Chapter 29
Love is a lot of like a backache
It doesn't show up on X-RAY
But you know it's there
•George Burn•
______________________________________
Jakarta 16 Januari
21.30.00 p.m
Kedatangan Amanda sore itu membuat kami semakin akrab. Setelah tercyduck melihat Jayden menciumku dan memintanya pinky promise untuk tidak menceritakan pada duo jahilun, kami ngobrol panjang lebar tanpa rasa canggung seperti yang kemarin - kemaren saat kami bertemu. Sekarang kami jadi lebih mengenal satu sama lain.
Amanda menceritakan tentang awal pertemuannya dengan daddy. Saat itu ada sebuah proyek pembangunan hotel di Texas, kebetulan Amanda adalah arsitektur baru yang menangani proyeknya. Dari saling seringnya komunikasi mereka saling nyaman satu sama lain, lalu mulai saling menyayangi, menerima kekurangan dan kelebihan masing - masing dan jadilah seperti sekarang.
Malam harinya kami makan malam di rumah, membicarakan perihal pesta pernikahan daddy dan Amanda yang rencananya akan di gelar lima bulan kedepan. Setelah makan malam selesai aku berusaha belajar, karena tidak konsen belum menyiapkan kado untuk Jayden besok lusa, aku masuk kamar kakak, rencananya sih ingin diskusi mengenai hal itu.
"Hai kak Bel," sapaku berguling di sebelah kak Brian yang sedang video call dengan pacarnya sambil tiduran.
"Hai Mel, gimana kakimu?" Balas kak Bella.
"Uda lumayan bisa jalan normal."
"Minggir lo ganggu aja." Tukas kak Brian sambil menendang pelan kakiku agar menyingkir.
"Ih apa sih, biasanya lo juga ganggu gue!" Aku balas menendangnya.
Beberapa saat kami malah tendang - tendangan dengan tatapan khas musuh bebuyutan, menghiraukan suara tawa kak Bella di layar ponsel, sampai tidak sadar ponselnya terlempar ke latai yang di lapisi karpet lalu video callnya teputus.
Kami seperti pemain gulat. Aku yang hanya bisa menendang dengan satu kaki karena kaki satunya masih sedikit sakit tentu saja kalah dengan kak Brian yang badannya lebih besar,tidak sebanding dengan badanku yang kecil. Ya walau pun badan kak Brian tidak se... ehm Jayden, jika kau tahu maksudku.
Aku berhenti melawan ketika kak Brian memitingku, lalu membuka lengan dan menjepitku di ketiaknya yang bau.
"Brian sinting!!!! Hooeeekkk uhuk uhuk lepasin gue!!! Bau banget ketek lo!!!" Teriakku dengan menutup hidung terbatuk - batuk ingin muntah.
"Rasain lo hahaha!!!" Tawanya bahagia. Kakakku ini selalu bahagia, puas karena menjahiliku.
"Brian nyebelin lahir batin!!!!" Ujarku masih berusaha menepis kakinya yang masih memiting badanku. "Daaaaaaadddddddd." Rengekku, tapi percuma daddy pasti sedang mengantar Amanda pulang. "Jaaaydeeenn."
Baru ia melepaskan pitingan kaki dan jepitan ketiaknya. Aku menghirup oksigen banyak - bayak, sambil mengibaskan tangan mengusir bau.
"Besok lusa Jayden ulang tahun lho dek, uda tau belom lo?" Tanyanya seperti teringat sesuatu.
"Makanya gue kesini!!" Kataku jengkel.
Lalu kami mulai diskusi tentang bagaimana cara membuat kejutan untung Jayden.
"Gue pengen sesekali ngerjain si Jay. Mumpung belom pindah kuliah." Ucap kakak dengan wajah licik. Aku terdiam.
Seingatku kakak pernah menceritakan hal ini saat perjalanan ke apartement Jayden untuk menuntaskan masalah waktu dulu. Akhirnya aku lupa tanya karena kami baru saja baikan.
"Uda kek gitu kan jadinya? Fix ya, gue ke kamar dulu." Kataku datar dengan perasaan berkecambuk dan mulai menggigiti kukuku.
Dasar kakak, kenapa sih tidak memilih timing yang pas? Apa ia tidak pernah peka untuk merutuki kebodohannya sendiri?
Aku menghela napas kasar sambil terus menggigiti kukuku, lalu mengambil ponsel untuk menelpon Jayden. Rencananya sih ingin segera menanyakan hal itu agar kukuku aman sentausa tidak bocel - bocel. Tapi begitu melihat wajahnya yang seperti bangun tidur jadi kuurungkan niat tadi.
Aku juga melihat ada buku di atas dadanya. Buku tentang psychology, padahal ia jurusan bisnis satu kelas dengan kakak. Kenapa ia malah membaca buku itu?
"Hallo," sapanya dengan suara berat dan serak khas orang bangun tidur.
"Ganggu kah?" Tanyaku tidak enak, tapi ia hanya menggeleng sambil menguap.
"Aku ketiduran." Katanya. "Abis ujan jadi ngantuk." Tambahnya lagi membuat senyumku mengembang.
"Kenapa sering gigiti kuku kek gitu?" Tanyanya, aku malah tidak sadar menggigiti kukuku lagi.
Jayden, aku penasaran beneran kamu mau pindah kuliah? "Cuma kebiasaan hehe." Bodohnya hanya itu kalimat yang mampu kuucapkan. "Ya uda lanjutin tidurnya, aku juga mau belajar." Kataku lagi sambil menahan diri tidak menggiti kuku lagi. Ia perlahan celingukan seperti mencari sesuatu lalu menghela napasnya.
