👉 Chapter 12

~Happy Reading~

.

.

.

Sehun tampak menyandarkan kepalanya di atas meja. Ini sudah hampir memasuki jam pelajaran Olahraga. Tidak biasanya gadis itu berada di kelas, dan tidak pergi membolos. Iris matanya sedari tadi terus menatap Chanyeol, ah lebih tepatnya dua buah gantungan ponsel yang berbentuk dadu yang sedang dipegang oleh Chanyeol.

"Kau tidak ikut olahraga?" tanya Chanyeol di sela-sela aktivitasnya memainkan gantungan ponsel tersebut.

"Tidak," jawab Sehun singkat. Teman-temannya yang lain sudah pada berganti pakaian olahraga, sedangkan dirinya belum sama sekali. Karena memang, gadis itu tidak berencana untuk ikut kegiatan tersebut.

"Kenapa?" tanya Chanyeol lagi.

"Apa kau mau melihatku pingsan lagi seperti waktu itu?" jawab Sehun.

Chanyeol sontak menatap Sehun intens. "Apa kau sakit?" tanyanya kemudian.

Sehun yang mendengarnya mendesah. "Bukankah kau orang yang diperintahkan appa-ku untuk mengawasiku? Harusnya kau juga tahu keadaanku."

"Y-ya? Apa yang kau bilang? Aku bukan orang itu," elak Chanyeol.

"Benarkah? Lalu, untuk apa kau datang ke rumahku semalam, hah?" hardik Sehun.

"Itu karena aku ingin bertemu denganmu."

Sehun berdecih. "Kau tidak bisa membohongiku, Tuan Park. Kau tahu, Tao yang memberitahuku kalau appa menyuruhmu datang ke rumah."

"Mwo? Tao?" Chanyeol kemudian melihat ke arah bangku Tao yang tidak ada penghuninya. Gadis itu sepertinya masih berada di luar.

"Ya."

"Tsk, kau terlalu mengada-ngada. Kau tidak bisa memercayai omongannya orang dengan semudah itu."

"Ah ... begitu, ya."

"Iya!"

Sehun mendesah. Dia lalu memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Ini, buatmu." Chanyeol menggerak-gerakkan satu dari dua gantungan ponsel itu tepat di hadapan wajah Sehun.

Sehun menegakkan kepalanya, dan menatap Chanyeol datar. "Shireo," tolaknya.

"Apa? Kau tidak mau?"

"Ne!" teriak Sehun, di mana mampu membuat seluruh pasang mata yang ada di kelas itu langsung melihat ke arahnya. Sehun tidak memedulikannya.

"Ng ... Sehun-ssi." Seorang gadis bermata bulat dan bertubuh tidak terlalu tinggi dengan ragu memanggil Sehun.

Sehun pun menoleh. "Ya?" sahutnya.

"Ng ... apa ... aku boleh meminjam buku paket bahasa Korea milikmu? T-tugasku yang diberikan Kim Seonsaengnim belum kukerjakan, dan aku tidak memiliki bukunya. Ng ... kurasa kau memilikinya," ucap gadis bermata bulat yang ber-name tag "Do Kyungsoo" itu.

"Ah, sebentar." Sehun lalu mencari buku paket Bahasa Korea di dalam tasnya. Hari ini, gadis itu sangat tidak seperti biasanya. Hari ini dia membawa tas yang tidak kosong. Buku yang dipelajari hari ini, dia bawa semua. Itu semua berkat ibu tirinya. Beliaulah yang mempersiapkan segala kebutuhan sekolah Sehun tadi. Jika tidak, mungkin Sehun hanya akan membawa tas yang isinya angin saja, minimal berisi satu buah buku. "Nih," ucap Sehun sambil memberikan buku paket tersebut kepada gadis yang sering disapa Kyungsoo tersebut.

"Terima kasih," ucap Kyungsoo sambil tersenyum canggung. Dia hampir tidak pernah yang namanya berinteraksi dengan Sehun. Teman-teman di kelasnya pun demikian. Menurut mereka, Sehun terlalu dingin dan selalu menunjukkan ekspresi datar. Mereka jadi merasa takut dan canggung untuk dekat dengan gadis itu.

"Ya," sahut Sehun.

