoo sudah seimbang dengannya.
"Um ... entah."
"Lupakan. Lebih baik kita membahas hal lain saja."
Tak ada lagi senyum di kedua bibir Sehun.
Keduanya berhenti melangkah lagi saat berpapasan dengan Tao. Ah, lebih tepatnya Kyungsoo-lah yang menghentikan langkahnya, kemudian disusul oleh Sehun.
"Tao-ssi," panggil Kyungsoo saat Tao sudah berjalan melewatinya. "Bisa kita bicara sebentar?" pintanya.
Tao menghentikan langkahnya, lalu berbalik menghadap Kyungsoo. "Silakan," ucapnya dingin.
"Tidak di sini."
Sehun yang berada di posisinya pun menatap keduanya bingung. Sepertinya ada suatu hal yang penting.
Kyungsoo lalu beralih ke Sehun. "Sehun-ah, bisa kau ke kelas duluan? Aku harus berbicara dengan Tao sebentar. Tak apa, kan?"
Sehun mengangguk. "Ya, tak apa." Sehun pun mulai melangkah pergi. "Kuharap tidak ada yang kau sembunyikan dariku, Kyungsoo-ya!" ujarnya sebelum benar-benar menghilang di belokan koridor.
Kyungsoo menatap kepergian Sehun dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Dia kemudian beralih ke Tao. "Ikuti aku," perintahnya, lalu melangkah pergi menuju tempat yang sunyi, diikuti oleh Tao di belakangnya.
Dan, di sinilah Kyungsoo dan Tao berada sekarang. Di bordes tangga menuju rooftop. Tempat yang sunyi untuk sekadar membicarakan hal yang dianggap sangat penting.
"Ada apa? Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya Tao.
"Tao-ssi," panggil Kyungsoo penuh penekanan. "Apa kau tak ingin meminta maaf kepada Sehun, seperti apa yang sudah dilakukan oleh Kim Seok Jin?"
"Ya?" Tao terkesiap. "A-apa maksudmu?" Dia tampak gelagapan. Apa sudah tahu Kyungsoo tahu apa yang sudah kuperbuat? pikirnya.
Kyungsoo berdecak. "Kenapa kau melakukan itu, Tao-ssi? Apa kau iri kepada Sehun?"
"Apa maksudmu, Kyungsoo-ssi? Aku benar-benar tak paham." Tao masih saja mengelak.
"Kau, kan, yang menyuruh Kim Seok Jin agar melukai Sehun?"
"Ya?" Tao lalu mendesah. "Kau jangan asal menuduh, Kyungsoo-ssi." Dia mencoba menetralkan suaranya. Mencoba senormal mungkin. Sial, apa Seok Jin sudah bercerita semuanya? batinnya.
"Aku tidak menuduh. Aku mendengarnya sendiri. Dan, telingaku masih sangat normal."
"Apa kau akan menjadi pahlawan kesiangan, eoh? Menuduhku tanpa adanya bukti? Tsk, biar Sehun terkesan denganmu, begitu?"
Kyungsoo mendesah. "Aku tidak ingin menjadi pahlawan kesiangan bagi siapa pun. Kau tahu, Sehun temanku. Jadi, berhak bagiku untuk melindunginya dari orang yang tak ubahnya iblis seperti dirimu."
"Apa? Yak, Do Kyungsoo."
"Wae? Aku benar, kan? Kenapa kau lakukan itu, Tao-ssi? Kenapa? Kau iri kepada Sehun, sebab dia selalu mendapatkan apa yang tidak bisa kau dapatkan, bukan? Kau egois, Tao-ssi."
"Ya, aku memang egois." Tao lalu mendorong tubuh Kyungsoo, hingga mampu membuat gadis yang lebih pendek darinya itu jatuh dari anak tangga.
"Akh ...." Kyungsoo mengeluh kesakitan saat tubuhnya berhasil menuruni sepuluh buah anak tangga dengan tidak elitenya itu. Gadis bermata bulat itu lalu mengumpat. "Yak, Huang Zitao! Apa kau gila, eoh?"
