Bad Boy - 21
Bugh!
Sebuah pukulan tiba-tiba saja mendarat tepat di pipi pria itu.
Sebuah lengan pun langsung menarik Keysha untuk lebih mendekat kearah seseorang yang tadi memukul pria yang sudah menjauh dari Keysha.
Pria itu meringis pelan karena mendapatkan pukulan secara tiba-tiba. Lalu ia mengangkat kepalanya untuk melihat si pelaku.
"Lo?!"
Mata pria itu membelak kaget, membuat Keysha pun mengalihkan pandangannya pada si pemukul.
"Devan?!" panggil Keysha, kaget.
Keysha pun memalingkan pandangannya ke sebelah Devan, Dan mendapati Nayya tengah nenatapnya.
"Lo nggak apa-apa, Key?" tanya Nayya, tangannya memegang bahu Keysha.
Keysha menggelengkan kepalanya, lalu berjalan kesamping Nayya.
"Lo kenal dia, Dev?" tanya Keysha, menunjuk ke arah pria yang sempat Devan pukul.
Devan mengangguk, lalu menyengir kuda.
Pria yang sempat Devan pukul itu berdiri, lalu menatap Devan tajam.
"Enak juga tangan lo, Dev." ketus pria itu.
"Hehe, maaf Vin gue nggak tau ternyata itu lo," kata Devan sedikit bersalah pada pria itu.
Pria yang dipanggil 'Vin' itu mengangguk, "Lo kenal sama nih cewek?"
"Dia temen gue,"
"Devan! Dia siapa sih sebenernya?" tanya Keysha, sedari tadi ia sangat penasaran sekali.
"Ini Alvin, Key. Dia ini sodara gue, ya walaupun sodara sedikit jauh sih," kata Devan menjelaskan.
"Oh iya, ini Keysha, Vin. Dia temen gue sekaligus gebetannya Nathan," lanjut Devan asal ceplos membuat Keysha menatap tajam Devan.
"Dan ini Nayya, dia cewek gue. Jangan lo gebet!"
Keysha sedikit terkejut mendengar pengakuan Devan, pasalnya ia hanya tahu bahwa Nayya masih dalam pendekatan dengan Devan, belum sampai jadian.
Wah, sepertinya Nayya menyembunyikannya.
Keysha menatap tajam Nayya, dengan maksud meminta penjelasan.
"Nanti gue jelasin," kata Nayya mengerti arti tatapan itu.
"Oh, sorry gue nggak tau kalau lo gebetannya Nathan," ucap pria itu yang bernama Alvin.
Keysha hanya mengangguk seraya tersenyum kikuk. Ia juga bingung dengan pernyataan Devan, sejak kapan ia menjadi gebetan Nathan?
Alvin menjulurkan tangannya pada Keysha, dan cewek itu pun membalasnya ramah. Bergantian dengan Nayya.
"Lo kok bisa rangkul Keysha, Vin?" tanya Devan penasaran.
"Ah ini, gue sebenernya ngajak dia balik bareng, eh dianya gamau. Yaudah gue paksa aja,"
"Ya nggak usah lo rangkul juga kali! Pantes aja dia nggak mau, untung Nathan gak liat!" kata Devan sedikit kesal.
"Sorry-sorry." Alvin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Gue juga liat."
Suara seseorang tiba-tiba saja mengejutkan keempat manusia itu. Lalu dengan rasa penasaran yang mereka miliki, semuanya menoleh ke arah sumber suara dan mendapati pria dengan tangan kanan yang ia masukkan ke celana abu-abunya.
"Nathan?" panggil Devan.
Yah, cowok itu Nathan.
"Hm," dengung Nathan.
Alvin semakin tersenyum kikuk dengan perasaan tidak enak kepada Nathan. Pasalnya ia juga dekat dengan Nathan, mengingat Nathan adalah sahabat dari Devan. Dan mereka juga memiliki hobby yang sama.
