BAD

Derap langkahnya mengikuti alur seorang pemuda didepannya. Menyusuri jalanan sempit nan gelap dengan beberapa sampah berserakan. Sumber penerangan yang terbatas membuat kedua matanya hampir tidak bisa mengenali tempatnya berada. Dia sama sekali tidak bisa menerka arah tujuannya. Hanya mengandalkan penciumannya yang mengendus bau tidak sedap di sekelilingnya, juga beberapa suara berat lelaki di sekitarnya.

Sakura tetap diam dan menatap kearah punggung Sasuke, membiarkan pria itu menarik tangannya dan membawanya ke segala arah. Merasakan nyaman dalam genggaman tangannya yang hangat. Dengannya, semua akan baik-baik saja.

Keduanya sampai pada bagian ujung, sebuah bangunan yang terlihat usang dan tua. Cat dinding yang kusam dan terkelupas dibeberapa bagian, rumah ini terlihat jauh lebih seram dari yang lain. Namun pondasinya lebih memungkinkan dari yang lain.

Sasuke berhenti sesaat sebelum memasuki rumahnya. Menoleh pada Sakura yang juga tengah menatapnya. Tersirat rasa takut dan ragu yang ketara dikedua matanya.

"Kau yakin? Aku mungkin tidak memiliki harta berlimpah, rumahku tidak sebagus calon tunanganmu, dan aku tidak berjanji bahwa aku bisa memberikan apapun yang kau mau seperti ayahmu." Sakura hanya mengangguk pelan dan menunjukkan ekspresi penuh keyakinannya.

Gadis itu cukup yakin untuk kabur dan memperjuangkan kisah cintanya yang masih seumur tanaman jagung. Karena Sasuke adalah pria yang selama ini dinantikan olehnya.

"Ya, aku yakin. Sasuke-kun."

Sedetik kemudian, Sasuke memberikan senyum tipisnya pada Sakura. Secara samar kedua mata hijau milik Sakura dapat melihatnya. Senyum yang berhasil merebut setiap detak jantung yang dimilikinya di sisa hidupnya.

Tangan Sasuke kembali menuntunnya. Keduanya memasuki rumah tua tersebut dengan telapak tangan yang bertaut. Bayangan keduanya menghilang di telan oleh pintu yang tertutup perlahan.

Awalnya, mata hijau Sakura hanya dapat melihat kegelapan. Lebih gelap dari jalan yang mereka lalui sebelumnya. Rongga hidungnya dapat mencium debu yang tersebar di sekelilingnya. Mereka terus bergerak hingga Sasuke berhenti di dekat dinding ruangan dan menyalakan lampu.

Lampu tidak bisa menerangi dengan jelas. Masih redup namun cukup untuk membuat Sakura melihat daerah sekitarnya. Sakura dikejutkan oleh keadaan rumah yang kosong tanpa perabotan apapun. Lantai tanpa keramik dan dinding yang berlubang di beberapa titik. Tidak ada satupun kursi atau bahkan futon untuk ditiduri.

"Kita tidak akan tinggal disini," ucapan Sasuke berhasil mengusir seribu pertanyaan Sakura.

Sasuke kembali membawanya pada kejutan. Pria itu menunjukkannya sebuah jalan rahasia. Terdapat tangga menurun yang membawa mereka pada ruang bawah tanah. Tempat itu tertutup oleh pintu besi yang sebelumnya telah di kunci oleh Sasuke.

Sebagai pemilik tempat, Sasuke mendahului Sakura. Melangkah menuruni satu demi satu anak tangga. Sakura mulai kembali merasa ragu pada pilihannya, ia tertahan di tempat kakinya berpijak hingga Sasuke kembali menoleh padanya.

"Kau bisa pikirkan lagi. Turun bersamaku atau kau bisa pulang ke rumahmu, ke tempat yang membuatmu lebih nyaman daripada rumahku."

Sakura meneguk ludahnya dengan kasar. Tangannya mengepal erat di samping tubuhnya. Dia sudah sampai sejauh ini, Sakura tidak akan membiarkan mimpinya bersama Sasuke hanya menjadi impian.

Tap

Tap

Tap

Beberapa ketukan langkah berhasil membawa Sakura menghadap Sasuke. Gadis itu menggenggam tangan prianya lalu menatap kearah bola mata hitam yang menawan hatinya. Mengabarkan bahwa hatinya sudah teguh untuk bersamanya.

"Aku yakin. Aku percaya padamu, Sasuke-kun."

.

BAD

.