Tao hanya menatap datar Kyungsoo yang tengah kesakitan itu. Lalu, dia berjalan menuruni anak tangga dengan santai, bahkan melewati tubuh Kyungsoo tanpa rasa bersalah sedikit pun.
"Yak!" teriak Kyungsoo, lalu mencoba bangkit. "Dia benar-benar gila," ujarnya sambil mencoba meregangkan otot-otot tubuhnya. Dia lalu melangkah pergi dari sana.
Kyungsoo bersyukur jumlah anak tangganya hanya sepuluh. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya kalau seandainya jumlah anak tangganya ada sekitar dua puluhan.
.....
"Ekhm," Sehun berdeham begitu mendudukkan diri di bangkunya. Di sebelahnya sudah ada Chanyeol yang tengah sibuk menyalin materi pelajaran.
Chanyeol menghentikan kegiatannya, lalu menoleh ke arah Sehun. "Selamat pagi, Sehun-ah," sapanya sembari menunjukkan senyum lebarnya.
"Y-ya, selamat pagi, Chanyeol-ah," balasnya gugup. Dia merutuki dirinya yang menjadi salah tingkah sekarang. Apa pengaruh dari status hubungan keduanya cukup besar?
"Maaf, aku tadi tidak menjemputmu."
"Ah, tidak apa-apa." Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku juga tidak mengharapkanmu untuk menjemputku," ucapnya pelan, nyaris berbisik.
"Ya?"
"A-ah, aniya."
Chanyeol tersenyum tulus. "Sehun-ah," panggilnya kemudian.
"Ya," sahut Sehun.
Chanyeol lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya, dan mengeluarkan sebuah gantungan ponsel berbentuk dadu. "Ini, untukmu. Kau dulu menolaknya. Sekarang, kau harus menerimanya. Aku anti penolakan kali ini."
"Ng ... aku tidak mau," tolak Sehun.
"Mwo?"
"Itu ... jelek. Aku tidak menyukainya."
"Ya? Yak, Sehun-ah!" Chanyeol meninggikan volume suaranya, dan akibatnya seluruh pasang mata yang ada di dalam kelas itu pun langsung menatap ke arah Chanyeol.
"Wae? Itu memang jelek."
"Baiklah kalau kau memang tidak mau. Akhir pekan nanti, kita bertemu di Yeouido Hangang Park lagi."
"Apa ... itu adalah ajakan untuk berkencan?" Sehun memicingkan kedua matanya.
"Ya, kau bisa menganggapnya begitu."
"Arasseo. Kau bisa menungguku di sana."
"Jam lima sore. Oke?"
"Oke."
Keduanya lalu terdiam. Sebab, murid lain yang ada di dalam kelas tersebut pada melihat ke arah keduanya. Namun, selang beberapa detik kemudian, mereka tampak tak peduli. Sehun dan Chanyeol pun kelihatan santai-santai saja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Kyungsoo-ya!" Sehun langsung berseru saat melihat Kyungsoo memasuki kelas. "Kau baik-baik saja?" tanyanya kemudian. Dia melihat penampilan Kyungsoo yang tampak berbeda dengan yang dia lihat terakhir kali. Gadis itu pun beranjak menghampiri Kyungsoo yang kini sudah duduk di bangkunya.
"Kyungsoo-ya. Kau kenapa, hah?" Sehun menatap Kyungsoo khawatir.
"Gwaenchanha," ucap Kyungsoo, lalu tersenyum. Mencoba meyakinkan Sehun bahwa dia baik-baik saja. Dia kemudian menyibak anak rambutnya yang menutupi wajahnya.
Mata Sehun menyipit. "Tidak. Kau kenapa-kenapa, Kyungsoo-ya." Dia melihat sebuah luka kecil di dahi Kyungsoo. "Kita harus ke UKS sekarang." Sehun menarik tangan Kyungsoo.
"Tidak perlu, Sehun-ah. Aku tak apa-apa," tolak Kyungsoo.
"Kyungsoo-ya!" teriak Sehun.