"Ng ... apa tugasmu sudah? Kalau belum, aku bisa mengerjakannya untukmu," Kyungsoo menawari Sehun.

Sehun berdecih. "Aku tidak tertarik dengan pelajaran itu. Lagian, aku jarang masuk saat pelajaran itu. Terima kasih tawarannya. Tapi maaf, aku tidak tertarik. Kalau aku mau, aku bisa mengerjakannya sendiri," tolak Sehun.

"Ah, begitu. Ya sudah, a-aku mau mengerjakannya dulu. N-nanti aku kembalikan kalau aku sudah selesai."

"Ne."

Kyungsoo pun kembali ke bangkunya sambil mengembuskan napas lega. Dia kira, Sehun akan mengabaikannya, tapi ternyata tidak.

"Jadi, karena kau tidak tertarik dengan pelajaran Bahasa Korea, sehingga kau tidak pernah kelihatan ada di dalam kelas pada saat pelajaran itu sedang berlangsung. Tsk, itu berarti kau tidak cinta sama negaramu sendiri," oceh Chanyeol.

Sehun menatap jengah Chanyeol. "Terus, apa masalahnya?" tanyanya.

"Ya ... kenapa kau tidak pindah saja dari Korea, dan menetap keluar negeri sana?"

"Kau tahu, berbicara lama-lama denganmu bisa membuatku ingin meninju wajahmu yang katanya tampan itu."

"Benarkah?" Chanyeol lalu mendekatkan pipinya ke wajah Sehun. "Tinjulah. Aku tak masalah. Tinju saja sepuasmu. Aku tidak akan marah, kok."

Sehun menggeram kesal. Dia lalu mengepalkan tangan kanannya dan mengangkatnya untuk meninju Chanyeol. "Yak, kau-"

"Selamat pagi, semua!"

Namun, Sehun langsung mengurungkan niatnya tersebut saat suara seorang pria dewasa memasuki gendang telinganya. Itu Suho, guru Olahraga yang akan mengajar Olahraga di kelas Sehun hari ini.

"Selamat pagi, Saem!" sahut murid-murid.

"Sudah siap memulai pelajaran Olahraga pagi ini?" tanya Suho.

"Sudah, Saem!" Semua murid berseru, kecuali Sehun. Gadis itu malah menidurkan kepalanya kembali ke atas meja.

"Bagus. Tapi, di mana yang lain? Kenapa banyak bangku yang masih kosong?" tanya Suho.

"Masih di ruang ganti, Saem! Biasa, perempuan, Saem. Kalau ganti pakaian bisa sampai se-abad," sahut seorang murid laki-laki yang bernama Moon Taeil.

Suho mengangguk-angguk paham. Keningnya lalu mengernyit saat melihat Sehun yang belum berganti pakaian. "Kau, Nona Oh Sehun!" panggilnya.

Sehun pun menegakkan badannya saat mendengar namanya disebut.

"Kenapa kau tidak berganti pakaian?" tanya Suho.

"Saya tidak ikut olahraga, Saem," jawab Sehun santai. "Pakaian olahragaku ketinggalan di rumah," lanjutnya.

Chanyeol yang duduk di samping Sehun pun langsung melebarkan kedua matanya. Apa dia tidak salah dengar? Pakaian olahraganya ketinggalan di rumah? Bukannya Sehun tadi bilang padanya kalau gadis itu tidak ikut olahraga karena khawatir akan pingsan lagi? Mana sekarang yang benar?

Suho hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia banyak mendengar kabar tentang Sehun dari rekan-rekannya sesama guru di sekolah ini. Gadis yang bengal. Dan, Suho tidak memercayai alibi Sehun tersebut. Tidak mungkin gadis itu tidak membawa pakaian olahraga. Karena setahunya, barang seperti itu selalu ditaruh di loker milik masing-masing siswa. "Ya sudah kalau begitu. Kau, Oh Sehun. Kau boleh tidak mengikuti pelajaran olahraga kali ini. Tetapi, kau harus tetap melihat teman-temanmu yang mengikuti pelajaran di lapangan sebentar lagi. Mengerti?"

