👉 Chapter 18
Previous
Sehun menatap perkelahian itu dengan tatapan cemas, sementara Kai sibuk melepaskan ikatan tali yang mengikat kaki serta tangan Sehun. Pemuda berkulit tan itu tak begitu memperhatikan perkelahian tersebut.
"Tsk, ternyata kemampuanmu boleh juga," ujar Jin di sela-sela perkelahiannya. Wajahnya sudah tampak babak belur. Chanyeol pun demikian.
"Hh, tidak usah banyak bicara! Kau itu-"
"Chanyeol-ah! Awas!"
"Akhh ...."
Sehun menatap tak percaya apa yang baru saja dilihatnya. Sebuah belati berhasil menancap di perut seorang Park Chanyeol. Dan, pelakunya adalah Kim Seok Jin.
"C-Chanyeol-ah ...." Sehun berucap lirih. Tubuhnya tampak bergetar. Air mata pun tak terasa sudah mengalir di permukaan pipi putihnya.
Kai yang sementara melepaskan tali yang mengikat tubuh Sehun pun langsung mengakhiri kegiatannya tersebut, dan segera berjalan menghampiri Chanyeol, ah tepatnya Jin yang masih memegang belati di tangannya.
Jin menatap Chanyeol yang tengah merintih kesakitan itu dalam diam. Bohong jika dia tak merasa ketakutan. Keringat dingin mulai menampakkan diri di keningnya. Pemuda itu bahkan tak menyadari kedatangan Kai di belakangnya yang sudah bersiap untuk memberikan pelajaran fisik kepadanya.
"Kau ...."
Bugh!
Kai langsung memberikan bogeman mentah kepada Jin, yang mampu membuat sudut bibir pemuda itu berdarah. Kai menghajar Jin tanpa ampun, bahkan hingga tak mampu berkutik. Belati yang tadi ada di tangan Jin pun sudah Kai singkirkan. Meskipun kini emosinya sedang memuncak, dia tidak ingin melukai Jin seperti Jin melukai Chanyeol.
Sehun yang masih berada di posisinya tak hanya tinggal diam. Gadis itu berusaha melepaskan tali yang masih melilit dirinya dengan sekuat tenaga. Dan, setelah tali-tali itu sudah sepenuhnya lepas dari tubuhnya, Sehun langsung berlari menghampiri Chanyeol yang sudah mulai tak sadarkan diri itu.
"Chanyeol-ah! Buka matamu! Aku mohon," ucap Sehun sambil terisak. Gadis itu menepuk-nepuk pipi Chanyeol, berharap pemuda tinggi itu membuka matanya.
Kai menghentikan aktivitasnya, saat ia merasa tenaganya sudah mulai habis. Dia lalu menatap Sehun yang masih terisak. "Sehun-ah," panggilnya.
"Kai-ya ... palliwa! Kita bawa Chanyeol ke rumah sakit."
Mereka lalu membawa Chanyeol ke rumah sakit. Mengabaikan Jin yang babak belur di dalam sana.
Di dalam mobil, Sehun terus menggenggam erat tangan Chanyeol yang sedang tak sadarkan diri di pangkuannya. Berharap pemuda itu membuka kelopak matanya.
.....
Sehun terduduk di lantai rumah sakit yang dingin, sementara Kai berdiri, bersandar pada dinding tepat di hadapan Sehun sambil menundukkan kepala. Keduanya kini tengah berada di depan ruang ICU. Menunggu kabar dari dokter yang masih menangani Chanyeol di dalam sana.
Sehun menatap lantai keramik di bawahnya dalam diam. Sesekali gadis itu terlihat sesenggukkan. Dia menyesal. Seandainya dia mendengarkan perkataan Chanyeol tadi siang, pasti tidak akan ada yang terluka seperti ini. Gadis itu kemudian berdiri. Menatap Kai dengan tatapan sendu. Perlahan, dia melangkah mendekati pemuda berkulit tan itu. "Kai-ya," panggilnya lirih.
Kai mendongak. "Wae?" sahutnya lirih.
"Apa benar yang dikatakan Seok Jin, kalau kau yang menyuruhnya agar melakukan ini padaku?" tanya Sehun.
Kai mengernyit bingung. "Apa maksudmu, Sehun-ah? Aku sungguh tidak mengerti," jawabnya.