"Ada apa ini?" Chanyeol menghampiri keduanya begitu mendengar teriakan Sehun. "Kenapa kau berteriak ke Kyungsoo, Sehun-ah?" tanyanya.
"Lihatlah," Sehun menunjuk luka di dahi Kyungsoo. "Dia terluka. Oh, astaga. Lihatlah lenganmu juga, Kyungsoo-ya. Ada luka lebam di sini." Sehun memegang lengan Kyungsoo dan ada beberapa luka lebam di sana.
"Itu harus diobati, Kyungsoo-ssi," ujar Chanyeol.
"Ayo." Sehun menarik paksa lengan Kyungsoo.
Kyungsoo pun hanya bisa pasrah. Biar bagaimana pun, dia harus mengobati lukanya. Kyungsoo mengumpat kasar jika mengingat perlakuan Tao kepadanya tadi.
.....
"Bagaimana ceritanya kau bisa terluka seperti ini, Kyungsoo-ya?" tanya Sehun sembari membubuhkan obat ke dahi Kyungsoo yang terluka. Gadis itu tiba-tiba saja menghentikan kegiatannya. "Apa ... ini ulah Tao?" Kyungsoo tadi menyuruhnya agar ke kelas duluan. Dan, ada Tao tadi yang bersama Kyungsoo.
"T-tentu saja bukan," elak Kyungsoo. Bagaimana pun juga, Tao adalah saudara tiri Sehun. Kyungsoo ingin semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang berselisih.
"Jangan bohong, Kyungsoo-ya ...." Sehun menatap Kyungsoo penuh arti.
"Tidak. Aku tidak bohong," elak Kyungsoo.
"Baiklah kalau kau tidak mau berbicara jujur padaku. Aku akan memeriksa CCTV. Biar aku tahu apa yang Tao perbuat padamu." Sehun bangkit dari duduknya, dan mulai beranjak pergi.
"Andwe!"
Namun, Kyungsoo langsung menahan lengannya. "Wae? Kenapa tidak boleh? Apa yang perlu kau takutkan?" tanya Sehun.
"Ng ... itu ...." Kyungsoo menghela napas panjang. "Duduklah dulu, Sehun-ah. Aku akan menceritakan semuanya padamu."
Sehun pun menuruti perintah Kyungsoo.
"Aku tadi jatuh terpeleset dari tangga."
Terpaksa.
Kyungsoo terpaksa berbohong. Otaknya bekerja, mencari kalimat yang pas dan logis untuk digunakan sebagai alibinya ke Sehun.
"Apa?" Sehun tampak terkejut mendengarnya. "Bagaimana bisa?"
"Lantainya licin, Sehun-ah."
"Lantas, apa yang kau bicarakan dengan Tao tadi? Sepertinya sangat penting." Sehun memicingkan matanya. Ada kecurigaan dalam dirinya yang ditujukan kepada Kyungsoo. Dia tidak sepenuhnya percaya terhadap alibi Kyungsoo yang katanya jatuh terpeleset dari tangga itu.
Kyungsoo tersenyum. "Hanya masalah kecil."
"Sekecil apa itu, Kyungsoo-ya?"
"Tidak penting."
"Do Kyungsoo!" Sehun menangkup kedua bahu Kyungsoo. "Lihat aku," ucapnya tegas.
"Sehun-ah ...."
"Apa yang kalian bahas, hah?" tanyanya. "Aku sebenarnya tidak ingin memaksamu untuk menceritakannya padaku, Kyungsoo-ya. Tapi, karena kau adalah teman perempuanku satu-satunya yang ada di sekolah ini, aku sangat mencemaskanmu, Kyungsoo-ya."
"Sehun-ah ...."
Sehun langsung memeluk Kyungsoo. Dan, ia terisak di sana. "Aku tidak ingin kau terluka karenaku, Kyungsoo-ya ...."
Andaikan kau tahu fakta yang sebenarnya, Sehun-ah.
Andaikan kau tahu siapa yang memerintahkan Kim Seok Jin untuk melukaimu, Sehun-ah.
.....
