Bad Boy - 34
Keysha merapikan kunciran rambutnya yang melonggar, ia menatap pintu dihadapannya dengan sedikit ragu. Tangan Keysha lantas bergerak menyentuh bel pintu tersebut dengan perasaan was-was.
Tingtong
Sama sekali tak ada jawaban. Tapi, Keysha tak ingin menyerah begitu saja. Sekali lagi Keysha mencoba membunyikan bel pintu tersebut.
Namun, belum sempat Keysha memencetnya lagi, pintu terbuka lebar. Menampilkan seorang wanita paruh baya dengan memakai baju daster panjang serta sapu tangan ditangan kanannya. Wanita itu menatap Keysha dengan tatapan bingung, begitu juga dengan Keysha.
"Ada yang bisa dibantu, non?" tanya wanita paruh baya itu dengan sopan.
Keysha tersenyum kaku.
"Kak Navisha ada di rumah?" tanya Keysha hati-hati.
"Maaf non, semalam Non Navisha memang sudah pulang, Tapi sekeluarga pergi lagi ke Surabaya."
Keysha menganggukkan kepalanya,
"Kalau boleh tau, ada apa ya mereka ke Surabaya?"
"Semalam kakeknya Non Navisha tiba-tiba masuk rumah sakit lagi. Jadi sekeluarga pergi buat nengokin beliau."
"Oh iya, Terima kasih banyak. Kalau gitu saya pamit dulu." pamit Keysha ramah.
Wanita paruh baya itu menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.
Dengan berat hati Keysha beranjak dari sana. Langkahnya melambat dengan perasaan yang hampa. Ia tidak tau lagi harus menemui siapa untuk menanyakan keberadaan dan juga kabar Nathan.
Yah... Ini sudah satu minggu seorang Nathan tidak memberikan kabar kepada Keysha, seperti menghilang tiba-tiba ditelan bumi. Keysha sendiri tidak tau kenapa Nathan melakukan itu. Seharusnya dari awal Nathan memberi tau Keysha, agar gadis itu tau keberadaan Nathan. Yah, setidaknya Keysha harus tau dimana Nathan.
Tiga hari yang lalu juga, Gilang mengantarkannya ke rumah Navisha dan hasilnya sama saja. Tidak ada siapapun dirumah itu, hanya penjaga rumah yang mengatakan bahwa semua penghuni disana pergi ke German. Dan kini? Keluarga Navisha pergi ke Surabaya.
Selama satu minggu ini, Keysha merasa bimbang, perasaannya terombang-ambing tanpa arah. Ia hanya mengkhawatirkan keadaan Nathan, bagaimana kabar pria itu? Apakah ia baik-baik saja?
Tidak hanya itu, Keysha juga takut jika Nathan pergi untuk meninggalkannya dan tanpa alasan yang jelas.
--- Bad Boy ---
"Gimana?"
Keysha tersenyum mendengar pertanyaan itu, ia tak sadar bahwa dirinya sudah berada di luar pagar rumah Navisha. Keysha menatap orang yang memanggilnya, Chandra. Sang Kakak.
Selama seminggu ini, Chandra ikut membantu adiknya untuk mencari Nathan. Ia merasa kasihan melihat Keysha yang selalu termenung atau berdiam diri di kamar. Memikirkan keberadaan dan kabar Nathan.
K
eysha menatap Chandra dengan mata berkaca-kaca.
"Masih belum ada."
Chandra tersenyum tipis. Tangan pria itu terulur mengusap rambut hitam milik Keysha secara perlahan.
Keysha menghela napasnya berat, tidak tahu lagi harus berbuat apa. Tak ada sumber atau orang yang ia harapkan untuk membantunya.
Keysha menatap Chandra lagi.
"Nathan pasti baik-baik aja kan, Kak?" tanya Keysha pelan.
"Dia pasti baik-baik aja, Key." jawab Chandra menenangkan adiknya.
"Lalu kenapa dia nggak ada kabar? Kayak ngilang?"
Untuk pertanyaan ini, Chandra hanya diam tak bisa menjawab. Karena memang ia tak mengetahui jawabannya.