"Apa kau dalang di balik semua kejadian ini, hah?!" Sehun meninggikan volume suaranya. Tak peduli dengan beberapa orang yang lewat di dekatnya.
"Mwo? Yak, Sehun-ah! Kenapa kau bisa bicara seperti itu?"
"Seok Jin yang bilang begitu padaku."
"Jadi, kau percaya padanya?"
Sehun menggeleng pelan. "Entah."
"Yak, Sehun-ah," Kai menangkup kedua bahu Sehun, "kalau memang aku yang merencanakan itu semua, untuk apa aku menyuruh orang lain untuk melukaimu? Kau tahu, aku bisa melakukannya sendiri. Aku tak butuh bantuan orang lain. Kau dekat denganku, kau juga sering tak sadarkan diri saat bersamaku. Jadi, mudah saja, kan, bagiku seandainya aku ingin melukaimu?" jelas Kai panjang lebar.
"Hiks ...." Sehun malah terisak mendengar penjelasan Kai tersebut. Kai yang melihatnya pun langsung memeluk gadis itu.
"Bukankah sudah sering aku katakan padamu, kalau aku menyayangimu, eoh? Jadi, kau tak usah percaya terhadap apa yang dikatakan oleh Seok Jin, oke?"
Sehun mengangguk paham. Dia semakin menenggelamkan kepalanya di dada bidang Kai, tentunya sambil terisak.
.....
Chanyeol mendengus sesaat setelah bangun dari pingsannya. Dia melihat Kai yang tengah terlelap di sisi tempat tidurnya. "Tsk, kenapa harus dia yang ada di sini?" ucapnya pelan. Dia lalu mencoba bangun, dan melihat sekelilingnya. Hanya ada Kai dan dirinya saja di dalam ruangan yang didominasi oleh aroma obat-obatan itu.
Chanyeol kemudian menghela napas pendek. Ada perasaan kecewa saat mengetahui bahwa tidak ada Sehun di ruangan tersebut saat ini. Ke mana perginya gadis itu? Bukankah sebelum Chanyeol tak sadarkan diri, gadis itu ada bersamanya?
"Yak, Kai-ya! Ireona!" teriak Chanyeol sambil menggoyang-goyangkan badan Kai. "Yak!"
"Eungh ...." Kai menggeliat. Dia lalu bangun dan mengucek matanya. "Oh, Chanyeol-ah. Kau sudah bangun?" ucapnya.
"Di mana Sehun?" tanya Chanyeol.
"Ah, Sehun. Aku menyuruhnya pulang," jawab Kai santai.
"Apa? Pulang? Yak, Kai-ya! Kenapa kau malah menyuruh Sehun pulang? Kau tahu, aku sangat berharap saat aku membuka mata, yang kulihat itu Sehun, bukan kau!" cerocos Chanyeol.
Kai yang mendengarnya pun berdecak. "Dia harus istirahat. Semalaman dia tidak tidur gara-gara terus menangis." Dia lalu bangkit dari duduknya. "Kau baik-baik saja, kan?"
Chanyeol mengangguk. Luka yang ditimbulkan karena insiden semalam ternyata tidak terlalu dalam, dan hanya membutuhkan beberapa jahitan saja.
"Semalam aku sudah menghubungi orangtuamu, dan ternyata mereka sedang di luar kota. Mereka menitipkanmu padaku."
"Apa? Memangnya mereka tidak mencemaskanku?"
"Sedikit. Aku bilang pada mereka kalau kau tidak sampai mengalami pendarahan hebat atau koma. Jadi, kau tahu, kan, apa maksudnya?"
"Baik-baik saja. Tidak parah."
"Tepat sekali."
"Ah, terserah." Chanyeol lalu kembali merebahkan tubuhnya. "Keundae, apa Sehun nanti akan datang kemari lagi?" tanyanya kemudian.
"Molla."
"Apa dia mengkhawatirkanku?"
"Kalau iya kenapa? Apa kau merasa senang, eoh?"
Chanyeol tersenyum lebar. Tentu saja dia merasa senang. "Ya, tentu saja."
"Tsk, dasar."
.....
Sehun tampak duduk di depan meja riasnya, menatap pantulan dirinya di cermin dalam diam. Wajahnya tampak kusut. Matanya yang sudah sipit dari sananya bertambah sipit lagi karena semalaman menangis. "Hh ...," gadis tinggi itu menghela napas. "Apa dia baik-baik saja?" gumamnya.
