Bad Boy - 18
Nathan dan Keysha baru saja sampai didepan pagar rumah Keysha. Mereka berdua langsung sama-sama turun dari mobil.
Sejak kejadian dimana Keysha tidak menduganya, suasana dimobil tadi menjadi hening dan tegang, sedari tadi Keysha sibuk mengontrol dirinya agar tetap tenang.
Melihat Nathan terus mengikutinya membuat Keysha mengernyitkan dahinya, "Ngapain ngikutin?"
"Gue yang anterin lo balik." kata Nathan, ya memang sedikit masuk akal sih.
"Maksud gue, kenapa lo ikutan turun juga?"
Nathan hanya menggidikan bahunya acuh tak acuh, membuat lawan bicaranya semakin dibuat bingung.
"Lo ngapain anterin gue balik? Gue nggak minta loh." ujar Keysha.
"Lo sakit."
"Terus kalo gue sakit kenapa?" tanya Keysha, lagi.
"Gue khawatir."
Pernyataan yang dikeluarkan dari mulut Nathan tadi berhasil membuat tubuh Keysha kembali menegang.
Keysha senang jika Nathan mengkhawatirkan dirinya. Ntahlah gadis itu benar-benar senang sekarang setelah mendengar pernyataan Nathan.
"Ke..kenapa lo khawatir?" tanya Keysha, kali ini ia sedikit gugup.
"Karena lo temen gue." balas Nathan tenang, tanpa beban.
Sekali lagi, pernyataan itu membuat Keysha jatuh kembali setelah ia berada diangan-angan yang tinggi.
Nathan telah membuatnya terbang setinggi-tingginya lalu kembali menjatuhkannya begitu saja tanpa berniat membantu dibawah sana.
"O..oh gitu, yaudah makasih ya, Nat." kata Keysha seraya tersenyum kaku.
Nathan menganggukkan kepalanya, lalu ia kembali berjalan masuk kedalam mobil tanpa berpamitan kepada Keysha.
Keysha masih saja berdiri didepan pagar rumahnya, menunggu Nathan beserta mobil tersebut melaju menghilang dari pandangannya.
Setelah Nathan benar-benar pergi, Keysha langsung saja masuk kedalam rumahnya.
--- Bad Boy ---
Nathan baru saja sampai dirumah Gilang, sebelum mengantarkan Keysha pulang, Nathan dan teman-temannya sudah berjanji untuk bermain dirumah Gilang.
Nathan langsung masuk ke kamar Gilang, ia sudah terbiasa menyelonong masuk karena satpam rumah Gilang pun sudah kenal dengannya dan orang tua Gilang biasanya masih dikantornya jika jam segini.
Nathan membuka pintu kamar Gilang, dan sudah mendapati ketiga temannya sedang bermain play station.
"Gimana kencannya, Nat?" tanya Aldo yang pertama kali menyadari kehadiran Nathan.
Nathan langsung duduk di sofa, "Hmm,"
"Udah move on nih sama yang lama? Hahaha."
Nathan menatap tajam Aldo, "Nggak jelas lo, nyet!"
"Gak usah didengerin si curut mah, Nat." ujar Devan, "Gimana perasaan lo ke Keysha? Udah mulai suka?"
"Lo sama aja kaya si curut, babi!" tukas Nathan tajam, lalu memejamkan matanya hendak tidur.
"Kalo mau pada balik, bangunin gue."
"Oke." kata Aldo, lalu menyeringai kecil ke arah Devan.
--- Bad Boy ---
Nayya baru saja selesai rapat OSIS, dan sekarang ia baru saja akan mengantarkan mobil Keysha kerumah pemilik mobil itu.
Butuh waktu sekitar 20 menit dari sekolah menuju rumah Keysha dan hampir menempuh 1 jam jika diperjalanan benar-benar macet.
Dan kali ini Nayya sangat beruntung karena perjalanan tidak macet, seperti biasanya jika ia akan pegi ke rumah Keysha.
Nayya baru saja sampai di rumah Keysha, gadis itu turun dari mobil dan segera membukakan pagar, agar ia dapat memasukkan mobil Keysha kedalam halaman rumah Keysha.
Setelah memarkirkan mobil Keysha, Nayya langsung kembali menutup pintu gerbang, dan segera berjalan menuju pintu utama.
Nayya menekan bel rumah Keysha sampai seoang gadis dengan pakaian santai membuka pintu tersebut.
"Najis muka lo, Key." ujar Nayya ketika mendapati Keysha dengan muka bantalnya.
"Bodo, ah!" kata Keysha tidak peduli, "Masuk dulu aja, Nay. Lo langsung masuk ke kamar gue aja." lanjut Keysha dan Nayya hanya menganggukkan kepalanya.