"Gu..gue kangen sama Nathan." ucap Keysha, kepalanya tertunduk.
Chandra menepuk-nepuk bahu Keysha. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Dalam hati, ia mengumpati Nathan. Nathan sudah diberi kepercayaan oleh Chandra tentang Keysha. Namun lihat apa yang sekarang Nathan lakukan malah membuat Adiknya sedih.
"Dia pasti akan segera ngabarin lo. Gue yakin dia bukan orang jahat, gue yakin dia baik."
Keysha menganggukkan kepalanya, setidaknya ia sedikit lega mendengar ucapan Chandra barusan.
"Ayo kita pulang," ajak Chandra.
Keysha mengangkat kepalanya.
"Gue lapar, Kak." ucap Keysha memegangi perutnya.
Chandra tertawa pelan melihat ekspresi Keysha yang terlihat begitu menggemaskan.
"Mau makan apa?" tanya Chandra.
Keysha berdeham nampak berpikir.
"Gue lagi mau cheeseburger. Gimana?"
"Bolehlah."
"Tapi lo yang bayarin kan?"
"Iya-iya gue yang bayarin." sahut Chandra tentunya dengan sangat terpaksa.
"Seriusan gak nih?"
"Hm,"
"Ah nggak ikhlas lo mah,"
"Iya iya, ikhlas lahir batin abang untuk adek."
Keysha tertawa melihat ekspresi wajah kakaknya itu yang menurutnya sangat lucu.
"ASIIKK!" teriak Keysha kegirangan.
Keysha pun bergegeas masuk ke dalam mobil tanpa menunggu Chandra. Sedangkan Chandra menatap punggung Keysha dengan tatapan yang penuh arti, dengan senyum tipis yang tercetak di bibir pria itu.
--- Bad Boy ---
Chandra dan Keysha baru saja sampai di rumahnya beberapa menit yang lalu.
Kini, keduanya hendak memasuki rumah yang bernuansa putih itu.
Keysha membawa dua kantung plastik yang berisikan beberapa makanan yang sempat ia beli di mini market tadi.
Tingtong.
Keysha dan Chandra bersamaan menoleh ke arah pintu gerbang yang tertutup.
"Siapa Kak?" tanya Keysha.
Chandra menggidikkan bahunya tidak tahu, lalu ia mengambil dua kantung plastik yang ada ditangan Keysha dan langsung beranjak masuk ke dalam rumah.
"Lo bukain pintu gerbangnya, gue masuk duluan." kata Chandra sebelum pergi.
Keysha menganggukkan kepalanya lalu gadis itu berjalan ke arah pintu gerbang dan ingin melihat siapa yang datang ke rumahnya itu.
Tingtong.
"Iya sebentar." kata Keysha setengah berteriak.
Gadis itu membuka pintu gerbang hingga menampilkan sosok pria yang cukup ia kenali. Bahkan sangat dikenali oleh Keysha. Pria yang berarti bagi Keysha, namun itu dulu.
Yah, Johan. Pria itu datang ke rumah Keysha.
"Hai, Jo." sapa Keysha.
"Hai," sahut Johan seraya tersenyum.
"Ada apa?"
"Nih buat lo."
Johan mengulurkan tangannya yang berisikan macaroon kesukaan Keysha.
Ah, ternyata Johan masih ingat apa yang disukai Keysha. Padahal, sewaktu pacaran dulu, Johan tidak pernah menanyakan apa yang disukai Keysha. Bahkan peduli saja tidak.
Keysha mengambil kantung plastik berisi macaroon itu. Lalu tersenyum ke arah Johan.
"Makasih, Jo."
Johan menganggukkan kepalanya seraya tersenyum senang.
"Mau masuk?" tawar Keysha.
"Nggak usah gue buru-buru. Gue cuman mau kasih itu."
Keysha mengernyitkan dahinya, apa maksud dari pria ini? Johan menemui Keysha hanya untuk memberinya macaroon.
"Lo ke sini cuman buat ngasih ini?" tanya Keysha dan mendapati anggukan dari pria dihadapannya.
"Iya."
"Ya ampun, Jo."