Sehun lalu beranjak dari sana, kemudian mengambil ponsel yang tergeletak di atas ranjang. Gadis itu berniat menelepon Kai, untuk menanyakan keadaan Chanyeol tentunya. Meskipun semalam dokter bilang kalau pemuda itu keadaannya baik-baik saja, namun tetap saja membuatnya khawatir. "Yeoboseyo, Kai-ya!"
"Ne, Sehun-ah. Waeyo?" sahut Kai dari seberang telepon.
"Apa ... dia sudah siuman?" tanya Sehun.
"Ng ... belum," jawab Kai.
"Apa?" Sehun tampak sedikit terkejut. "K-kau serius?"
"Iya, aku serius."
"Y-ya sudah kalau begitu." Sehun lalu mengakhiri panggilannya. Wajahnya tampak gusar. Dia melempar ponselnya asal ke atas kasur, lalu mendudukkan diri ke atas ranjang dan mengusap wajahnya kasar. "Kenapa dia belum sadar juga? Apa dokter itu salah periksa semalam? Apa mereka memberinya obat bius terlalu banyak? Argh ... ini semua gara-gara aku," sesalnya.
"Hiks," Sehun terisak lagi. "Mianhae, Chanyeol-ah. Gara-gara aku, kau jadi terluka," ucapnya di sela isakkannya. Dia kemudian mengusap air matanya kasar.
Tok! Tok! Tok!
Ceklek
"Sehun-ah!" Seorang wanita paruh baya tampak melangkah memasuki kamar Sehun. Di tangannya terdapat nampan yang berisi segelas air putih dan beberapa makanan. "Eomma membawakanmu makanan. Kau harus sarapan."
"Eomma...," lirih Sehun.
"Kau menangis lagi?"
Sehun mengangguk pelan.
Shin Young meletakkan nampan yang dibawanya tersebut ke atas meja belajar, lalu menghampiri putrinya itu. "Apa ada hal buruk yang terjadi?" tanyanya.
Sehun mengangguk, lalu menyandarkan kepalanya di bahu ibu tirinya itu. "Eomma ... aku takut," ucapnya lirih.
Shin Young mengernyit bingung. "Takut?" Ia lalu melingkarkan tangannya di bahu Sehun. "Apa yang kau takutkan, Sehun-ah?"
"Chanyeol belum sadarkan diri, dan itu semua gara-gara aku."
"Tenanglah ... semuanya akan baik-baik saja," ucap Shin Young, mencoba menenangkan.
"Aku tidak bisa tenang, Eomma. Bagaimana kalau Chanyeol ... meninggal dunia, Eomma?"
"Hush, jangan bicara begitu. Dia pasti akan baik-baik saja."
"Tapi, Eomma ...."
"Semuanya akan baik-baik saja."
.....
"Bukankah aku menyuruhmu untuk beristirahat saja di rumah? Kenapa kau malah datang kemari lagi? Oh, lihatlah wajahmu itu. Begitu buruk. Matamu bahkan masih sembab. Apa kau tadi sudah mengobati luka di wajahmu itu, eoh? Jangan bilang kalau belum."
Sehun tak mengindahkan segala ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Kai tersebut. Gadis itu malah berjalan menghampiri Chanyeol yang masih saja menutup kedua matanya itu.
"Yak, Oh Sehun!" seru Kai.
"Mianhae ...," Sehun berucap lirih sembari menatap Chanyeol sendu. "Gara-gara aku kau jadi seperti ini."
Sehun kemudian duduk di kursi yang ada di sisi ranjang. Iris matanya tak henti-hentinya menatap wajah Chanyeol. "Hiks," gadis itu terisak lagi, entah sudah yang ke berapa kalinya. Dia lalu menelungkupkan kepalanya ke atas kasur, menangis di sana.
Kai yang melihat Sehun pun menyilangkan kedua tangannya di depan dada, dan menggeleng-gelengkan kepala. "Apa aku terlalu jahat, ya, padanya?" gumamnya sangat pelan. "Sehun-ah, kau bisa, kan, berada di sini sebentar? Aku akan keluar membeli makanan."
Sehun tak menjawab. Gadis itu masih saja terisak.
