Bad Boy - 3

Seorang siswi memasuki kelas 11 IPA 1 dengan wajahnya yang ditekuk. Ia mendudukkan dirinya dengan asal dan membanting tasnya dengan sedikit keras ke mejanya.

"Wow! Ada apa nih dengan seorang Keysha?" kata salah satu sahabatnya.

Nayyara Revalina, gadis yang menjadi teman sebangku Keysha sekaligus teman Keysha sejak lama itu memperhatikan Keysha yang terlihat sangat kesal.

Yah, Nayya memang sahabat Keysha yang paling lama. Sejak keduanya masih kecil, mereka berada dalam satu sekolah yang sama dan bahkan di kelas yang sama. Sama halnya seperti sekarang.

Sungguh itu semua merupakan keberuntungan.

"Berisik!" balas Keysha dengan sarkastik.

"Lo kenapa sih?" tanya Dira sambil menarik kursi lainnya untuk duduk di samping sahabatnya.

Adira Fransiska. Gadis yang lebih akrab disapa Dira ini merupakan sahabt Keysha dan juga Nayya. Dira baru saja bertemu dengan keduanya di SMA saat kelas 10.

"Bete banget gue sejak kemarin," balas Keysha dengan raut wajah yang ditekuk.

"Bete kenapa?" tanya Nayya penasaran.

"Kalian tau, gak?"

"Nggak," sahut Dira dengan menggelengkan kepalanya polos.

"Ya ampun, Ra!" decak Nayya, "Keysha itu belum mula cerita,"

"Tau nih, lo jangan ngeselin deh, Ra," timpal Keysha.

Dira terkekeh pelan dengan raut wajah tak berdosanya.

"Yaudah lo lanjut aja, Key," balas Dira membuat Keysha menganggukkan kepalanya.

"Kalau cerita yang runtut, Key," pinta Nayya.

"Iya, makanya jangan dipotong-potong."

Kedua teman Keysha menganggukkan kepalanya paham.

"Jadi waktu kemarin pulang sekolah gue kan langsung buru-buru ke gerbang, soalnya gue mau ngehindar dari Si Bara. Eh ternyata dengan sialnya, gue sama Bara malah ketemu di parkiran,"

"Key, bisa langsung intinya aja gak?" ucap Nayya.

"Ish! Ini baru mau masuk point intinya, makanya jangan main potong-potong cerita gue deh!" kesal Keysha.

"Ish serem banget dipotong-potong," ujar Dira begitu polosnnya.

"Hah?" beo Keysha, "Maksud gue bukan gitu, ta—"

"Udah lanjut, lo jelasin ke Dira waktunya gak bakalan cukup," potong Nayya seraya melirik jam dinding di kelasnya.

"Iya, iya," sahut Keysha, "Nah pas sampai parkkiran, Si Bara tiba-tiba dating terus langsung narik tangan gue. Sumpah sakit banget anjir!" umpat Keysha kasar.

"Bara mantan lo, kan? Ngapain dia samperin lo? Bukannya udah putus?" tanya Nayya berbondong-bondong.

"Dia pingin jelasin tentang dia yang jalan sama cewek dan soal dare itu," sahut Keysha.

"Ngapain sih sok jelasin. Emang udah dasarnya cowok brengsek tetep aja sok-sokan ngejelasin," umpat Nayya kesal.

"Udah jadiin Keysha taruhan, malah selingkuh pula sama cewek lain. Double brengsek gak tuh?" timpal Dira.

"Dan lo tau satu hal yang bikin gue makin kesel?"

"Apa?" tanya Nayya penasaran.

"Gue diliatin banyak orang anjir!" umpat Keysha kesal.

"Yah pea!" ujar Nayya seraya menoyor kepala Keysha kesal, "Ya namanya juga di parkiran pasti banyak orang lah pinter!"

"Bukan itu aja, tapi si Nathan sama temen-temennya juga ikut ngeliatin. Malu banget deh gue!"

"What the fu--- astaghfirullah! Nathan anak pemilik yayasan ini?" heboh Nayya membuat Keysha memutar bola matanya malas.

"Iya lah. Nathan siapa lagi emang?"

"Ya ampun, Keysha! Lo diliatin cogan, Key! Beruntung banget si ish!" kata Nayya seraya menangkupkan kedua pipinya sendiri.

"Beruntung apaan? Cowok ngeselin gitu dih,"

"Ngeselin kenapa emang?" Dira yang sedari tadi diam saja bertanya.