Johan ikut terkekeh melihat ekspresi Keysha. Hatinya sedikit melegah bisa melihat Keysha tertawa seperti ini lagi.
Jujur, sejak kemarin setiap bertemu Keysha, ntah di sekolah atau dimana pun. Keysha selalu terlihat sedih dan murung. Dimatanya sangat menyiratkan bahwa gadis itu tengah sedih.
"Gue kasih ini biar lo gak sedih lagi. Gue tau lo suka banget Sama macaroon." kata Johan.
"Hehe, makasih loh, Jo."
"Iya,"
Keysha menampilkan deretan gigi putihnya. Gadis itu tersenyum lebar. Setidaknya, ia masih ingat caranya untuk tersenyum. Ia hanya tidak ingin terlalu sedih karena masalah ini. Walaupun jujur, hati Keysha masih merasa sedih karena Nathan yang tidak ada kabar.
"Yaudah gue pamit, ya." ujar Johan hendak berpamitan.
"Iya, hati-hati, Jo. Salam buat pacar lo!" kata Keysha sedikit terkekeh.
Sudut bibir Johan terangkat. Lalu pria itu menganggukkan kepalanya.
"Gak usah sedih lagi, Key."
Keysha menganggukkan kepalanya bak anak kecil yang menuruti perintah orang tuanya.
Dan hal itu, membuat tangan Johan terulur untuk mengacak-acak puncak rambut hitam milik Keysha. Gadis itu benar-benar menggemaskan sekarang ini.
"Gue pulang, bye!"
"Bye, Jo."
--- Bad Boy ---
Langit malam hari terlihat begitu sepi tanpa satu pun bintang terlihat disana. Seolah sangat mendukubg perasaan hati Keysha yang saat ini benar-benar sepi dan gelap.
Berkali-kali Keysha menghela napas beratnya. Hari ini cukup melelahkan baginya. Dari siang ia terus mencari keberadaan Nathan. Namun sore harinya, rasa lelahnya cukup terobati karena Johan yang datang memberikan macaroon.
Keysha memandang langit malam dengan tatapan kosongnya. Matanya yang teduh kini terlihat pedih. Mata indahnya yang siapapun menatap mata itu kini terlihat rapuh.
Jujur saja, Keysha merasa ini bukan seperti dirinya yang seperti biasa. Ia merasa sangat lemah kali ini.
Keysha menatap ponselnya yang tak menyala. Sedari tadi, bahkan semenjak kemarin ia selalu menggenggam ponselnya. Berharap bahwa Nathan tiba-tiba memberi pesan dan memberi kabar.
"Apa segitu susahnya ngetik beberapa kata buat ngasih kabar?" gumam Keysha yang ntah ia tujukan untuk siapa.
"Kenapa sebelum pergi dia gak ngasih kabar?"
"Bahkan teman-temannya saja nggak tau dia kemana."
"Kenapa harus pergi tiba-tiba sampai membuat luka secara tiba-tiba."
Keysha menahan napasnya sejenak. Gadis itu merasa matanya sedikit memanas. Penglihatannya sedikit buram karena air mata yang mulai mengumpul di pelupuk mata Keysha.
Hingga detik selanjutnya, tanpa seizin Keysha, air mata itu turun kembentuk aliran kecil di pipi Keysha.
Dengan sigap, tangan Keysha menghapus air matanya. Ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan siapapun. Bahkan walaupun kini ia sendiri, ia tidak ingin terlihat lemah.
Derap langkah kaki seseorang terdengar mendekat ke arah Keysha. Membuat pemilik kamar itu menoleh, dan mendapati Mamanya tengah membawa segelas susu putih untuk Keysha.
"Habiskan loh, ya." ucap Viona setelah menaruh gelas itu ke meja.
Keysha menganggukkan kepalanya.
"Makasih, ma."
Viona mengusap rambut anaknya secara perlahan seraya tersenyum tipis.
"Kamu abis nangis?" tebak Viona.
"Nggak, ma." bohong Keysha.
"Kamu tau kan bohong itu gak baik, apalagi bohong sama orang tua."
Keysha menghela napasnya pelan, lalu menganggukkan kepalanya.
"Kenapa? Masih karena Nathan?"
