👉 Chapter 17
Happy Reading
.
.
.
Previous
Jin menyeringai. Dia lalu melangkah mendekati Sehun.
"Seok Jin-ssi!" Sehun perlahan mundur ke belakang saat pemuda di depannya itu semakin melangkah mendekatinya. Perasaan takut kini mulai menyelimuti dirinya. Takut, kalau pemuda itu berbuat macam-macam padanya. "A-apa yang akan kau lakukan?"
"Tidak usah takut, Sehun-ssi. Aku tahu, kalau kau bukanlah gadis baik-baik. Kau gadis yang nakal, Sehun-ssi. Maka dari itu, aku akan membuatmu menjadi semakin nakal lagi."
"Ya?"
Sehun terpaku di tempatnya. Kata-kata yang keluar dari mulut Jin itu membuatnya bergidik. Nakal? Tidak. Dia bukanlah gadis nakal yang seperti dikatakan oleh pemuda itu. "Nakal?" Sehun lalu mendesah. Dia tidak terima disebut nakal. Dia memang pernah menjadi bad girl, tapi itu dulu. Kini, dia sudah tidak seperti itu lagi. "Yak, Seok Jin-ssi."
"Wae?" Jin semakin mempersempit jarak di antara dirinya dan Sehun. Memojokkan gadis itu, agar tidak bisa ke mana-mana. "Wah ... kau ternyata sangat cantik kalau dilihat dari jarak sedekat ini. Tidak rugi aku dibayar untuk melakukan ini."
"Apa?" Sehun tersentak.
"Ternyata menaklukanmu tidak sesulit yang kubayangkan."
"A-apa maksudmu?"
Jin berdecak. "Kau tahu, aku melakukan ini tidak gratis."
"Apa? J-jadi ...."
"Ya, kita akan menghabiskan malam yang indah ini hanya berdua saja. Aku dan kau ...."
"T-tidak. Aku tidak mau." Sehun tidak tahu, bagaimana caranya agar dia bisa pergi dari sini. Dia tidak tahu bela diri. Dia tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Dan, apa tadi Seok Jin bilang? Pemuda itu melakukan hal seperti ini padanya tidak gratis? Jadi ... ada yang membayar pemuda itu agar melakukan ini padanya. Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya. Menampik segala pemikiran negatif yang muncul di kepalanya.
"Kenapa, Sehun-ssi? Apa kau takut?" Jin lalu mengangkat dagu Sehun. "Kau tidak usah takut. Aku tidak akan bermain kasar padamu. Aku akan melakukannya dengan lembut. Percayalah padaku."
Sehun mendesah. Gadis itu kemudian menggeleng. "Tidak. Aku tidak ingin sekali pun bermain denganmu! Lepaskan aku! Biarkan aku pergi dari sini!"
"Tidak bisa, Sehun-ssi. Aku sudah telanjur tertarik denganmu."
Sehun tidak mengerti dengan apa yang ada di dalam kepala pemuda di hadapannya itu. "Berapa won orang itu membayarmu, hah?! Cepat katakan!"
"Kau tidak perlu tahu. Yang jelas, banyak." Jin lalu mencekal kedua tangan Sehun. "Tapi, kalau kau memang ingin tahu, aku bisa memberitahumu."
Sehun mencoba memberontak, namun sulit. Kekuatannya tak sebanding dengan Jin. Sial! Kenapa aku bisa terjebak dengan pria seperti ini? Apa ini balasan dari Tuhan terhadap perbuatanku selama ini?
"Kenapa, Sehun-ah? Apa kau ingin mencoba pergi dari sini?"
Sehun tak menjawab. Yang ada di pikirannya saat ini adalah bagaimana caranya agar dia bisa kabur dari jeratan pria seperti Kim Seok Jin itu.