"Ne." Dengan sangat terpaksa, Sehun mengiyakan ucapan Suho tersebut. Ini akan menjadi hari yang membosankan baginya. Duduk di bangku yang ada di pinggir lapangan sembari memelototi teman-temannya yang sedang berolahraga.

"Baiklah, semuanya! Ayo kita ke lapangan voli. Hari ini kita akan olahraga voli."

Semua orang yang ada di kelas itu pun mulai berjalan keluar menuju lapangan voli outdoor. Tak terkecuali Sehun. Gadis itu berjalan keluar sambil menunjukkan wajah malasnya, dengan Chanyeol yang masih setia berada di sebelahnya.

.....

Sehun menatap datar teman-temannya yang sedang bermain voli di tengah lapangan itu. Dia tidak berminat sama sekali. Tidak seperti Chanyeol yang sepertinya sangat bersemangat hari ini. Pemuda itu tampak sesekali melambai-lambaikan tangannya ke arah Sehun.

"Sehun-ah!" seru Chanyeol.

Sehun yang melihat Chanyeol seperti itu pun mendesah. Pemuda itu menurutnya sangat aneh. Kadang bisa terlihat serius, dan kadang bisa terlihat konyol. Tapi, bukankah hidup harusnya seperti itu? Tidak seperti dirinya yang terus-terusan dingin dan datar tanpa adanya senyuman.

Tak jauh dari tempat Sehun berada, ada seorang gadis yang menatap Sehun dengan wajah kesalnya. Itu Tao. Dia sedang berdiri di pinggir lapangan bersama beberapa temannya, menunggu giliran namanya disebut untuk melakukan praktek memukul bola voli. "Tsk, dia benar-benar membuatku kesal," gumamnya.

"Huang Zitao!"

Akhirnya, nama Tao pun disebut. Gadis itu kemudian berjalan menuju ke tengah lapangan, dan mengikuti instruksi yang diucapkan oleh Suho padanya. Gadis itu harus melakukan smash dan bola harus bisa melewati net di depan sana agar lulus pada praktek ini.

Tao lalu mengambil bola voli yang ada di dekatnya. Gadis itu kemudian berdecih. Kini, semua orang terdekatnya tidak seperti dulu. Ibu tirinya, serta ayahnya, kini lebih menyayangi Sehun daripada dirinya. Dia semakin membenci saudara tirinya itu. Apalagi, ditambah dengan Chanyeol, pemuda yang disukainya, menyukai Sehun. Bertambahlah tingkat kebenciannya tersebut.

Tao menatap bola voli yang dipegangnya itu kesal. Lalu, dia beralih menatap ke arah Sehun. Detik selanjutnya, gadis itu menyeringai.

"Jangan membuang-buang waktumu, Tao-ssi."

Teguran dari Suho itu membuat Tao dengan segera memukul, ah lebih tepatnya menendang bola voli tersebut. Namun, bukan ke arah net, melainkan ke arah Sehun. Menurut perhitungannya tadi, jika dia menendang bola dengan kekuatan penuh, maka bola itu akan mengenai Sehun. Dan, hal itu dia lakukan.

Sehun yang melihat bahwa ada bola yang sedang menuju ke arahnya pun langsung membulatkan kedua mata sipitnya. Tubuhnya tiba-tiba saja terasa kaku. Berat rasanya untuk menghindar. Seperti ada efek slow motion. Bola voli itu semakin mendekat ke arahnya. Dan ....

Duagh!

Sehun menutup kedua matanya. Bola voli itu sudah mendarat. Namun, Sehun sama sekali tidak merasakan bola itu menyentuh tubuhnya. Dengan perlahan, gadis itu membuka matanya. Dan, kedua mata sipit itu langsung membulat saat dilihatnya seorang pemuda tengah tergeletak di depannya. Itu Chanyeol. Merintih kesakitan sembari memegangi hidungnya.

"Chanyeol-ssi!" seru Sehun, lalu segera berlari menghampiri Chanyeol.

Seluruh pasang mata yang ada di sana terkejut. Terutama Tao. Dia salah sasaran. Kenapa malah Chanyeol yang terkena tendangan bolanya? Kenapa bukan Sehun? Ya, itu karena Chanyeol menyelamatkan Sehun. Pemuda itu rela tubuhnya merasakan sakit agar gadis yang disayanginya tidak terluka. Tao lalu mendesah. Gagal sudah rencananya.