Detik jam menemani dirinya yang masih terjaga di tengah malam. Tubuhnya menggeliat dan mencari posisi ternyaman di kasur. Pandangannya menyapu sisi ranjang yang kosong.

Sudah tiga malam ia habiskan di ruangan ini dan Sasuke sudah meninggalkannya sejak dua malam yang lalu. Hubungan yang sebelumnya sangat santai dan menyenangkan, berbalik menjadi tegang dan renggang dalam sekejap. Saat ia menginjakkan kakinya di lantai bawah tanah, Sasuke jarang mengajaknya berkomunikasi.

Pria itu hanya diam dan menyahuti secara singkat pancingan topik darinya. Saat tidur satu ranjang, tidak ada yang terjadi. Sasuke bahkan tidur lebih awal dan memunggungi Sakura begitu saja. Tanpa kata ataupun kecupan manis sebelum tidur.

Sasuke meninggalkannya dengan alasan pekerjaan yang hingga kini Sakura tidak ketahui kejelasannya. Sasuke terlalu tertutup tentang hal-hal pribadi tentang dirinya. Ia hanya mengatakan dirinya yatim-piatu dan tidak memiliki satupun sanak saudara.

Sakura mengernyit saat merasakan kejanggalan. Ia kembali meraba kasur yang ia tiduri. Hal yang paling membuatnya terkejut adalah ketika dirinya mendapati beberapa senjata tajam berada di balik ranjang.

"I-ini, bagaimana bisa Sasuke memilikinya?"

Ia gemetar ketakutan saat menyentuh salah satu ujung benda tajam tersebut. Terasa dingin di kulit jemarinya. Matanya kembali berpendar menatap sekelilingnya dengan pandangan menyelidik. Langkahnya yang terburu-buru mengarah pada sebuah lemari tua yang ada di sudut dinding. Tangannya berusaha membuka lemari kayu tersebut namun nihil, pintunya terkunci.

Sakura sesegera mungkin mengambil benda apapun yang dapat membuka lemari kayu berukuran cukup besar tersebut. Matanya tertuju pada payung yang posisinya tidak jauh darinya. Tangannya meraih dengan sigap dan berusaha melakukan segala usaha untuk membukanya.

Satu pukulan terakhirnya membuahkan hasil. Ia membuang begitu saja payung yang telah rusak dan berfokus untuk membuka lemari.

DEG

Begitu terkejutnya Sakura kala menemukan adanya senjata api berbagai ukuran dan nama terpanjang rapi di dalamnya. Lengkap dengan isian peluru yang Sakura yakin sangat banyak.

"Sedang apa kau?"

Sakura menegang kala ia merasakan tepukan di bahunya. Ia menoleh cepat dan menemukan sosok Sasuke yang berdiri dengan wajah suramnya. Tatapan matanya mengatakan dengan jelas bahwa dia tidak senang dengan apa yang ia lihat.

Tanpa sadar Sakura meneteskan air matanya. Ia begitu ketakutan melihat Sasuke. Secara spontan Sakura menggigit bibirnya untuk menahan isak tangis.

"Aku bertanya, sedang apa kau?"

Enggan menjawab, Sakura justru mengajukan pertanyaan. "Siapa kau?"

"Aku tidak suka saat kau membangkang, Sakura." Sasuke menekankan suaranya. Menciptakan ketegangan suasana yang semakin terasa.

"Siapa kau?"

"Jawab pertanyaanku dulu."

"Tidak! Siapa kau?!"

Sasuke menatapnya sinis. "Jangan membentakku," ucapnya dengan suara yang semakin memberat.

"Siapa kau? Kau bukan Sasuke-"

Brak

Sakura jatuh terduduk. Ia sangat terkejut ketika Sasuke menggebrak lemari dibalik tubuhnya. Ia menengadah memandang Sasuke dengan ekspresi penuh ketakutan. Ia tidak bisa berkata apapun, dia telah secara sempurna terselimuti rasa takut.

Dihadapannya, bukan lagi sosok Sasuke yang dia kenal.

"Aku adalah Sasuke. Sosok Sasuke yang sebenarnya."

.

BAD

.

Kedua mata Sakura perlahan terbuka. Dari detik ke detik ia mulai tersadar. Kelopak matanya masih terasa berat, ia merasakan matanya sembab karena menangis semalam. Mengingat lagi kata semalam membuat pikirannya terlempar jauh untuk mengingat kembali pertikaiannya dengan Sasuke.

Ia kembali bergidik takut kala menyadari sosok di belakangnya mengeratkan pelukannya. Diantara ketakutan dan tubuhnya yang mulai tegang, Sasuke acuh dan justru mulai mengendus bagian tengkuk Sakura. Menghirup aroma tubuhnya sembari memberikan kecupan seringan kupu-kupu yang membuat Sakura geli.