"Masa kemarin gue jatuh dua kali gara-gara ditabrak dia, eh malah gak ditolongin. Buku yang gue bawa kemarin aja jatuh tapi dia gak bantuin ambil. Kemarin juga gue telat masuk kelas karna dia," gerutu Keysha lalu mengercutkan bibirnya.

Tawa Nayya pecah begitu saja membuat Keysha dan Dira bersamaan menatap Nayya dengan kening berkerut.

"Kenapa, Nay?" tanya Dira penasaran, "Lo gak kesambet, kan?"

Nayya meredakan tawanya lalu menatap Dira yang sedang bertanya padanya.

"Nggak kok. lo tenang aja,"

"Terus kenapa lo ketawa?" Kini Keysha yang bertanya.

"Ya habisnya lo lucu banget Key. Ngapain lo marah-marah sama Nathan? Lo tau sendiri kan gimana sikap Nathan ke semua cewek? Dingin," balas Nayya.

"Bener juga apa yang dibilang Nayya. Apalagi status lo itu bukan siapa-siapa Nathan. Temen juga bisa dibilang bukan, apalagi pacar.," timpal Dira menyetujui ucapan

"Nah itu dia! Jadi gak heran sih kalau Nathan nggak bantuin lo, yang bakalan bikin heran itu kalau Nathan bantuin lo." Tambah Nayya.

Keysha berpikir sejenak, lalu menganggukkan kepalannya.

"Seengaknya sih dia minta maaf," kata Keysha.

"Ya lo tau sendiri lah Nathan gimana orangnya. Kalau menurut Nathan, dia gak salah. Itu artinya Nathan gak akan minta maaf,"

"Manusia laknat banget emang tuh cowok!" gerutu Keysha membuat kedua temannya terkekeh geli mendengar ocehan Keysha semenjak gadis itu masuk kelas.

Percakapan mereka harus terhenti ketika guru mata pelajaran penjas mereka masuk untuk memberi materi sebentar lalu praktik ke lapangan.

­--- Bad Boy ---

"Mau bolos gak nih?" tanya Devan pada ketiga sahabatnya.

"Kalau gue sih ngikut Nathan aja," balas Gilang.

"Jangan ngikut Nathan, sesat. Mending ngikut gue," timpal Aldo dengan cengirannya.

"Tambah sesat lah!" balas Devan kesal seraya menoyor kepala Aldo.

"Jadi intinya kita bolos gak nih?" tanya Gilang.

"Bolos aja," balas Nathan dengan santai.

"Mau ke rooftop?" kini Devan yang bertanya.

"Di lapangan aja, hari ini anak IPA 1 ada pelajaran olahraga. Lumayan kan buat cuci mata?" ucap Aldo tanpa berdosanya membuat Gilang memukul belakang kepala pria itu.

Keempat pria yang berencana untuk bolos ini memang sedang tidak berada di rooftop. Melainkan keempatnya berada di sebuah gudang belakang sekolah yang biasanya anak laki-laki pakai untuk merokok di sekolah. Tempat ini memang paling jarang di cek oleh guru karna letaknya berada di paling belakang sekolah. Dan cukup seram juga.

"Ya udah, ayo." Nathan turun dari meja yang ia duduki, membuat teman-temannya mengernyitkan dahi mereka.

"Kemana?" tanya Gilang heran.

"Lapangan,"

"Wah lo udah kemakan hasutannya setan Si Aldo, ya?"

"Kaga," jawab Nathan santai, "Gue mau ke lapangan basket,"

Mendengar hal itu Aldo langsung mendengus kesal, lalu ia berpikir sejenak.

"Nath lapangan basket outdoor aja, ya?" pinta Aldo.

"Buat apa ada lapangan basket indoor kalau gak dipake?" tanya balik Nathan dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Yaelah, Nath. Lo mah gitu sama gue, ayo dong turutin permintaan gue,"

Devan yang mendengar ucapan Aldo mendengus kesal, "Jangan lo dengerin hasutan Aldo!"

"Ada juga omongan lo yang jangan didengerin!" ucap Aldo tak terima.

"Udah berisik lo pada!" Gilang berdecak kesal. Ia sangat pusing jika Devan dan Aldo sudah adu omongan seperti ini.

"Udah ayo," ajak Nathan

"Kemana?"

"Lapangan outdoor,"

Aldo yang mendengar itu langsung bangkit dari tempat duduknya. Ia langsung menyambar tasnya dan segera menggendongnya di bahu kirinya.

"Semangat banget lo!" sindir Devan.

"Iya dong, gue mau liat cewek cantik."