"Tao-ssi, kenapa kau malah menendang bolanya, hah?" tegur Suho. "Kau tahu, perbuatanmu itu sudah melukai orang lain. Maka dari itu, saya akan memberikan hukuman padamu." Ia lalu melangkah menghampiri Chanyeol yang sudah dikerubungi oleh beberapa siswa di sana.

Tao mengumpat dalam hati. Gadis itu semakin membenci Sehun. Gara-gara Sehun, dia jadi dihukum. Dan, pemuda yang disukainya jadi terluka.

"Chanyeol-ssi! Kau tak apa-apa?" Sehun tampak sangat khawatir terhadap pemuda di depannya itu. "Astaga! Hidungmu berdarah. Ayo, kau harus segera diobati."

"Akh, Sehun-ah ... ini sangat sakit," rintih Chanyeol sambil memegangi hidungnya yang mengeluarkan darah.

Sehun menjadi semakin khawatir dibuatnya. Dia lalu beralih menatap teman-temannya. "Kalian, bisa bantu aku membawanya ke UKS?" pintanya.

"Biar saya saja." Suho yang baru muncul pun pun unjuk suara. Biarpun banyak siswa di sekitarnya, dia harus ikut andil dalam masalah ini. Ia gurunya, dan ini adalah jam mengajarnya. Jadi, ia harus menunjukkan attitude-nya sebagai seorang guru. Suho pun membopong tubuh Chanyeol dibantu dengan Sehun. "Kalian tunggu di sini saja. Saya akan kembali setelah mengurus hal ini," ucapnya.

Mereka pun membawa Chanyeol menuju UKS.

Begitu sampai di UKS, Suho berdecak kesal karena tidak ada siapa pun di sana, termasuk seorang penjaga UKS yang sekiranya bisa mengobati luka yang dialami Chanyeol. Lalu, pria itu berjalan mondar-mandir di sana.

"Ng ... Suho Seonsaengnim," panggil Sehun saat melihat Suho hanya mondar-mandir saja tanpa bergerak untuk mengobati Chanyeol.

Suho menoleh. "Ya?"

Sehun lalu berjalan menuju kotak P3K yang terletak di dalam lemari tempat obat-obatan berada. "Anda kembali saja ke lapangan. Park Chanyeol, biar saya saja yang mengobatinya," ujarnya.

"Ah, baiklah. Kau bisa, kan, mengobati Chanyeol sendiri?"

"Ne."

Suho pun melangkah pergi dari sana. Sehun yang melihatnya mendengus. Mungkin lebih baik jika dia sendiri yang mengobati Chanyeol. Adanya Suho tadi, bisa saja hanya mengganggu gerak-geriknya. Pria itu hanya sibuk mondar-mandir.

"Sebaiknya kau bersihkan dulu darah yang keluar di hidungmu itu," ucap Sehun kepada Chanyeol.

"Tapi ini sangat sakit, Sehun-ah," rengek Chanyeol.

Sehun yang mendengarnya pun mendesah. "Ya, aku tahu kalau itu sakit. Tapi, bagaimana caraku mengobatinya kalau darahnya saja masih ada di sana?"

"Bisakah kau membantuku membersihkannya?" pinta Chanyeol.

"Apa kau tidak bisa membersihkannya sendiri? Kenapa juga aku harus membantumu?"

"Ayolah ... Sehun-ah ...."

Sehun memutar bola matanya malas. "Baiklah, aku akan membantumu." Jika bukan karena Chanyeol adalah orang yang menyelamatkannya dari hantaman bola, Sehun jelas tidak mau melakukannya. Anggap saja kali ini adalah sebuah bentuk balas budinya kepada pemuda itu. Dia lalu menuntun Chanyeol menuju washtafel yang sengaja dibangun di dalam UKS tersebut.

Chanyeol mulai membersihkan darah yang ada di hidungnya, sementara Sehun hanya melihat pemuda itu dengan dahi berkerut.

"Terus, apa yang harus kulakukan?" tanya Sehun.

"Kau di situ saja, temani aku," jawab Chanyeol.

"Mwo? Yak, Park Chanyeol-ssi."