Keysha dan Nayya masuk ke dalam rumah Keysha, Nayya langsung saja masuk ke kamar Keysha yang berada dilantai 2. Sementara Keysha pergi menuju dapur.
Sebelum naik ke kamar Keysha, Nayya sempat bersalaman dengan Viona, Mama Keysha. Dan langsung masuk ke kamar Keysha.
Selang beberapa menit pintu kamar Keysha terbuka, menampilkan seorang gadis dengan membawa nampan berisi minuman dan cemilan.
"Tau aja lo kalo gue lagi laper. Hahaha." ujar Nayya yang sedari tadi memainkan handphonenya telah menyadari kehadiran Keysha.
"Iyalah! Lo kan laper mulu. Secara makan lo kan banyak. Hahaha." seraya menaruh nampan yang dibawanya di atas karpet.
"Sial, lo" umpat Nayya, lalu mengambil cemilan yang ada diatas nampan.
"Hahaha. Tadi rapat gimana?" tanya Keysha, lalu tangannya mengambil gelas.
"Nggak gimana-gimana, tadi cuman bahas tentang persiapan yang buat ikut pensi."
"Tapi gue tadi diizinin kan?"
Nayya mengangguk, "Tenang aja lo udah gue izinin dengan alasan mau kencan sama Nathan" kata Nayya sambil tertawa.
"Apaan sih, lo!"
"Hahaha. Gimana kencannya sama Nathan?" Nayya menaikkan-turunkan alisnya.
"Gak kencan kok." balas Keysha, lalu menatap manik mata gadis yang ada dihadapannya itu, "Cuman dianterin pulang."
"Kayaknya Nathan suka deh sama lo, Key." kata Nayya, sok-sokan
"Mana mungkinlah."
"Mungkin aja, kan?"
"Dia bilang, Nathan kayak gitu karena dia nganggep gue temennya." ucap Keysha lalu mengambil cemilan di nampan.
"Kebanyakan gengsinya Nathan."
"Mungkin dia masih belum bisa move on sama yang lama, jadi nggak mungkin dia suka sama gue."
Nayya mengernyitkan dahinya, "Maksud, lo?"
"Nggak ada." Keysha menyengir kuda, membuat lawan bicaranya sedikit kesal.
"Lo gimana sama Devan?" tanya Keysha, mengingat sahabatnya ini menyukai teman Nathan, Devan.
Nayya menggelengkan kepalanya, "Nggak gimana-gimana. Sama kayak Nathan, Devan nggak mungkin suka sama gue."
"Lo tenang aja, gue yakin Devan suka sama lo. Nanti gue bantuin lo kok."
"Caranya?"
Keysha nampak berpikir sebentar, "Gue biang ke Devan kalau lo suka sama dia."
"Lo mau gue buang di segitiga bermuda?"
Keysha terkekeh pelan, lalu jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.
"Udah sore, gue balik ya?" Nayya bangkit dari duduknya.
"Mau gue anterin?"
Nayya menggelengkan kepalanya, "Nggak usah. Nyokap sama adik gue udah balik study tour, jadinya langsung ke sini jemput gue."
Keysha mengangguk, lalu mengantarkan Nayya menunggu mamanya di depan teras rumah Keysha.
--- Bad Boy ---
Nathan baru saja bangun dari tidurnya, ia mengedarkan pandangnnya dan merasa masih di rumah Gilang.
Ia menatap sekeliling dengan bingung, dimana Devan dan Aldo?. Nathan merasa ia di rumah Gilang juga dengan Devan dan Aldo.
"Udah bangun, lo?" tanya seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi, Gilang.
Nathan menganggukkan kepalanya, "Temen lo kemana?"
"Devan apa Aldo?"
"Dua-duanya."
"Aldo sih bukan temen gue ya." ujar Gilang sedikit terkekeh, "Mereka udah balik duluan, sekitar setengah jam yang lalu."
"Shit, gue ditinggal." umpat Nathan, membuat Gilang terkekeh pelan.
"Aldo nyuruh Devan nggak usah bangunin lo, ya udah Devan sih iya-iya aja." kata Gilang menjelaskan.
"Sial emang tuh babi." umpat Nathan lagi, tepatnya ia tujuhkan untuk Aldo yang merencanakan ini.
Gilang lagi-lagi terkekeh, ia membayangkan Aldo akan dimarahi atau bahkan dibogem oleh Nathan, mengingat temannya yang dingin ini tidak disuka dikerjai.
"Gue balik." Nathan mengambil tasnya yang ia letakkan dibawah sofa.
Gilang menganggukkan kepalanya, "Yoi. Hati-hati, mau gue anterin sampe depan nggak?"
"Najis! Nggak usah!"