"Duh sorry, Nat. Gue nggak tau kalau dia cewek lo, serius!" Alvin mengancungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.
"Santai, belum jadi cewek gue juga," ucap Nathan santai, membuat Alvin mengernyitkan dahinya.
"Belum? Berarti nanti mau jadi cewek lo dong?"
"Hm, doain aja." jawab Nathan santai.
Dan pernyataan Nathan tadi membuat Keysha salah tingkah sendiri. Cewek itu menundukkan kepalanya malu. Ah, sepertinya Nathan sudah menaruh harapan untuknya.
Nayya menyenggol lengan Keysha, bermaksud menggoda gadis itu. Keysha pun menatap Nayya kesal.
"Apa lo?!" ucap Keysha, suaranya pelan, namun cukup tajam.
Nayya hanya menyengir kuda, lalu kembali tersenyum menggoda Keysha, membuat gadis itu menatapnya jengah.
"Yaudah gue balik duluan, ya." pamit Alvin, lalu menaiki motornya.
Keempatnya hanya membalasnya dengan mengangguk.
"Gue sama Nayya juga duluan ya," kata Devan, lalu tangannya menggenggam jari-jemari Nayya.
Nathan dan Keysha hanya mengangguk.
"Hati-hati. Titip temen gue, Dev." pesan Keysha, dan Devan hanya membalasnya dengan acungan jempol.
"Titip temen gue, Nat. Kalau bandel buang aja ke laut selatan!" seru Nayya setengah berteriak setelah ia menjauh.
Keysha hanya mencibir Nayya, dan menyumpah serapahi Nayya dalam hatinya.
"Yuk, balik." ajak Nathan tiba-tiba.
Keysha mendongak ke arah Nathan, yang memang Nathan lebih tinggi daripada Keysha.
"Tapi papa gue mau jemput, gimana dong?"
"Cek hape lo, beneran ada yang jemput nggak. Kalau nggak, lo balik bareng gue."
Keysha pun mengangguk, lalu ia dengan segera mengecek ponselnya yang untungnya saja belum mati total, mengingat baterainya itu saat tadi tersisa 5%.
Keysha terus mengecek ponselnya, lalu mengernyitkan dahinya.
"Kenapa?" tanya Nathan, menyadari Keysha yang tiba-tiba sedikit bingung.
Keysha menggelengkan kepalanya, lalu mengangkat kepalanya, menatap ke arah Nathan.
"Kayaknya papa nggak jemput, nggak ada chat dari dia soalnya. Dan Kak Chandra juga mungkin masih dikampusnya."
"Yaudah balik bareng gue," ajak Nathan, lalu tangannya meraih lengan Keysha.
Nathan menggenggam tangan Keysha menuju parkiran, membuat Keysha menggulum senyumnya.
Tangan Keysha terasa hangat saat jemarinya berada diantara jemari lengan Nathan.
Ah, Keysha jadi ingat kejadian di rooftop saat siang tadi. Saat Nathan mengatakan itu, membuat jantung Keysha sedikit berdegup kencang.
Keysha dan Nathan sudah berada di parkiran, lalu mereka berdua menuju sebuah mobil sport berwarna hitam, sepertinya milik Nathan.
Mereka berdua langsung masuk kedalam mobil, dan mulai pergi dari sekolahan yang sudah tampak sepi, iyalah, sudah jam 8 malam mau apa mereka disekolah? Semua persiapan pensi pun sudah siap.
"Tumben pakai mobil, Nat?" tanya Keysha, sebenarnya ia sedikit gugup setelah kejadian di rooftop tadi. Tapi daripada keheningan melanda mereka berdua, lebih baik Keysha bertanya saja, bukan?
"Hm, gue tau kalau bakal balik jam segini." balas Nathan.
"Cih! Sok tau banget!"
"Taulah! Buktinya bener kan?" kata Nathan dengan bangganya.