"Ck! Otak lo terbuat dari apaan sih?" kata Devan dengan tajam.

"Gak usah sok ngatain deh, lo juga kalau udah liat Nayya pasti gak bisa kedip."

Devan mengernyitkan dahinya, "Emang ada Nayya?"

"Ada lah pea! Kan anak IPA satu dia," balas Aldo kesal.

"Gue kira IPA satu kelas sepuluh, lo kan seneng liatin adek kelas cewek,"

"Siapa aja yang penting cewek,"

"Ibu-ibu komplek rumah gue juga dong?" goda Gilang.

Aldi bergidik, "Nggak ibu-ibu juga lah pea! Apalagi tetangga lo!"

Gilang tertawa mendengar ucapan Aldo. Ia jadi teringat oleh tetanggannya yang memiliki badan sedikit gemuk sering menggoda Aldo jika cowok itu bermain ke rumah Gilang.

"Jadi gak nih?" tanya Devan tak sabaran.

"Sabar dong! Tadi aja lo ngeledek gue!" balas Aldo.

"Udah bacot banget lo! Ayo!" Devan menarik tas Aldo seolah menyeret pria itu untuk segera ke lapangan basket outdoor yang dekat sekali dengan lapangan yang biasa di pakai siswa-siswi untuk pelajaran olahraga.

Sementara itu Nathan dan Gilang yang hanya diam saja menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kedua temannya yang langsung gerak cepat jika urusan cewek. Apalagi Aldo. Ck, sudahah untuk pria itu tidak usah ditanya.

"Dasar dua setan! Kalau urusan cewek aja cepet banget!

---Bad Boy ---

Nathan dan ketiga temannya kini sudah berada di lapangan basket outdoor. Tidak seperti Devan yang memperhatikan Nayya ataupun Aldo yang memperhatikan semua perempuan. Nathan dan Gilang memilih untuk bermain basket daripada menghabiskan waktunya hanya untuk melihat perempuan.

Nathan dan Gilang memang memiliki sikap hampir sma. Ya, keduanya sama-sama cuek. Namun bedanya, Gilang masih bisa diajak ngobrol oleh teman sekelas perempuannya. Tapi jika Nathan, bahkan pria itu juga malas meladeni perempuan. Walaupun hannya di chat, Nathan benar-benar malas.

Kepribadiannya yang cuek ini mucul ketika Nathan diberi kabar yang menyedihkan oleh anggota keluarganya. Dan ditambah dengan Nathan yang ditinggal oleh orang yang ia sayang. Semenjak itulah Nathan berubah. tidak hanya kepada perempuan, bahkan kepada laki-laki saja Nathan masih bersikap cuek. terkecuali pada para sahabatnya.

"Nath..." panggil Gilang di sela-sela ia sedang mendribble bola basket.

"Hm?"

"Itu dua temen lo gak capek apa ngeliat ke arah anak cewek yang lagi main volley?"

Nathan menghentikan kegiatannya, lalu menoleh pada dua temannya yang dimaksud Gilang.

"Bahkan gue aja males ngakuin mereka sebagai temen gue,"

Gilang terkekeh pelan, "Gak ngerti lagi gue sama otak mereka."

"Apalagi gue."

Buk.

Baru saja Nathan akan memasukkan bola basketnnya ke dalam ring. Namun suatu hal terjadi padanya lebih tepatnya kepada kepalanya.

Nathan memegang belakang kepalanya. Ia sedikit meringis. Nathan menoleh melihat bola volley yang menggelinding setelah mengenai kepalanya.

Nathan pastikan ini semua ulah dari anak kelas 11 IPA 1. Dan Nathan pastikan juga pelaknya seorang perempuan. Terbukti dari lapangan yang dipakai olahraga ada beberapa perempuan yang tengah bermain volley menoleh ke arahnya.

Pria itu melangkahkan kaki panjangnya ke arah sekumpulan perempuan yang tengah bermain volley. Nathan tak peduli pelakunya perempuan, ia benar-benar kesal karna telah merasa diganggu.

Sementara itu beberapa orang menatap was-was kepada Nathan. Terlebih ketiga teman Nathan yang melihatnya dari tempat mereka berada. Hinggga Nathan berhenti di tempat siswi yang sedang bermain volley itu. Ia menatap tajam satu persatu perempuan itu.

"Siapa yang lempar bola ini?"

--- Bad Boy ---

^TBC

Vote dari kalian sangat berharga buat author🌟❤

Tinggalkan jejak kalian di setiap partnya💯

Thanks For reading🤗

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top