Nathan langsung menyampirkan tasnya, lalu pergi keluar dari kamar Gilang dan menuju pulang kerumahnya.
--- Bad Boy ---
Keysha memasuki kamarnya setelah hampir 2 jam ia diruang tamu, setelah Nayya berpamitan ketika mamanya sudah datang menjemputnya.
Keysha mengecek ponselnya sebentar, siapa tahu kan ada notif chat dari gebetan, pikir Keysha.
Setelah megecek, ia langsung kembali menaruh ponselnya, seperti biasanya, Keysha akan sering mendapatkan notifikasi yang ramai hanya dari grup kelas ataupun grup OSIS.
Gadis itu segera pergi ke kamar mandi umtuk membersihkan dirinya.
--- Bad Boy ---
Motor sport hitam milik Nathan memasuki pekarangan rumah mewahnya yang terlihat sepi. Nathan memarkirkan motornya disebelah mobil orang tua Navisha, itu artinya Raina dan Reza, orang tua Navisha, berada di rumahnya.
Nathan menenteng tasnya dengan satu tangan, lalu memasuki rumah melewati pintu belakang. Tangannya terulur untuk membuka pintu kulkas besar di dapur dan mengambil minuman kaleng.
"Udah pulang?" suara seorang perempuan mengagetkan Nathan yang sedang asik meneguk minumannya.
Nathan menoleh kebelakang dan mendapati wanita setengah paruh baya tengah menatapnya, Raina.
Nathan hanya menganggukkan kepalanya, lalu kembali meneguk minumannya sampai sisa setengah
"Icha tadi ke sekolah kamu, Nath?"
Nathan mengangguk. "Iya, cuman dia pulang duluan, terus Nathan ke rumah temen dulu,"
Raina hanya mangut-mangut mengerti.
"Dari rumah temen apa abis ngapel dari Keysha?" suara Navisha mengagetkan keduanya, membuat mereka menoleh ke arah tangga.
Nathan hanya melirik Navisha sekilas, lalu kembai meneguk miumannya sampai habis.
"Hahaha. Dia bukan dari rumah temennya, tapi dari rumah pacarnya."
"Diem lo!"
"Ngaku lo?! Lo abis dari rumah Keysha, kan?" ucap Navisha, sok tahu.
"Gak. Dari rumah Gilang." elak Nathan cepat.
"Haha, dari rumah Gilang, tapi balik bareng Keysha."
Navisha memang sempat tadi melihat Keysha dan Nathan yang jalan berdua menuju parkiran, ia sempat melihat mereka saat Navisha hendak masuk ke mobilnya.
"Oh." Nathan tidak ingin memperpanjang debat yang tidak penting, ia langsung saja berjalan meninggalkan dapur.
"Lo nggak penasaran gue tau darimana?" teriak Navisha, sebelum Nathan benar-benar menaiki tangga.
"Gak!"
"Oke!"
Nathan dapat mendengar jelas suara tawa Navisha, membuat Nathan bertambah kesal.
Raina hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya dan keponakannya yang selalu saja ribut.
"Udah, kamu balik ke kamar sana." suruh Raina.
Navisha mengangguk, "Siap Ibu Negara," lalu berlari seraya tertawa.
--- Bad Boy ---
Jam menunjukkan pukul 8 malam, Nathan yang baru saja selesai bermain game, langsung turun ke bawah, berniat menonton televisi sembari mengambil cemilan.
Sebenarnya dikamar Nathan pun ada televisi, tapi sekarang ia sedang ingin menonton di ruang tamu saja.
Nathan melangkah ke arah kulkas besar di rumahnya, lalu mengambil beberapa cemilan dan juga minuman.
Setelahnya Nathan berjalan ke sofa diruang tamu, dan mendapati Navisha sedang duduk juga bersama bundanya, mungkin sedang mengobrol, pikir Nathan.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Navisha tak ramah, namun ia hanya niat bercanda.
"Mandi." jawab Nathan sekenanya, lebih tepatnya malas berdebat yang tidak penting dengan gadis di sampingnya itu.
"Gimana sekolah kamu, Nat?" tanya Raina sekedar basa-basi.
"Ya gitu,"
"Ya gitu Nathan kan madol mulu, kerjaannya tidur di rooftop." sambung Navisha, membuat Nathan mendengus sebal.
"Diem lo gajah Thailand!"
Raina hanya menggelengkan kepalanya, bingung dengan sikap Nathan yang dingin, tidak seperti keponakannya yang lain, selalu heboh.
"Om Reza kemana?"
"Oh tadi dia balik dulu ke kantor, pas kamu naik ke kamar." Nathan menganggukkan kepalanya, mengerti.
"Nath.." panggil Raina menginterupsi.
"Hm," balas Nathan tanpa menoleh.
"Kamu kangen orang tua kamu, nggak?"