"Terserah deh," pasrah Keysha, lalu tangannya terulur untuk menyalakan radio, agar tidak nampak kembali hening.
"Lo nggak papa?" tanya Nathan, pandangannya tak henti dari fokusnya jalanan.
"Hah?"
"Lo tadi dirangkul Alvin, gak papa?" ulang Nathan lebih jelas.
Keysha menganggukkan kepalanya, "Nggak apa-apa, cuman kaget aja nggak kenal udah rangkul-rangkul gitu."
"Alvin emang gitu, dia kadang sok kenal, apalagi sama cewek,"
Keysha menganggukkan kepalanya mengerti, "Playboy dong?"
Nathan menggelengkan kepalanya, "Nggak juga."
Keysha pun manggut-manggut mengerti.
"Kalau gue boleh dong rangkul lo?" tanya Nathan tiba-tiba, lalu ia menatap Keysha setelah menghentikan mobilnya karena lampu merah. Dan masih menyisakan waktu 55 detik.
"Hah? Nggak dong, kan lo bukan siapa-siapa gue,"
"Gue kan kenal lo," balas Nathan.
"Besok berangkat jam berapa?" lanjut Nathan, sebelum Keysha menjawab pertanyaan Nathan sebelumnya.
"Jam lima pagi,"
Nathan pun hanya menganggukkan kepalanya, lalu matanya menatap Keysha kembali.
"Besok gue jemput."
Tangan Nathan pun terulur untuk mengacak-acak puncak kepala Keysha, membuat gadis itu langsung terbungkam.
Keysha menundukkan kepalanya malu, ia menyembunyikan pipinya yang kemungkinan bisa blushing diperlakukan seperti itu.
Keysha pikir Nathan benar-benar serius dengan ucapannya yang ia katakan di rooftop, dan hal itu membuat Keysha tersenyum senang dalam hatinya.
"Kenapa nunduk?" tanya Nathan, lalu tangannya kembali bersiap untuk menjalankan mobilnya.
Keysha menormalkan kembali jantungnya, lalu menatap Nathan.
"Nggak papa, bener ya besok jemput?" Nathan menganggukkan kepalanya.
"Jangan telat!" Nathan kembali mengangguk kepalanya saja.
"Sebelum lo bangun, gue udah ada di teras rumah lo." ucap Nathan.
"Cih! Sekolah pagi aja masih telat, sok-sokan!" kata Keysha berniat becanda, ia terkekeh pelan.
"Serah lo!" tukas Nathan, dan membuat Keysha terkekeh pelan.
"Seneng ya gue jemput?" tanya Nathan tiba-tiba.
"Biasa aja,"
Nathan tersenyum jahil, "Bilang aja seneng dijemput cogan."
Keysha membelakkan matanya, membuat Nathan yang melihatnya menahan tawanya.
"Es batu bisa pede juga yah,"
"Bukan es batu lagi kali," sahut Nathan sedikit sebal.
"Oh iya, lupa." Keysha hanya menyengir kuda, lalu tiba-tiba saja ia menguap dan mempertandakan jika gadis itu lelah dan ingin tidur.
Nathan yang melihatnya hanya bisa tersenyum hangat.
"Lo tidur aja, kalau udah nyampe gue bangunin."
Keysha hanya menganggukkan kepalanya, ia juga tidak mau mengelak, toh ia juga sudah benar-benar ngantuk dan lelah. Terlebih ia besok harus mengeluarkan tenaga ekstranya untuk pensi hari ulang tahun sekolah.
Suara napas yang teratur sudah terdengar dari sebelah Nathan, itu artinya Keysha sudah terlelap ke alam mimpinya.
--- Bad Boy ---
Keysha terbangun dari alam mimpinya karena alarm yang ia letakkan di nakas berbunyi, gadis itu pun mengambil jam tersebut lalu dilihatnya jika pukul empat pagi.
Keysha mengernyitkan dahinya, beberapa pertanyaan terputar dikepalanya.