"Jadi, Kim Seok Jin tadi menemui Sehun dan meminta maaf, begitu?"
"Ya. Tapi Sehun kelihatan sangat tidak suka. Dia malah berkata 'lupakan', lalu pergi."
Chanyeol mendengus kesal begitu Kyungsoo menceritakan kepadanya kalau Seok Jin tadi datang kepada Sehun untuk meminta maaf.
Chanyeol dan Kyungsoo kini tengah berada di dalam mobil Chanyeol. Mereka sengaja bertemu setelah pulang dari sekolah hanya untuk membahas tentang Seok Jin yang mendatangi Sehun tadi pagi.
Kyungsoo pikir, Chanyeol wajib tahu tentang hal itu. Karena, dia tidak sanggup jika harus melindungi Sehun seorang diri. Chanyeol harus ikut andil di dalamnya. Jangan ada yang bertanya tentang Kai. Pemuda berkulit tan itu adalah orang yang sudah paling sering melindungi Sehun. Dan, Kyungsoo pikir, kini giliran dia dan Chanyeol-lah yang harus melindungi Sehun.
"Lantas, apa Tao juga datang pada Sehun untuk me ...." Chanyeol tak melanjutkan kalimatnya. "Ah, lupakan." Dia keceplosan mengatakan kalimat itu. Menurut Chanyeol, baru dia sajalah yang tahu mengenai kedok Tao yang menyuruh Seok Jin untuk melukai Sehun.
"Meminta maaf? Tsk. Dia tidak akan pernah melakukan itu, Chanyeol-ssi. Aku bahkan sudah menegurnya tadi. Namun, yang kudapat hanyalah memar di tubuhku."
"J-jadi, kau sudah tahu? Mengenai Tao yang menyuruh Seok Jin ...."
"Ya, aku sudah tahu. Dari mulut mereka sendiri. Aku tak sengaja mendengarnya."
"A-apa Sehun juga sudah tahu?"
"Belum. Tapi aku yakin, kalau suatu saat dia pasti akan mengetahuinya."
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Entahlah."
"Jadi, kau dapat luka itu juga karena ulah Tao?"
"Ya. Dia mendorongku dari bordes tangga yang menuju ke rooftop. Hanya karena dia kalah berdebat denganku."
Chanyeol mendesah. "Aku tidak tahu bagaimana pola pikir gadis itu. Tapi, yang jelas, dia berbuat jahat ke Sehun hanya karena dia iri."
"Aku sudah menduganya."
"Sekarang Sehun sudah banyak berubah. Dan, sepertinya ayah dan ibunya juga semakin menyayanginya." Chanyeol lalu menatap Kyungsoo. "Kau tahu, Kyungsoo-ssi, Tao ternyata menyukaiku."
"Ya?" Kyungsoo terkesiap.
"Dia bahkan menuduh Sehun, kalau Sehun sudah merebutku darinya."
"Apa?"
"Dia yang bilang sendiri padaku."
"K-kau serius?"
"Ya. Aku serius. Ah, tapi aku bersyukur Tao mengatakan itu. Sebab, berkat hal itu, aku dan Sehun sekarang resmi menjadi sepasang kekasih."
"Ya, Sehun sudah menceritakannya padaku."
"Jadi, apa rencanamu selanjutnya, Kyungsoo-ssi?"
"Mudah. Aku akan tetap menekan Tao agar dia meminta maaf secara tulus kepada Sehun."
Chanyeol mengernyit. "Meskipun dia melukaimu?"
"Ya."
"Baiklah. Aku juga akan melakukannya."
.
.
.
TBC
-
---------------------------------------------
Loha!
Up lebih cepat daripada biasanya. Cieeeee
Hihihi
Nggak lama lagi ff ini akan tamat. Nggak lama lagi. Tepatnya pada saat ChanHun melakukan kencan kedua mereka. Huhuhu
Ya udah, jangan lupa vote dan komen buat yang udah baca. Oke!
Pai pai
Kamis, 09 Agustus 2018
Sambil nonton TV di tempat kerja.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top