"Yak, Oh Sehun!" Kai lalu mendesah. "Baiklah. Tak ada jawaban berarti kau menyetujuinya. Aku pergi. Annyeong ...." Kai pun beranjak pergi dari sana.
Kini, tinggallah Sehun dengan Chanyeol saja di ruangan itu. Sehun yang sedang terisak, dan Chanyeol yang masih enggan untuk membuka matanya itu.
Sehun lalu menegakkan badannya. "Hei, apa kau tak ingin melihatku? Apa kau tak mencintaiku lagi? Apa kau akan terus-terusan membuatku menangis seperti ini? Yak, bangunlah! Yak, Park Chanyeol! Apa kau–"
Grep!
Sehun langsung terdiam saat tangan kekar itu menarik tubuhnya hingga mampu membuatnya bersandar pada dada bidang seorang Park Chanyeol.
"Uljima ... aku masih ingin melihatmu lagi."
"Y-yak! Kau ...." Sehun buru-buru menjauhkan tubuhnya dari dada Chanyeol.
Chanyeol membuka lebar kelopak matanya. Dilihatnya Sehun sembari menyunggingkan senyum lebarnya. "Tentu saja aku masih mencintaimu," ucapnya.
Sehun mendesah. "Jadi ... k-kau mengerjaiku?"
"Aniyo. Aku tidak mengerjaimu. Ini semua idenya Kai."
"Apa? Yak! Kau tahu, betapa khawatirnya aku, eoh?" Sehun terisak lagi seraya memukuli badan Chanyeol. Tak terima dijaili sampai seperti itu.
"Yak, Sehun-ah! Itu bukan ideku! Marahlah pada Kai, jangan marah padaku," tutur Chanyeol, mencoba mengelak pukulan yang dilayangkan oleh Sehun.
Sehun menghentikan pukulannya. "Hiks, kau jahat, Chanyeol-ah ...," ucapnya.
Melihat Sehun yang terisak, Chanyeol pun bergerak untuk memeluk gadis itu. "Mianhae, Sehun-ah. Aku tak bermaksud membuatmu seperti ini."
"Hiks. Aku ... aku ... takut. Aku takut kalau kau tak akan membuka matamu lagi."
"Ne?"
"Aku mencemaskanmu."
"Terima kasih sudah mencemaskanku. Aku baik-baik saja. Sungguh."
"Hiks, t-tapi ... karena diriku kau jadi seperti ini."
"Tidak, Sehun-ah. Aku menjadi seperti ini karena keinginanku sendiri. Aku akan sangat merasa bersalah jika seandainya aku gagal menyelamatkanmu semalam. Kau tahu, kan, kalau aku mencintaimu. Jadi, aku akan melakukan apa pun demi dirimu."
Ceklek
"Astaga!" Kai sedikit terkejut begitu membuka pintu. "Tsk, kenapa aku harus melihat pemandangan seperti ini lagi?"
Sehun pun buru-buru melepaskan pelukan Chanyeol. Lalu, dia menatap Kai datar. "Kau ...."
"Wae?" tanya Kai, lalu berjalan menuju sofa dan membuka kantong plastik yang dibawanya.
"Kenapa kau lakukan ini padaku, eoh?!" amuk Sehun.
"Karena aku lapar."
"Yak, Kim Jongin!"
"Waeyo, Sehun-ah? Oh, ayolah... aku lapar. Maaf jika kedatanganku ini mengganggu acara berpelukan kalian."
"Yak!/Yak!" teriak Sehun dan Chanyeol kompak.
.
.
.
Tbc ....
--------------------------------------------
Loha!
Apa kabar, semua!
Hh, udah lama banget, ya, ngegantungin ff gaje ini. Sudah ada sebulan lebih 😊😊😊✌✌✌
Hehehe, maaf.
Ya udah, terima kasih buat yang udah setia menunggu ff gaje ini update. Terima kasih banyak. Maaf jika chapter ini gaje, nggak sesuai ekspektasi kalian, dan membosankan.
Always kutunggu krisarannya.
Senin, 16 Juli 2018
Penginnya, sih, tiap hari up biar cepat tamat dan bisa melanjutkan story yang lain. Namun, apa daya, nasib berkata lain.
Banyak faktor (terutama M) yang selalu melanda.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top