Siapa yang pasang alarmnya?
Kenapa ia bisa dikamar? Seingatnya ia tertidur dimobil milik Nathan.
Apakah cowok itu menggendongnya sampai ke kamarnya?
Keysha pun tak ambil pusing, lebih baik ia simpan pertanyaannya nanti ketika Nathan datang, toh dia juga akan kerumahnya karena berjanji akan menjemputnya.
Keysha keluar kamar, lalu menuruni anak tangga, langkahnya ia tujukan ke dapur untuk minum. Tiba-tiba saja kerongkongannya menjadi kering.
Keysha sempat mengernyitkan dahinya melihat Mamanya sedang berada di dapur sembari mengupas beberapa makanan.
"Ma?" panggil Keysha pelan, takutnya ia akan mengejutkan Mamanya.
Viona menoleh kebelakang dan mendapati putri bungsunya sedang meghampirinya.
"Udah bangun?" tanyanya, lalu ia melanjutkan kembali memotong beberapa sayuran.
Keysha menganggukkan kepalanya, "Mama kok udah masak jam segini?"
"Iya, kamu kan sekarang mau berangkat jam lima, dan nanti juga Nathan mau jemput kamu, jadi kalian sarapan dulu disini," jelas Viona membuat Keysha kembali mengernyitkan dahinya.
"Mama emang udah tau muka Nathan?"
"Iyalah Mama tau, kan semalem dia anterin kamu terus bawa kamu ke kamar. Mama liat dia kayaknya pasang alarm dijam kamu deh," sahut Viona menjelaskan.
Keysha hanya manggut-manggut saja.
"Kalian cocok tau, Key. Udah jadian ya?" tanya Viona menebak.
Keysha pun menggelengkan kepalanya, "Belum, Ma."
"Berarti mau dong?" goda Viona.
Keysha hanya menggidikan bahunya acuh tak acuh, " Nggak tau."
Viona mengernyitkan dahinya bingung, "Kok gitu?"
"Ya Nathan sih bilangnya gitu, tapi aku takutnya Nathan cuman baperin aku doang." kata Keysha, lalu ia mengambil buah apel yang ada di meja makan.
Viona tersenyum hangat melihat anak putri bungsunya ini yang sudah beranjak dewasa.
"Seperti yang kamu bilang dulu, dia itu dingin banget, jutek, omongan irit sama tatapannya aja tajam," Viona menghampiri putri bungsunya, lalu duduk disebelahnya.
"Tapi sekarang? Dia kayaknya udah nggak gitu ke kamu, itu artinya Nathan udah beneran mulai buka hatinya buat kamu." lanjut Viona.
Keysha sempat terdiam beberapa saat, ia juga sudah menyadarinya. Terlebih Nathan sendiri yang mengucapkannya di rooftop siang kemarin.
Keysha memang sudah bercerita ke mamanya tentang Nathan, ia pun selalu curhat kepada sang mama, dan menjadikan mamanya tempat curhat yang paling baik. Dan selalu memotivasi Keysha agar pantang menyerah dalam melelehkan si pangeran es, Nathan.
"Nathan kemarin bilang sesuatu ke aku, Ma." ucap Keysha, membuat Viona menatapnya dengan penasaran.
"Dia bilang kalau dia mau buka hatinya buat aku," lanjut Keysha.
Mamanya tersenyum hangat, tangannya terulur membelai rambut putrinya itu.
"Nathan udah mulai beneran suka sama kamu,"
"Tapi aku takut dia bakalan nyakitin aku, ma."
"Kalau kamu udah berani jatuh cinta, itu artinya kamu udah berani jatuh karena cinta."
--- Bad Boy ---
Jam sudah menunjukkan pukul 4.40. Nathan pun sudah berada dimeja makan rumah Keysha.
Yah, sesuai janjinya kepada Keysha ia akan menjemput gadis itu. Dan Mama Keysha pun menyuruh Nathan untuk mengisi perutnya terlebih dahulu.