Nathan tiba-tiba saja menghentikan aktivitas makannya, ia mendadak diam tak bergeming.
Raina tiba-tiba takut sendiri dengan pertanyaannya yang baru saja ia lontarkan ke Nathan, wanita itu memandang anaknya yang juga sedang menatapnya dengan cemas.
"B aja," jawab Nathan, santai.
Raina tersenyum hangat, lalu ia memindahkan posisi duduknya menjadi disebelah Nathan.
Raina mengelus punggung tegap Nathan, "Kamu nggak marah kan mereka sering ninggalin kamu?"
Nathan menggelengkan kepalanya, "Nggak, Nathan ngerti, mereka ngelakuin ini juga buat Nathan, tapi Nathan juga sedih, Mama kenapa selalu ikut sama Papa. Padahal Nathan juga pingin diperhatiin sama Mama, bukan Papa aja yang harus diperhatikan Mama."
Nathan mengembuskan napasnya perlahan, membuat Raina sangat mengerti dengan perasaan Nathan saat ini.
Navisha yang sedari tadi hanya diam memperhatikan Nathan pun ikut merasakan apa yang selama ini dirasakan Nathan.
Yah, sebagai sepupu yang paling dekat dengan Nathan, Navisha dapat merasakan jika cowok yang memiliki sifat dingin ini sangat merindukan kedua orang tuanya.
Fyi, orang tua Nathan pergi meninggalkan Nathan sejak Nathan baru saja masuk kelas 9 SMP, mereka meninggalkan Nathan ke negara Amerika.
"Kamu tenang aja, kenaikan kelas dua belas, papa sama Mama kamu bakalan balik lagi ke Indonesia dan akan menetap disini lagi,"
"Tapi, Mama kamu bilang, Papa kamu nggak selamanya bisa terus sama kamu, dia harus ngurusin pekerjaannya di luar kota." lanjut Raina.
"Kenapa mama nggak bilang sendiri sama Nathan?"
Raina tersenyum hangat, "Tante nggak tau, mungkin Mama kamu nggak mau bikin Nathan sedih.
"Cih." desis Nathan.
"Udah lo nggak sok sedih, biasanya juga sangar mulu!" ujar Navisha, niatnya hanya ingin mencairkan suasana agar Nathan tidak terlalu sedih.
Raina hanya menggelengkan kepalanya, lalu ia melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana dan pergi ke kamarnya.
"Gue juga suka kangen Ayah gue tau, Nath." ucap Navisha tiba-tiba.
Nathan menatap Navisha dengan tajam, "Cih! Katanya nggak usah sok sedih!"
"Ish! Gue lagi serius bego!"
"Hmm,"
"Gue lanjut ya?" Nathan hanya membalasnya dengan anggukan kepala.
"Gue sedih, Ayah gue juga sama kayak papa lo, mereka selalu pergi ngurusin kantor."
"Lo masih enak, Cha. Orang tua lo masih tinggal sama lo. Gue?"
"Kita sama-sama nggak enak, Nath. Bunda sama Ayah gue sering banget bolak-balik luar kota ataupun luar negeri. Dan akhirnya gue harus dititipin sama sepupu gue yang laknat itu."
"Maksud lo, gue?" kata Nathan, merasa tersindir.
Navisha hanya menyengir kuda, dan tersenyum dengan polos.
"Gua sama lo itu sama, ngga--"
"Najis gue disamain sama lo!" potong Nathan cepat.
"Dengerin gue dulu, be--!" geram Navisha, mulai kehabisan kesabarannya.
"Lanjut." potong Nathan, lagi, membuat Navisha mendengus pasrah lalu melanjutkan ucapannya.
"Kita sama-sama sering ditinggal orang tua, sedangkan sepupu kita yang lain? Mereka nggak terlalu sering ditinggal orang tuanya pergi."
Nathan mengangguk mengerti, lalu menatap Navisha yang sedang tertunduk.
"Lo masih beruntung daripada gue."
Navisha mengangkat kepalanya, lalu menatap Nathan sekejap.
"Lo merasa aneh nggak sih tiba-tiba kita jadi saling curhat dan saling drama gini?" tanya Navisha menyadari semuanya.
"Hmm, gue merinding sih."
Navisha hanya tertawa receh mendengar pengakuan Nathan yang menurutnya sama sekali tidak lucu.
Lalu Navisha tiba-tiba dibuat terdiam dengan pengakuan yang baru saja Nathan lontarkan.
"Gue kangen Kayla, Cha."
--- Bad Boy ---
>To Be Coninued
Halo! Semoga suka sama ceritanya.
Typo dimana-mana. Maaf.
tinggalkan jejak kalian ya.
See you on the next chapter!
Thanks for reading.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top