"Sa-Sasuke-kun," Sakura merintih secara spontan. Dan Sasuke berhenti memberikannya kecupan yang mulai terasa membakar kulit gadisnya.

"Hn, ohayou."

"O-Ohayou."

Keduanya kembali pada keheningan hingga Sakura berusaha menyingkirkan tangan Sasuke yang melingkari tubuhnya. Sasuke hanya diam menatap usaha Sakura yang baginya adalah sia-sia. Selama gadis itu tidak bicara, Sasuke akan enggan melepasnya.

Sakura mulai lelah. Matanya terasa perih karena air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Sasuke yang menyaksikan segera menarik Sakura untuk berbalik menghadap dirinya. Dengan satu tarikan Sakura berhasil berputar dan Sasuke dapat dengan jelas melihat wajahnya.

Gadis itu menggigit bibirnya. Kedua manik hijau tidak berani beradu tatapan dengan Sasuke. Terpaksa Sasuke mendongakkan kepala Sakura sedikit kasar hingga Sakura menatapnya. Dimatanya ada rasa takut yang besar.

Mata itu meneteskan air matanya. Pertahanannya hancur, ia kembali bisa dikuasai oleh Sasuke yang tidak pernah dikenalnya. Mata hitam tajam bak manik elang terus mengunci pandang padanya.

"Kenapa kau menangis?"

Sakura semakin tidak kuasa menahan tangisnya saat Sasuke menghapus air matanya di satu sisi dan menguatkan tarikannya pada rambut Sakura di sisi lain. Sasuke benar-benar sukses membuat air matanya semakin mengalir deras. Pria itu menunjukkan sisi kasar di balik sisi lembutnya yang tersedia di depan matanya.

"Jika kau menangis, aku akan menidurimu sekarang juga disini. Aku akan menghiburmu dengan beberapa sentuhan panas-" Sakura spontan menggeleng cepat.

Sasuke menyeringai dan mencium sensual tengkuk Sakura. "-Apa kau tertarik, Sakura?"

Tubuhnya mulai gemetar saat Sasuke beranjak dan mulai mengurung dirinya dibawah. Sakura menekan kepalanya ke dalam bantal kala pria itu kembali mengendus ceruk lehernya. Ia menggeliat tak nyaman dan sekuat mungkin mendorong Sasuke menjauh.

Tapi usahanya tidak membuahkan hasil.

Sasuke tetap memiliki kendali penuh. Tangannya telah dicekal dan oleh Sasuke, pria itu menarik tangannya hingga berada di atas kepalanya. Pria itu semakin menggila, kecupannya mulai merambat naik dan menuju rahang halus milik Sakura.

"Kumohon, hentikan."

Sasuke berhenti. Dia bangkit dan memandang remeh pada gadis yang telah dikuasai olehnya. Penampilannya yang begitu berantakan dengan anak rambut yang menyebar di kain bantal. Kancing kemeja crop top berwarna hitam dengan yang dipakai olehnya terlepas karena ulah tangannya. Menampilkan spaghetti tank top berwarna senada dengan kemejanya.

Deru napasnya yang berat dengan wajah yang memerah. Mata yang sayu juga bibir yang sedikit terbuka. Jejak air mata berbekas dan terlihat jelas dimatanya. Tatapan memohon diselingi oleh ketakutan mendalam. Mata Sasuke menggelap memandang Sakura dengan tatapan lapar miliknya.

Menulikan kedua telinganya dan mengabaikan permohonan Sakura yang meminta padanya untuk berhenti. Sasuke yang pada dasarnya manusia egois selalu mementingkan kepuasan diri sendiri.

Sakura harusnya sadar. Sedari awal, menyerahkan diri pada Sasuke sama halnya dengan melompat ke dalam jurang gelap berisikan seekor serigala jantan yang buas.

.

BAD

.

Sakura termenung terlalu lama. Memandang langit-langit yang suram dengan pikiran kosong. Ingatan juga sensasi yang membakar dirinya masih membekas jelas diingatannya. Tentang bagaimana kejamnya Sasuke dan juga sial yang menyertai nasibnya.

Dia sekarang tidak jauh beda dengan para jalang yang ia sering anggap sampah masyarakat. Mengumbar diri dan menjual tubuh pada pria tanpa ada pernikahan dan cinta. Sakura merasa tidak lagi berharga, kotor, dan juga-

-sangat menyesal.