"Nyari apa?" Tanyaku penasaran.
"I lost my teddy bear."
"Ha? Kamu punya boneka teddy bear?" Tanyaku tidak percaya ia hanya mengangguk lalu berkata, "Nggak bisa tidur tanpa itu."
Aku tertawa, lucu saja berandalan sepertinya punya teddy bear? Dan tidak bisa tidur jika tidak dengan teddy bearnya? What are you Jayden? Kok aku baru tahu sekarang?
"I lost my teddy bear," ucapnya lagi kelihatan sedih, sedangkan aku masih tertawa. "So will you sleep with me?"
Aku langsung terdiam, pipiku panas sambil melihat keraahnya yang smrik smile. Jadi itu tujuannya pura - pura kehilangan teddy bear dan tidak bisa tidur tanpa itu. Dasar gila!
"Dasar mesum! Selamat tidur! Bye!" Kataku cepat sebelum ia sempat berbicara. Sedangkan aku terus saja memegang pipiku yang panas seperti orang gila. Ya Tuhan ia selalu membuatku gila.
Keesokan harinya sepulang sekolah aku memastikan keberadaan Jayden karena akan bertemu kak Jameka, merencanakan kejutan ulang tahun untuk adiknya bersama Tito, Lih, dan beberapa teman berandalan Jayden. Mereka semua sangat excited.
Sore harinya setelah pulang dari basecamp di antar kak Jameka aku membuat kado untuk Jayden. Di samping tidak tahu benda apa yang diingkan manusia triplek satu itu, aku pikir lebih baik membuatnya sendiri walau sederhana dan simple, tapi tulus dari hati.
Oh ya aku juga belajar membuat kue ulang tahun simple berdasarkan resep dari internet. Mak Rami berusaha membantu tapi percuma, beliau hanya ahli masakan gurih. Jadi mak Rami membantu menyiapkan bahan - bahannya saja.
Kau tahu, rasanya aku ingin menagis melihat kue hasil buatanku yang ke tiga belas. Setelah gosong, kadang bantet, kadang kurang matang, kadang kering, kadang terlalu manis, dan kekacauan lainnya aku akhirnya berhasil membuatnya.
Silahkan di hujat. Jangan bandingkan kue hasil buatanku yang berantakan ini dengan kue hasil buatan chef profesional. Jelas beda jauh. Rasa dan tekstur kue buatanku yang pas saja sudah membuatku bahagia. Semoga Jayden tidak muntah ketika memakannya.
Tengah malam tepat tanggal ulang tahunnya aku sengaja tidak mengucapkan selamat ulang tahun di saat kami video call. Tapi manusia satu ini tampak datar - datar saja. Ya sudah, tunggu sampai kejutan besok.
Keesokan paginya di hari ulang tahun Jayden, aku menyetir mini cooper kuningku sendiri karena kakiku sudah sembuh, agar sepulang sekolah nanti langsung bisa ke lokasi kejutan.
Mobilku memasuki parkiran sekolah, saat turun dari mobil aku tidak sengaja berapapasan dengan Kak Novem. Ia menghadangku dengan wajah emosi, jangan lupakan dua antek - anteknya.
"Gue denger pacar lo hajar Jordan di pesta itu!" Teriaknya marah di hadapanku, aku reflek mundur, sebenarnya malas meladeni perempuan serigala ini.
"Apa urusan lo?" Tanyaku datar, menirukan gaya Jayden.
"Bitch!!"
Plak
Tamparan kerasnya sukses membuat kupingku berdengung. Aku hanya memegangi pipiku dengan tatapan kebencian, hendak membalas tapi dua antek - anteknya memegangi kedua tanganku.
"Gue nyesel ngasih Jordan ke lo!!! Lo mainin dia!!!"
"Novem." Saat kak Novem ingin menamparku lagi, orang yang dibicarakan muncul. Kami berhenti dan melihat ke arahnya.
Luka pada wajahnya sudah tidak separah dulu. Ia mendekat ke arah kami, menenangkan kak Novem dan menyuruhnya masuk kelas terlebih dahulu dengan ancaman akan di laporkan guru jika tidak menurut. Aku berusaha pergi tapi Jordan memanggilku. Sejenak ada rasa takut bercampur sakit hati dan marah ketika aku menghadapinya sendirian seperti ini.
"Mau apa?" Tanyaku sama sekali tidak ramah. Itu adalah satu - satunya benteng bertahananku.
"Gitu cara lo ngucapin makasih sama orang yang uda nolongin lo barusan?"
"Gue nggak butuh bantuan lo," Kataku dingin berusaha pergi tapi ia mencekal tanganku. Aku menyentakkannya kasar.
"Gue minta maaf," katanya di luar dugaanku. Wajahnya kelihatan menyesal. "Waktu itu gue cuma sakit hati soalnya gue beneran suka sama lo."
______________________________________
Thanks for reading 🙏🙏
Akhirnya saya bisa pake aurhor note 😅
Btw boleh seneng nggak Bad Boy in the Mask dapet rangking satu kategori berandalan? 🎉🎊🎈🎇🎆
Setelah rangking 3, 5, 6, 11, 13, 19 balik lagi ke rangking 6, 3, 2 dan terakhir hari ini jadi ranking 1, rasanya saya mau guling - guling 👻👻👻
Makasih teman teman yang sudah sempet mampir di cerita saya, terus komen vote, dan nyemangatin saya buat lanjutin tulisan ini walau pun gaje
Sekali lagi thank you so so so so much everyone, love you all
See you next Chapter
Bonus photo kecintaan sayah ❤❤❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top