Sehun POV
Aku sungguh tak habis pikir terhadap orang yang sudah menyuruh pria di hadapanku ini untuk melakukan hal yang bisa kusebut keji ini padaku. Yang harus kulakukan saat ini adalah melawan pria ini dan pergi dari sini. Aku tidak ingin menjadi korban nafsunya. Sekalipun aku adalah gadis yang buruk. Keburukanku hanya sebatas bolos, merokok, pergi ke bar dan mabuk-mabukkan saja. Tidak pernah sampai melakukan suatu hal yang membuat perutmu buncit selama sembilan bulan.
Pria itu semakin memojokkanku, dan membuat pinggangku sakit akibat berhimpitan dengan sisi meja yang kebetulan berada tepat di belakangku. Sial! Entah sudah ke berapa kalinya aku mengumpat.
Aku benar-benar tidak mau membayangkan apa yang akan terjadi padaku setelah ini. Itu terlalu buruk, dan mungkin saja bisa membuatku menyesal telah hidup di dunia ini.
"Kenapa kau tidak langsung membunuhku saja? Kenapa kau harus melakukan ini dulu, hah?!" teriakku tepat di depan wajahnya.
Dia mendesah. "Yak, Oh Sehun. Kau tahu," dia mendekatkan mulutnya ke telingaku, "aku tidak dibayar untuk membunuhmu."
Dan, ucapannya itu pun sontak membuatku membulatkan mata tak percaya. "J-jadi ...."
"Ya. Dan, kau tahu siapa orangnya?" ucapnya penuh penekanan. "Kim Jongin."
Bugh!
Author POV
Sehun langsung jatuh pingsan begitu Jin memukul tengkuknya dengan cukup keras. Jin menyeringai. Pemuda itu kemudian membawa Sehun ke sebuah ruangan yang minim cahaya di vila tersebut.
.....
Sehun meringis begitu tersadar dari pingsannya, dan merasakan sakit di pipi kirinya. Itu adalah sebuah luka yang berasal dari goresan benda tajam. Sepertinya ada yang sengaja melukainya pada saat dia pingsan tadi. Dan, dia sulit untuk bergerak. Sebab, tangan dan kakinya kini terikat oleh tali. Sehun lalu mengumpat saat melihat Jin di depan sana.
"Kau sudah bangun, Sehun-ssi?" ucap Jin sambil menunjukkan ekspresi wajah menyebalkan yang ingin sekali Sehun tinju saat ini juga. Pemuda itu kini tengah duduk santai di atas sebuah kursi tepat di depan Sehun.
Sehun mendengus kesal. "Kau benar-benar bukan manusia, Seok Jin-ssi," ucapnya.
"Ya, kau benar. Aku memang bukan manusia. Aku adalah malaikat yang diperintahkan oleh Kim Jongin untuk melakukan ini padamu."
Deg!
Sehun tertegun. Detik selanjutnya, dia menggigit bibir bawahnya sembari menggeng-gelengkan kepala. "Tidak, tidak mungkin Kai yang menyuruhmu melakukan ini padaku," elaknya.
"Mungkin." Jin lalu bangkit dan berjalan mendekati Sehun. Pemuda itu kemudian berjongkok untuk menyeimbangkan tubuhnya dengan Sehun yang sementara duduk di atas kursi kayu. "Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, Sehun-ssi," ucapnya sambil mengangkat dagu Sehun.
"Oh, sh*t."
"Jangan menilai seseorang hanya dari sampulnya saja. Orang yang baik padamu belum tentu akan baik selamanya. Akan ada saatnya sifat kejinya itu keluar. Ya ... meskipun kau tidak melihatnya secara langsung. Kau tahu, kau tak bisa langsung percaya begitu saja sama seseorang yang sudah bersikap baik padamu." Jin lalu menyeringai. "Sekarang adalah saatnya kita menghabiskan malam bersama."
Mendengar itu, tanpa banyak pikir Sehun langsung saja meludahi permukaan wajah Jin.
"Oh, B*tch!" umpat Jin, lalu mengusap permukaan wajahnya yang diludahi Sehun barusan.
Plak!