Tubuhnya kini layaknya seonggok sampah yang secara kebetulan memiliki nyawa dan sempat memiliki harga diri walau sekarang telah mati secara tuntas. Tidak pernah terbersit didalam benaknya jika suatu hari dia akan menjadi salah satu wanita jalang penuh dosa selama ia memiliki harga diri yang tinggi. Tapi semua lenyap begitu saja, ditiup jauh dan menyisakan dirinya yang lemah tidak berdaya.

Sementara Sasuke tampak duduk tenang di sudut ranjang. Mengenakan kemeja putih dengan kancing yang terbuka seluruhnya dan menampilkan otot-otot yang terbentuk sempurna di dada dan perutnya. Pria itu hanya terlihat menghisap rokoknya dan sesekali membuat uap rokok melalui mulutnya.

Ujung rambutnya meneteskan titik-titik air yang jatuh menembus kain kemeja bagian bahu. Rambutnya belum sepenuhnya kering setelah beberapa waktu lalu ia mandi dan keramas.

Tatapan matanya tidak dapat terbaca. Onyx-nya tetap gelap, hitam sekelam langit malam. Ia menolehkan kepalanya dan melirik melalui sudut matanya. Menyadari mata Sakura telah terpejam menandakan gadis itu terlelap dalam mimpinya.

Perlahan ia mendekat padanya, memutuskan untuk mengusap lembut surai merah muda yang halus nan harum. Rambut yang entah sejak kapan menjadi pengunci matanya. Berpindah turun, jemari Sasuke membelai lembut kelopak mata Sakura yang terpejam. Kelopak mata yang bengkak dan sedikit kemerahan karena ulahnya.

Dapat ia rasakan sedikit pergerakan dari tubuh Sakura. Gadis itu belum sepenuhnya tertidur, tubuhnya menegang karena sentuhannya. Tanpa ingin berkata apapun lagi, Sasuke mengecup manis dahi Sakura. Sasuke melakukannya dengan durasi yang cukup lama dan dapat ia rasakan tubuh Sakura bergetar. Setitik air mata kembali mengalir di sudut mata gadis itu.

"Aku tahu kau belum tidur, Sa-ku-ra."

.

BAD

.

Sepasang mata hitam menatap remeh pada tumpukan kartu yang ada di atas meja. Sasuke menyeringai kala menyadari ia akan menuju kata menang. Lawan dihadapannya hanya diam atau yang menurutnya sedang berusaha menutupi kegelisahannya.

Kepulan asap rokok beredar di sekitarnya. Denting gelas whiskey memecah keheningan yang ada, ia meneguk cairan alkohol tersebut dalam sekali tegukan. Hanya satu langkah lagi sebelum mencapai kemenangan. Tinggal menunggu detik-detik dimana Zabuza menjatuhkan kartunya maka ia akan mencapai kemenangan.

"Ada apa denganmu hari ini, Uchiha? Ada yang menarik?" Tanya Zabuza dengan nada santai.

Sasuke mendengus pelan, "Seperti biasa. Tidak ada yang berubah."

Zabuza yang sedang menatapnya tersenyum tipis. Pria itu mengenal Sasuke lebih dari yang Sasuke tahu. "Tidak ada yang berubah, benarkah?"

Pria tua dengan tato melingkari lengan kanan berototnya kini turut serta menuangkan minuman berkadar alkohol ke dalam gelas kaca kosong yang tidak jauh tempatnya. Dia melirik Sasuke yang tampak lelah dan tergesa-gesa ingin mengakhiri permainan mereka. Secarik senyum misterius kembali terukir di bibirnya.

Mereka tidak sendiri, dua anak buahnya juga menemani dan ikut serta dalam permainan. Ada empat orang dalam permainan ini dan mereka bermain dengan formasi mengelilingi meja persegi yang digunakan untuk medan permainan.

"Santai saja, kau seperti tidak sabar untuk mengakhiri permainan ini. Ada apa?"

Sasuke kembali berdalih, "Tidak ada apapun yang terjadi."

"Baik." Zabuza meletakkan semua kartunya ke meja yang membuat kedua mata Sasuke sontak membola. Susunan kartu milik pria di depannya telah membuat ia memimpin permainan.

Kemenangan telak atas Zabuza, kekalahan cepat untuk Sasuke.

Alis pemuda Uchiha itu tertekuk tajam, ia tidak pernah memperkirakan kemungkinan menang lawannya. Yang ia tahu, selama ini ia selalu menang dan mendapatkan apapun yang ia inginkan. Zabuza telah mengganti taktik permainannya, dia telah tahu seluk-beluk cara Sasuke mengalahkannya.

Sasuke seharusnya tahu, Zabuza cepat sekali belajar.