"Diamlah. Ini masih sangat sakit."

Sehun pun terdiam. Dia jadi merasa bersalah karenanya. Dan, gadis itu kemudian mendengus. Ini semua salah Tao. Gadis itulah tadi yang menendang bola ke arahnya. Sudah pasti gadis itu sengaja. Di mana-mana itu bola voli dipukul, bukan malah ditendang. Sehun berharap, Suho nanti memberikan Tao hukuman yang sesuai dengan perbuatannya.

"Apa hidungku memerah?" tanya Chanyeol kepada Sehun begitu selesai dengan kegiatannya.

Sehun mengangguk mengiyakan.

"Ini sakit, Sehun-ah," rengek Chanyeol. "Kau harus mengobatinya."

Sehun menghela napas pendek. "Ne, aku akan mengobatinya."

Chanyeol tersenyum kecil. Dia lalu menarik tangan Sehun dan mengajaknya kembali ke tempatnya tadi.

Kini, Chanyeol duduk bersila di atas ranjang dengan Sehun berada di depannya. Pemuda itu mendekatkan wajahnya ke arah Sehun. "Ini yang sakit, Sehun-ah," ucap Chanyeol sambil menunjuk hidungnya yang memerah.

"Ne." Dengan setengah hati, Sehun mengoleskan salep ke permukaan hidung Chanyeol yang bangir tersebut.

"Akh, pelan-pelan," rintih Chanyeol.

"Iya, iya."

Chanyeol tersenyum tipis. Pemuda tinggi itu menatap wajah Sehun tanpa berkedip. Yeppeuda, batinnya.

"Ekhem ...." Sehun yang melihat Chanyeol terus-terusan menatapnya pun berdeham. "Chanyeol-ssi," panggilnya kemudian.

"Ah, ne."

"Kenapa kau menghadang bola itu?" tanya Sehun.

"Itu karena aku tidak ingin kau terluka," jawab Chanyeol. "Aku menyukaimu."

Sehun menghentikan kegiatannya. Lalu, dia menatap Chanyeol penuh selidik. "Benarkah?" tanyanya. "Bukan karena disuruh oleh appa-ku, kan?"

Chanyeol terkesiap. "Apa maksudmu? Jelas saja bukan, Sehun-ah ... aku melindungimu karena aku tulus menyukaimu. Ah, ani. Aku mencintaimu."

Blush~

Deg

Deg

Deg

Pipi Sehun merona. "A-ah, seperti itu." Gadis itu menjadi salah tingkah. Sial! Kenapa aku jadi seperti ini? Dia membatin.

Chanyeol tersenyum, lalu berkata, "Iya, Sehun-ah ...."

Sehun lalu menaruh salep yang dia gunakan untuk mengobati Chanyeol asal. "Yak, Chanyeol-ssi. Berhentilah memanggilku 'Sehun-ah, Sehun-ah'. Kau tahu, itu tidak sopan," cerocosnya. Dia lalu melenggang pergi dari sana.

Chanyeol menatap Sehun dengan mulut yang sedikit terbuka. Pemuda itu agak terkejut terhadap perubahan sikap Sehun itu. Buru-buru dia langsung meneriaki gadis itu. "Yak, Sehun-ssi! Akhh ... ini masih sakit! Kau harus mengobatiku!"

Sehun tak menghiraukannya. Gadis itu terus melangkah sembari menggerutu tak jelas. Lalu, dia memegangi kedua pipinya. "Hh ... apa wajahku memerah?" ucapnya pelan.

.

.

.

Tbc ....

----------------------------------------------

Yoohoooo!
Bojonya Sehun is back!
Hehehe
Ada yang kangen? #kagak
Kembali lagi dengan ff gaje –yang alhamdulillah masih ada yang suka– ini.

Chapter ini sepertinya full momen ChanHun, ya.

Saya senang melihat respons dari para pembaca –ya walaupun tidak banyak–
Ternyata ada yang suka sama ff gaje ini
😊😊😊😁😁😁

Sekali lagi, terima kasih atas komentar dan vote yang para readers beri. Saranghaeyo!
Sampai jumpa di chapter selanjutnya (yang entah kapan update-nya)

🙏🙏🙏

👋👋👋
😘😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top