Nathan memainkan ponselnya untuk menghilangkan kebosanannya, gadis yang ia tunggu masih berada didalam kamarnya sedang siap-siap. Dan Mama Keysha sedang didapur menyiapkan makanan.
"Keysha, cepat sayang. Kasihan Nathan nunggu kamu lama banget." teriak Mama Keysha, membuat Nathan sedikit terkekeh. Lalu pria itu menyimpan ponselnya didalam saku celana abu-abunya.
"Iya, Ma." balas Keysha dari dalam kamarnya.
"Tunggu sebentar ya, Nathan." ucap Viona, dan Nathan hanya membalasnya dengan anggukan kepalanya disertai senyuman hangatnya.
Suara derap langkah kaki terdengar menuruni anak tangga, membuat Nathan dan Viona menoleh, melihat gadis dengan seragam batik yang sepertinya dikhususkan untuk OSIS, sedang menghampiri meja makan.
"Maaf lama," ucap Keysha, seraya menyengir kuda.
Keysha pun duduk disebelah Nathan, lalu tangannya dengan segera mengambil beberapa centong nasi.
"Ambilkan buat Nathan juga dong, Key." ucap Viona, lalu Keysha mengangguk malu.
Nathan menatap Keysha sejenak, lalu ia menahan bibirnya untuk tersenyum.
Laki-laki itu langsung saja memakan masakan Viona, setelah Keysha mengambilkan nasi dan beberapa lauk dipiring Nathan.
"Nanti kalau acaranya sudah selesai, Tante titip Keysha ke kamu ya, Nathan." ucap Viona, ia hanya duduk sembari menatap anaknya dan Nathan yang sedang makan.
Nathan menatap Viona sejenak, lalu menganggukkan kepalanya.
"Iya Tante," balas Nathan, suaranya melembut.
"Emang Papa nggak bisa jemput, Ma?" tanya Keysha, lalu mengambil air putih, dan meneguknya.
"Nggak, Papa sama Mama mau ke acara ulang tahun perusahaan temen Papa kamu, Kak Chandra juga sibuk sama kuliahnya."
Keysha menganggukkan kepalanya, "Yaudah." lalu ia kembali menyantap makanannya.
"Kalian lanjutin makannya, Mama mau ke toilet sebentar," pamit Viona, lalu ia beranjak pergi ke toilet.
Terjadi keheningan diantara Nathan dan Keysha, hingga selang beberapa menit Mama Keysha kembali ke meja makan.
Viona mengernyitkan dahinya melihat piring anaknya yang masih tersisa sedikit lagi, dan piring Nathan yang bersih.
"Kenapa nggak dihabisin, Key?" tanya Viona.
Keysha menggelengkan kepalanya seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kenyang, Ma."
Viona menggelengkan kepalanya, sembari tersenyum.
"Pantes aja pendek terus," ucap Nathan, wajahnya ia palingan ke arah lain.
Keysha hanya menatap Nathan jengkel, sementara Viona terkekeh saja.
"Ish! Aku pamit ya, Ma. Takut telat," Keysha bangkit, lalu menghampiri Viona, dan menyalami punggung tangan wanita setengah paruh baya itu.
Nathan pun ikut bangkit, dan mengikuti apa yang dilakukan Keysha.
"Berangkat ya, Tante." pamit Nathan, lalu ia segera menyusul Keysha yang sudah berjalan terlebih dahulu.
"Hati-hati," pesan Viona kepada kedua anak remaja tersebut. Sebelum keduanya menghilang dari pandangan Viona.
--- Bad Boy ---
>To Be Continued<
Halo!
Hope to your enjoy and like this story.
Makin kesini ceritanya makin absurd ya🤣
Maaf ya, aku masih pemula😂.
Sorry for typo.
See you on the next chapter ❣️
- Thanks for reading -
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top