"Iya," jujur Keysha.
"Kamu jangan sedih lagi dong, Key." ucap Viona berusaha membuat anaknya tersenyum.
"Aku udah berusaha buat lupain masalah ini sejenak, tapi susah."
"Yang terpenting kamu masih ingat caranya tersenyum."
Keysha mengangkat kedua sudut bibirnya menciptakan sebuah senyuman hangat yang tulus.
"Iya, ma."
Viona tersenyum senang, tangannya terulur mengusap rambut hitam milik Keysha secara perlahan.
"Tapi aku jadi ragu kalau Nathan itu sayang sama aku. Secara dia tiba-tiba pergi."
Viona masih mempertahankan senyumnya.
"Kalau dia sayang sama kamu, dia akan kembali. Kalau dia gak sayang sama kamu, dia akan pergi dan gak akan kembali."
Keysha menganggukkan kepalanya paham.
"Makasih, ma."
Secara tiba-tiba, Keysha menarik Mamanya kedalam dekapan gadis itu.
Keysha sangat beruntung memiliki Mama seperti Viona. Perempuan itu sangat perhatian kepada Keysha dan sangat menyayangi Keysha. Bahkan, Viona jarang sekali memarahi Keysha ketika gadis itu melakukan kesalahan. Namun, jika sudah fatal, Viona akan menegur Keysha.
Viona melepaskan pelukannya dari dekapan anak perempuannya itu.
"Yaudah, Mama ke kamar dulu. Kamu langsung tidur ya, besok harus sekolah loh." ucap Viona memperingati.
"Iya, ma. Setelah ini aku langsung tidur." balas Keysha membuat Viona menganggukkan kepalanya dan segera beranjak pergi dari kamar anaknya setelah meninggalkan satu kecupan di kening Keysha.
Setelah beberapa menit yang lalu Viona keluar dari kamar Keysha, gadis itu kembali menghela napasnya berat dan memandang ke arah gelapnya langit malam.
"Jadi gini ya rasanya merindukan seseorang tanpa bisa melakukan apa-apa?"
--- Bad Boy ---
Keysha dan Dira baru saja keluar dari kamar mandi siswi. Mereka langsung berjalan kembali menuju kelasnya karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
Kedua gadis itu melihat para siswi yang berlalu-lalang pergi ke arah parkiran siswa. Melihat hal itu, Keysha dan Dira kompak melirik ke arah parkiran siswa yang letaknya sedikit jauh dari tempat mereka berdiri.
Benar saja, segerombolan siswi tengah berdesak-desakan untuk melihat apa yang terjadi di parkiran sana.
"Dir, itu ada apa sih? Kok rame banget?" tanya Keysha pada teman disampingnya itu.
Dira menggidikkan bahunya tidak tahu.
"Gue aja nggak tau," sahut Dira, "Mau lihat ke sana gak?"
Keysha berpikir sejenak atas tawaran Dira. Sebenarnya ia sangat malas melihat apa yang sedang terjadi karena pastinya akan berdesak-desakan. Namun, akhirnya gadis itu menganggukkan kepalanya.
Berdasarkan perasaan 'kepo' yang ada di dalam diri manusia, Keysha dan Dira pun ikut melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi di area parkiran siswa.
Keysha dan Dira yang sama-sama memiliki tubuh mungil pun langsung masuk ke dalam segerombolan itu dan ingin melihat secara jelas dengan berada di posisi paling depan.
Baik Keysha maupun Dira sama-sama langsung terdiam dengan apa yang mereka lihat kini. Tak ada yang bergerak diantara keduanya. Keysha dan Dira sama-sama terkejut dengan apa yang kini mereka lihat dihadapannya secara jelas.
"Nat..Nathan..."
--- Bad Boy ---
-to be continued
Edited :
Part selanjutnya - part akhir sudah di hapus. Mohon maaf atas ketidak nyamanannya:)
• Cerita ini udah tamat beberapa bulan yang lalu. Mulai sekarang, kelanjutannya ada di novel ya teman-teman 😄.
• Untuk informasi selanjutnya :
Wp.rastory
Rahmatrnsrii
-Thanks for reading-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top