Dan, tak lupa untuk menampar pipi gadis cantik itu. "Kau benar-benar jalang."
Sehun mendesah. Wajahnya tampak memerah. Menahan amarah yang siap meledak kapan saja. Mengabaikan rasa sakit di permukaan pipinya yang kian bertambah. Gadis itu menatap Jin tajam. Kini, dia baru menyesal, kenapa dia tidak mendengarkan perkataan Chanyeol tadi siang. Pemuda di hadapannya itu memang benar-benar tidak baik. "Lepaskan aku!" serunya.
"Tidak akan," tolak Jin.
"Kalau kau tidak mau, aku akan berteriak."
Jin tertawa remeh. "Teriak saja. Bahkan, sampai suaramu habis pun, tak akan ada yang peduli padamu."
Sehun mendengus kesal. Dia tidak bisa berakhir seperti ini.
Kai ....
Benarkah pemuda itu yang menyuruh Jin melakukan ini padanya?
Kalau iya, apa tujuan Kai sebenarnya?
Sehun tidak ingin percaya begitu saja pada Jin. Selama ini, Kai selalu baik padanya. Kai adalah satu-satunya orang yang paham dengan keadaannya. Selalu ada di saat suka maupun duka. Sangat tidak mungkin Kai melakukan itu.
Tapi, kata-kata Jin tadi ... tidak sepenuhnya salah.
"Jangan menilai seseorang hanya dari sampulnya saja. Orang yang baik padamu belum tentu akan baik selamanya. Akan ada saatnya sifat kejinya itu keluar. Ya ... meskipun kau tidak melihatnya secara langsung. Kau tahu, kau tak bisa langsung percaya begitu saja sama seseorang yang sudah bersikap baik padamu."
Sehun bingung. Siapa sekarang yang harus dia percayai. Dia tidak ingin percaya terhadap ucapan Jin, sebelum dia bertemu Kai langsung dan bertanya semuanya.
"Hei, B*tch!" seru Jin sarkastis. "Kau bilang tadi ingin berteriak, eoh? Kenapa sampai sekarang kau belum juga melakukannya?"
Sehun terdiam. Dia menundukkan kepalanya. Matanya tampak memerah. Antara marah dan ingin menangis. Sampai kapan dia akan berada di tempat ini? Apakah ada orang yang akan datang untuk menyelamatkannya?
Tuhan ....
Aku mohon, kirimkan seorang malaikat untukku, untuk malam ini saja ....
.....
"Kau yakin ini adalah jalan yang dilalui Sehun?" tanya Chanyeol kepada Kai yang tengah duduk di sampingnya. Dia mengernyit menatap jalanan yang mereka lalui itu tampak sunyi dan gelap.
"Ya. Ini adalah satu-satunya jalan menuju tempat Sehun berada," sahut Kai sambil tetap fokus pada jalanan di depan sana.
"Kenapa aku menjadi semakin yakin kalau Sehun tidak dalam keadaan yang baik-baik saja?" gumam Chanyeol. "Sehun-ah ... kuharap kau tak kenapa-kenapa."
"Kalau Sehun sampai kenapa-kenapa, kau orang pertama yang aku salahkan," ujar Kai.
"Apa? Yak, Kai-ssi! Kenapa aku?"
"Karena kau telat memaksaku pergi menemui Sehun tadi!"
"Hei! Kau tahu, kau sendiri yang membuatnya telat! Aku sudah berkali-kali mengajakmu, tapi kau pakai acara banyak alasan segala."
Kai mengembuskan napas pelan. "Sudahlah. Tak ada gunanya kita berdebat sekarang. Kita harus segera menemukan Sehun secepatnya."
Chanyeol mendengus. "Ya ...."
Tak lama kemudian, keduanya pun tiba di lokasi Sehun berada.
"Bukankah ini vila?" ujar Chanyeol.
"Bukan. Ini kelab malam," sahut Kai. Keduanya lalu berjalan memasuki bangunan di depannya tersebut.