"Ah, tidak terduga bukan, Sasuke?"

Ia terdiam. Sasuke tahu, dalam setiap permainan mereka akan ada hadiah untuk sang pemenang. Selama ini ia memimpin, tapi tidak untuk sekarang. Matanya terus memandang Zabuza dengan tatapan waspada.

Pria berusia kepala empat itu bangun dari kursinya. Melangkah menuju sebuah aquarium berisikan ikan-ikan hias mungil yang lucu dan berhiaskan beberapa aksen penghias dan juga lampu yang indah. Punggung telanjang Zabuza terekspose bebas tanpa adanya kain yang menyelimuti.

"Aku dengar kau punya sesuatu yang baru di dalam rumahmu. Apa itu Sasuke?"

'Sial, jangan katakan dia mengincar Sakura!'

"Jangan sentuh dia, Zabuza." Sasuke memberikan peringatan jelas melalui nada tajamnya.

Zabuza tertawa pelan. "Baiklah, mungkin tidak sekarang." Pria itu membalikkan tubuhnya menghadap Sasuke.

"Bagaimana jika aku inginkan kalung itu?" Pandangan Zabuza tertuju lurus pada kalung berlambangkan Uchiha yang dipakai Sasuke. Zabuza sadar jika sang pemilik tampak tidak setuju dengan hal yang ia katakan.

"Juga tidak mau, ya? Lalu aku harus mengambil apa darimu?" Sasuke terlihat berpikir keras. Ia mengerti bahwa Zabuza mengincar benda berharganya dan ia tidak akan semudah itu menyerahkan Sakura ataupun kalung klannya.

Zabuza tahu jika dia berasal dari kelurga yang kaya. Sedari dulu kalung ini selalu menyertainya, bahkan sejak ia ditemukan oleh seseorang sewaktu bayi. Ya, Sasuke adalah anak yang dibuang. Walau mengetahui hal tersebut, Sasuke tidak ingin pulang ke rumahnya meskipun keluarganya adalah orang yang kaya sekalipun.

Ia sudah terbiasa dengan semuanya. Hingga ia akhirnya berhasil kabur dari keluarga angkat yang merawatnya. Dan inilah Sasuke yang sekarang.

"Baiklah, hari ini aku tidak akan meminta apapun." Sasuke tertegun, ia melihat Zabuza dengan tatapan tidak menyangka. "Sebagai imbalannya, besok kembalilah kemari dan mari lihat siapa yang kalah diantara kita."

"Jika besok kau kalah, maka serahkan gadismu dan juga kalungmu, jika sebaliknya maka ambil yang kau mau dariku."

Sasuke tahu, besok bukanlah hari yang mudah untuknya.

.

BAD

.

Sepasang kelopak mata terbuka saat mendengar suara langkah kaki dari arah tangga. Sang pemilik iris klorofil bangun dari posisi tidurnya dan seketika mendapati Sasuke pulang dengan keadaan kacau. Rambut yang berantakan, tiga kancing teratas kemeja yang terlepas, juga wajah sayu dan langkah sempoyongan. Pria itu berjalan menuju sisi ranjang yang kosong dan menjatuhkan tubuhnya pada kasur empuk yang nyaman. Mengistirahatkan tubuhnya yang terasa tidak bertenaga.

"Sakura," si pemilik nama tersebut menjatuhkan tatapannya pada Sasuke. Pemuda itu sedang mabuk, kedua mata hitamnya nyaris tenggelam di telan kelopak matanya.

Dari sudut matanya, ia melirik satu buah botol whiskey yang berada di tangan pemuda berdarah dingin itu. Dapat ia tebak jika Sasuke telah meneguk banyak isinya dan secara sengaja membuat mabuk dirinya sendiri. Namun, Sakura jelas tahu Sasuke bukan tipe orang yang gemar meminum minuman alkohol hingga menjadi pemabuk berat dan terbaring tak sadarkan diri.

Botol yang telah kosong itu jatuh, benturan nyaring antara lantai semen dan kaca mengisi ruang hampa. Tapi ia tidak khawatir, botol itu terlihat menggelinding dan berhenti saat terantuk kaki ranjang. Sakura beralih kembali pada sosok Sasuke, pria itu kini telah sepenuhnya memejamkan kedua matanya. Wajahnya sedikit memerah, bibirnya sedikit terbuka, napasnya mulai berubah normal dan teratur.

Sakura meletakkan telapak tangannya pada dahi Sasuke setelah sebelumnya menyibak beberapa tangkai rambutnya. Sasuke sakit, suhu badannya naik. Tanpa sadar maupun menerima perintah, Sakura segera mencari kain dan baskom berisikan air untuk segera menurunkan demam Sasuke. Ia meletakkan wadah air yang ia dapat pada nakas lalu meletakkan kain yang sebelumnya telah ia basahi dan peras.

Sasuke mengerang samar dalam tidurnya. Ia bergerak gelisah, keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya. Tangannya gusar mencari benda untuk digenggamnya dan Sakura hanya memberikan telapak tangannya untuk dipegang erat oleh prianya. Sasuke masih tetap jadi prianya, walau setelah semua hal buruk yang telah ia berikan padanya.

Sakura tidak dapat memungkiri, ia masih mencintai Sasuke.

"Kenapa aku tidak bisa membencimu, Sasuke-kun?"

Gadis yang baru saja menjadi dewasa tersebut hanya bisa menahan tangisnya untuk tidak pecah. Kenangan manis lalu kontras dengan kebenaran yang ada. Hatinya hancur tapi cintanya tidak pernah luntur walau jiwanya bisa runtuh kapan saja .

"Aku benci diriku sendiri. Aku benci kenyataan bahwa aku tidak bisa membencimu."

.

BAD

.

Suara erangan tertahan muncul bersamaan dengan kedua manik hitam yang kembali terbit. Sasuke memegangi kepalanya yang terasa berat, ia merasakan adanya sebuah kain tepat di keningnya. Matanya melirik samping ranjang yang diisi oleh sosok wanita yang begitu dicintainya.

Cinta? Sasuke bahkan memaklumi jika Sakura tertawa saat mengetahui ia begitu mencintainya. Karena akan sulit untuk percaya lagi pada sosoknya yang sudah terlanjur brengsek dimatanya. Tidak ada pengakuan cinta yang selama ini dikatakan darinya untuk Sakura dan sekarang berlagak jahat adalah hal yang membuat luka.

Sakura terlihat damai saat tertidur. Wajah dengan mata terpejam menyiratkan rasa lelah yang teramat sangat. Guratan kasar dibawah area mata, bibir yang agak memucat, Sakura tampak mengerikan dimatanya. Jemarinya menyelami helai rambut Sakura yang kusut, memainkan anak rambut dan mencium ujung surainya yang harum.

"Kuharap kau tahu segalanya. Tapi tidak untuk sekarang."

.

BAD

.

Matanya mengerjap pelan. Ia bangun dari tidurnya saat mendengar suatu bunyi yang membuatnya terjaga. Dia menemukan Sasuke yang memunggunginya, dengan kemeja putih yang terbuka sempurna kancingnya. Saat ia duduk dan pria itu menoleh kearahnya. Hanya untuk sesaat sebelum Sasuke memutuskan kembali tatapan diantara mereka.

Sakura diam-diam merasa lega karena Sasuke telah sembuh. Setidaknya melihat Sasuke yang seperti ini lebih baik untuknya.

"Tidurlah lagi," ucap Sasuke.

"Tidak, aku tidak mengantuk." Sakura menjawabnya dengan singkat.

"Hn. Terserah."

Sasuke meletakkan pistolnya ke di atas sprei ranjang. Hal itu segera menarik rasa kejut dalam diri Sakura. Wanita itu masih belum terbiasa melihat Sasuke berinteraksi dengan senjata-senjata miliknya. Namun seolah tidak memperdulikan Sakura, pria itu tetap asik mengelap satu per satu benda kesayangannya tersebut.

"Sakura," si pemilik nama terjaga dari linas lamunannya, menatap pada punggung tegap tersebut dengan pandangan bertanya. Sasuke menoleh ke belakang, memandang Sakura yang masih terlihat kacau akibat terbangun.

"Kau lapar?"

Sakura tidak bisa memungkiri, ia lapar. Sangat lapar. Ia tidak ingat kapan terakhir kali ia makan dan perutnya membutuhkan sesuatu untuk mengisinya.

"Di lemari es."

"Eh? Iya?" Sakura tidak begitu yakin apa yang didengarnya sedetik lalu.

"Makanan. Jika kau mau makan. Aku tahu kau lapar." Sasuke meletakkan pistol hitam kesayangannya yang terlihat mengkilap. Ia melempar sapu tangan yang baru saja ia gunakan pada tumpukan pakaian kotor di keranjang.

Sakura masih terdiam di posisinya, mengamati pergerakan pria itu yang mulai mengancingkan kemejanya dan mengantongi pistolnya dalam saku. Ia menghisap putung rokoknya yang tersisa kecil lalu membuangnya ke tempat sampah yang tak jauh darinya.