Kai mengernyitkan dahinya begitu memasuki bangunan tersebut dan melihat ada beberapa pemuda yang dikenalnya. Mereka adalah para juniornya di kampus. Pemuda berkulit tan itu pun melangkah menghampiri mereka, diikuti oleh Chanyeol di belakangnya.
"Yak, kalian!" seru Kai.
"Eoh, Kai Seonbae," sahut salah satu pemuda itu.
"Apa kalian melihat gadis yang biasa bersamaku itu?" tanya Kai.
Mereka semua menggeleng.
"Yak!" Kai langsung menarik kerah salah satu pemuda yang paling dekat dengannya. "Kalian ... tidak mau menjawab, eoh?"
"A-aniya, Seonbae. K-kami memang tidak melihatnya."
"Kim Seok Jin. Apa kalian melihat Kim Seok Jin?" Chanyeol yang sedari tadi hanya diam akhirnya bersuara.
"K-Kim Seok Jin? A-aniya, kami tidak melihatnya."
Kai berdecak. Dia lalu menatap pemuda di hadapannya itu tajam. "Kau benar-benar tidak mau mengatakannya, eoh?" Dia semakin kuat menarik kerah baju pemuda tersebut. "Kau ingin aku menghajarmu dulu, baru kau akan mengatakannya?"
"A-aniya, Seonbae. A-aku tadi melihat Kim Seok Jin bersama dengan seorang gadis berjalan ke sana." Pemuda itu menunjuk sebuah koridor.
Kai pun melepaskan tangannya dari kerah pemuda itu. Dia lalu mengajak Chanyeol pergi menuju koridor tersebut.
"Sehun benar-benar ada di tempat ini, kan?" tanya Chanyeol.
Kai mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. "Ya, tepatnya di dalam sana." Pemuda itu menunjuk sebuah pintu di depan sana. Tanpa banyak pikir lagi, dia dan Chanyeol pun segera bergegas menuju pintu tersebut.
Kai mencoba memutar knopnya, namun tidak bisa. Pintu tersebut dikunci. "Sial," gumamnya. Dia lalu menggedor-gedor pintu tersebut. "Sehun-ah! Apa kau ada di dalam?!"
Sehun yang mendengar suara Kai di luar pun langsung menyahut. "Iya! Kai-ya! Tolong a-"
Jin langsung membekap mulut Sehun. "Sial," umpatnya.
Sehun memberontak. Mencoba melepaskan tangan Jin yang membekap mulutnya itu.
"Akh! Sh*t." Jin langsung melepaskan tangannya dari mulut Sehun saat gadis itu menggigit tangannya.
"Kai-ya!" seru Sehun.
Bruk!
Bruk!
Sehun merasa bahwa siapa pun yang ada di luar sana pasti sedang berusaha mendobrak pintu tersebut. "Tolong aku!" teriak Sehun.
"Diamlah!" bentak Jin.
"Diam? Yak, Seok Jin-ssi! Kau tahu, bagaimana mungkin aku bisa diam jika kau mengikatku seperti ini? Tsk, kau tak pernah menggunakan otakmu untuk berpikir."
"Apa?"
Bruk!
Akhirnya, pintu itu pun terbuka.
"Sehun-ah!" seru Chanyeol. Dia langsung berdecih begitu melihat Jin di sana, sedang duduk manis sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kalian datang rupanya," tutur Jin seraya menatap Kai dan Chanyeol dengan tatapan meremehkan.
"Yak!" Chanyeol sudah berniat ingin menghajar Jin, namun Kai langsung menahannya. Sehun ada di sebelah Jin sekarang. Jangan sampai karena emosi dan terlalu terburu-buru ingin menghajar pemuda itu, Sehun jadi tidak baik-baik saja.
"Kau tidak boleh melakukan sesuatu dengan sesuka hatimu, Chanyeol-ssi. Kau tahu, tujuan kita adalah menjemput Sehun. Dan, kita tidak boleh gegabah," kata Kai menasihati.