Pria itu akan pergi. Lagi. Dengan membawa pistol yang merupakan senjata api. Dalam batinnya, ia merasakan kekhawatiran berlebih pada Sasuke.

Tap

Sakura tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan. Ia memilih untuk memegang erat pergelangan kiri Sasuke, membuat empunya melirik dengan mata tajamnya.

"Ada apa?" Sakura masih terdiam sejenak sebelum mengumpulkan suara. "Mau kemana?" Tanya Sakura dengan lirih.

"Pergi. Tidak ada urusannya denganmu," jawab Sasuke dengan sarkas.

"Ada, ada karena aku juga tinggal bersamamu sekarang." Mata klorofil itu berusaha membalas tatapan mata tajam milik Sasuke yang seakan siap membunuhnya dalam satu kedipan mata.

"Apa yang kau inginkan?"

"Jangan pergi. Setidaknya ajak aku bersamamu." Sasuke memandangnya remeh. "Kau yakin masih ingin keluar, setelah apa yang terjadi?" Sakura menelan ludahnya saat mendengar perkataan Sasuke.

Sasuke benar, ia bahkan sudah tidak pantas hidup.

Sakura melirik kearah senjata api berwarna hitam yang masih ada di saku belakang Sasuke, "Tapi haruskah kau membawa pistol?" Tanya Sakura.

Pria itu menepis tangan Sakura yang hendak meraih senjata api yang ia bawa. "Kau tahu? Kau terlalu mencampuri urusanku."

"Lebih baik kau urusi dirimu. Berharap aku tidak muak dan memutuskan untuk menarik pelatuk ini padamu," desis Sasuke.

Dan seketika Sakura diam. Membiarkan Sasuke dengan langkah beratnya, bergerak menjauh dari pandangannya dengan suara pintu tertutup di bagian akhir.

.

BAD

.

Sasuke kembali datang kemari. Tempat dimana ia harus mempertaruhkan apa yang dimilikinya. Ia benci hal ini, tapi ia merasa waspada akan setiap gerakan Zabuza. Terlebih karena Zabuza berhasil mengalahkannya dengan trik yang tidak bisa ia sangka.

Yang harus ia lakukan saat ini adalah tetap fokus dan tenang. Semakin ia gelisah, semakin ia tidak bisa berpikir jernih. Ia telah terperosok terlalu jauh, tidak ada jalan untuk kembali. Dan satu hal yang bisa ia lakukan adalah menemukan kemenangan agar bisa memutus alur permainan yang telah terjalin cukup lama.

"Sasuke, kulihat bahumu kaku sekali." Sasuke memandang dengan sorot mata yang kuat. Mencoba menyembunyikan rasa cemasnya. "Santai saja, kau tidak perlu terlalu tegang seperti ini," hibur Zabuza.

Zabuza tersenyum miring melihat wajah dingin Sasuke. "Atau, kau takut akan kekalahanmu?" Pertanyaan sekilas Zabuza membuatnya tertegun seperkian detik. Sasuke secara cepat memperbaiki mimik wajahnya yang sempat berubah, menggantinya kembali dengan wajah datar tanpa emosi.

"Seorang Uchiha tidak pernah merasa takut," balas Sasuke.

Zabuza tertawa. Mengisi keheningan ruangan dengan gelak tawa menakutkan miliknya. Sasuke memandangnya dengan alis tertekuk tajam.

"Lucu sekali. Setelah sekian lama kau tidak mengakui darah Uchiha-mu, kau berkata seperti itu." Sasuke mendecih tidak suka.

"Jadi, bagaimana jika dengan hadiahku?"

"Diamlah. Kau bahkan belum menang."

Zabuza tersenyum semakin lebar. "Oh, kau benar. Mari kita lihat siapa pemenangnya."

Barisan kartu Zabuza terbuka, menampilkan nilai kartu yang dibilang begitu besar. Sasuke terkejut bukan main kala melihatnya. Tidak, dia tidak boleh menang.

"Cukup bagus, menurutku. Bagaimana dengan kartumu, Sasuke?" Keringat dingin mengalir dari pelipisnya. Jika melihat keadaannya saat ini, ia telah kalah telak.

Pengawal Zabuza menatapnya dengan tajam. Sementara Zabuza memandangnya dengan wajah yang tersenyum licik. Ia terdesak, ia gagal lagi.

"Baik, aku paham. Tidak masalah jika kau ingin memiliki kalung itu, ambil saja. Aku cukup terharu saat kau mulai kembali mengakui siapa dirimu sebenarnya."

Tidak, jangan-jangan..