"T-tapi, apa kau tidak lihat bagaimana keadaan Sehun sekarang, hah? Dia sedang terluka. Dan aku, tidak ingin melihatnya lebih terluka lagi."
"Tsk, kalian terlalu lama berdebat, eoh. Kau tahu, Kai-ssi, aku sudah dari tadi menunggumu. Lihatlah, seperti perintahmu. Aku melakukannya dengan sangat baik, bukan?"
"Apa?" Sehun terkejut. Kai dan Chanyeol pun juga terkejut.
"Kenapa kau begitu terkejut, Kai-ssi? Bukankah ini yang kau inginkan?"
"A-apa maksudmu?!" tanya Kai tak paham.
"J-jadi ... itu benar?" Sehun menatap Kai dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kai-ssi, bisa kau jelaskan padaku maksud dari ini semua?" Chanyeol menuntut penjelasan kepada Kai. Pemuda itu bingung dengan apa yang terjadi di hadapannya tersebut. Apa ini semua hanya sandiwara saja?
"Chanyeol-ssi, kau tahu, kan, tujuan kita datang kemari itu untuk apa? Kau tidak ingin membuang-buang waktu untuk hal yang bahkan aku tidak tahu apa maksudnya itu, kan?"
Chanyeol terdiam sejenak. Detik selanjutnya, pemuda itu langsung menatap Jin tajam. "Kau bisa, kan, membebaskan Sehun? Biar aku yang akan menghabisi pria iblis itu," ucapnya penuh ambisi.
"Kau yakin?" tanya Kai sedikit ragu. Dia tidak tahu kemampuan bela diri Chanyeol itu seperti apa.
"Kau meragukanku?" Chanyeol lalu berdecak. "Kau membuang-buang waktu saja," ucapnya, lalu melangkah maju menghampiri Jin.
Jin pun bangkit dari duduknya. Memandang remeh Chanyeol yang mulai melangkah mendekatinya.
Sehun yang berada di tempatnya pun hanya bisa menatap pemandangan di hadapannya itu dalam diam. Harapannya saat ini yaitu, dia bisa terlepas dari semua masalah yang menjeratnya saat ini, dan berharap tidak ada yang terluka. Cukup, biar dia saja yang terluka. Jangan sampai orang-orang yang disayanginya ikut terluka.
"Kau ...." Chanyeol menatap Jin tajam. Tangannya terkepal kuat. Level kemarahannya kini sudah berada di titik paling atas.
"Ck," Jin berdecak. Pemuda itu malah melipat kedua tangannya di depan dada. Tampak begitu santai, berbanding terbalik dengan Chanyeol. "Kenapa, hah?"
"Membuatku marah," ujar Chanyeol geram. Pemuda tinggi itu pun meninju permukaan pipi Jin. Dan, perkelahian pun tak terelakkan lagi. Adegan saling pukul-memukul kini tersaji di hadapan Sehun.
Sehun menatap perkelahian itu dengan tatapan cemas, sementara Kai sibuk melepaskan ikatan tali yang mengikat kaki serta tangan Sehun. Pemuda berkulit tan itu tak begitu memperhatikan perkelahian tersebut.
"Tsk, ternyata kemampuanmu boleh juga," ujar Jin di sela-sela perkelahiannya. Wajahnya sudah tampak babak belur. Chanyeol pun demikian.
"Hh, tidak usah banyak bicara! Kau itu-"
"Chanyeol-ah! Awas!"
"Akhh ...."
.
.
.
Tbc ....
------------------------------------------------
Assalamualaikum wr wb
Apa kabar semua!
Lama nggak berjumpa!
Hh, entah sudah berapa lama nggak update nih ff... Biasa, faktor M dan banyak kerjaan di real life (alasan) 😁😁😁
Ya udahlah yawww
Silakan vote, komen...
Kritik dan sarannya ditunggu...
Pai pai
22 Mei 2018
Happy Suho Day
Selamat berbuka puasa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top