"Tapi aku benar-benar tertarik pada wanitamu itu atau sekarang bisa kukatakan, wanitaku?" Zabuza memasang tampang mengejeknya.

Dugaan Sasuke tidak meleset. Sudah ia duga bahwa Zabuza menginginkan Sakura. Tapi ia tidak ingin menyerahkannya. Pada siapapun. Berapapun nominal atau jumlah barang yang ditawarkan.

Sakura tetap miliknya. Sampai kapanpun.

Dengan gerakan cepat ia berdiri dan meraih pistolnya. Menodongkannya kearah Zabuza yang masih terduduk. Dua pengawal Zabuza juga turut bergerak, bersiap untuk menembak Sasuke dengan cepat.

Akan tetapi, tangan Zabuza terangkat untuk memerintahkan pengawalnya tetap diam. Sasuke semakin gelisah, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, semua terasa kacau dan rumit. Menambak Zabuza tidak akan menyelesaikan masalah, peluru dari dua pengawal Zabuza akan lebih cepat menembus dirinya sebelum pelurunya mencapai jantung Zabuza.

Ia benar-benar kalah telak.

Dan disaat inilah ia menyadari apa yang ia lakukan sedari awal adalah kesalahan. Kehancurannya adalah hasil dari yang ia lakukan. Sasuke salah memilih langkah hingga ia terjebak karena ulahnya sendiri.

Arah pistol itu mulai berubah.

Ah, seandainya aku tidak melakukan ini..

Zabuza tertegun melihat arah pistol yang mulai berbalik.

Kira-kira, apakah keluargaku baik-baik saja?

Pistol itu tertuju padanya.

Apa yang sedang dilakukan Sakura saat ini?

Ujung pistol itu telah sempurna menempel di pelipis kanannya.

Andai aku bisa mendapatkan Sakura dengan cara yang lebih indah..

Saat ia mulai memejamkan kedua matanya, Sasuke kembali mengingat rekam adegan manis yang pernah ia dan Sakura lakukan. Tentang semua kegiatan bersamanya yang membuat hati Sasuke menghangat. Bagaimana senyum yang selalu muncul untuknya.

Lalu beralih pada hari dimana semua berbalik drastis. Hari-hari dimana Sakura menangis. Mata yang ketakutan saat melihatnya. Tubuh lemah yang meringkuk di atas ranjang.

Arigato, Sakura.

Suara tembakan menggema hingga di seluruh penjuru ruangan. Yang terakhir ia ingat adalah senyum Sakura hingga ia benar-benar kehilangan kesadaran. Tenggelam dalam kegelapan yang abadi.

.

BAD

.

Sakura berdiri menghadap cermin besar di samping lemari. Menatap bayangan dirinya yang terpecah-pecah karena retakan pada permukaan cermin. Ia menghancurkan seluruh isi ruangan, membanting dan merobohkan seluruh benda yang ada. Meluapkan emosi yang ia pendam didalam dada.

Tapi itu tidak cukup. Masih ada yang tersisa.

Dengan tangan yang telah berlumur darah akibat tergores pecahan barang, ia mengangkat sebuah pisau tajam. Benda yang akan menembus dirinya sesaat lagi.

Tidak apa, semua akan baik-baik saja..

Perlahan ujung pisau mengarah pada dirinya. Tepat didepan dada kirinya.

Arigato, Sasuke-kun.

Hujaman kuat di jantungnya langsung membuat Sakura limbung. Jatuh kebelakang dengan posisi kedua tangan yang masih menggenggam pisau yang tertancap. Darah mengalir, membasahi baju warna putihnya.

Dalam detik kesadaran terakhirnya, Sakura menusuk jantungnya lebih dalam lalu memejamkan mata dengan dengan perlahan-lahan. Rasa kantuk membawanya pergi, tinggi ketempat yang disebut abadi.

.

BAD

.

Sasuke menatap sekeliling tempat dimana ia berada, lorong gelap nan sempit. Ia sedikit terkejut saat Sakura berada dihadapannya dengan wajah cantiknya yang tersenyum tipis. Badannya terlapis oleh gaun panjang berwarna hitam, selaras dengan warna celana dan kemejanya saat ini.

Tangan pucat Sakura terulur padanya dan dengan cepat ia membalasnya. Menggenggam tangan dinginnya dengan begitu erat.

Aku percayakan padamu, Sakura.

Sakura mengangguk pelan. Ia berbalik dan menuntun Sasuke yang ada dibelakangnya. Menuju tempat yang jauh, yang mereka berdua tidak ketahui ujungnya.

.

END

.


A/N:

Haloo, ada yang rindu saya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top