{ 02 }
Semua orang pasti menganggap [Name] itu anak yang aneh karna mau buang-buang waktu berteman dengan brandalan seperti Nakahara Chuuya yang setiap hari selalu bikin onar di sekolah, tapi pada dasarnya [Name] berteman dengan Chuuya adalah suatu ketidak sengajaan.
Tidak sengaja? Apa maksudnya tidak sengaja?
Mereka berteman bukan dengan alasan klise seperti tidak sengaja saling tabrak di lorong sekolah atau "hai siapa namamu? Boleh kenalan?" di hari pertama masuk di kelas yang baru karna mereka berada di kelas yang sama.
Nyatanya mereka justru berbeda sekolah.
Mau tahu alasannya mereka bisa kenal bagaimana?
Baiklah, mari kita menunggu hingga seorang Dazai Osamu datang menengahi cerita kali ini dan untuk saat ini kita seret alur cerita dimana seorang Nakahara Chuuya harus merelakan gadis kesayangannya untuk kedua kalinya.
Dimulai dengan satu kata.
Kecelakaan.
🍂🍁🍂
Pekerjaan kantor kepolisian hari itu benar-benar membuat Chuuya pening, pasalnya Chuuya sampai harus melewatkan jam makan siang karna tumpukan berkas yang menjulang tinggi di atas meja kerjanya.
Chuuya menyandarkan punggungnya yang pegal pada kursi kantornya sambil sedikit menghela nafas berat berharap berkas-berkas itu akan segera selesai dalam satu helaan nafas tapi Chuuya bukan tukang sihir.
Jadi, mau sebanyak apapun Chuuya menghela nafas semua berkas itu akan tetap di atas meja dan menjulang tinggi seperti menara Pisa.
Sejenak ponselnya berdering, dengan malas pria bersurai senja itu meraih ponselnya dan mengangkat telfon tersebut tanpa melihat nama pemanggilnya.
"Moshi-moshi"
"Chuuya-kun~!!"
Chuuya sedikit menjauhkan ponselnya karna telinganya langsung berdengung sesaat setelah gadis itu berteriak pada sambungan telfon mereka, Chuuya kembali menempelkan ponselnya pada telinga lalu mendengus.
"Cih, jangan teriak-teriak di sambungan telfon"
Gadis itu tertawa renyah dan itu sudah cukup membuat mood seorang Nakahara Chuuya membaik setelah sekian jam moodnya berantakan mengurus berkas kantor.
"Gomen gomen, nee Chuuya-kun apakah kau sudah makan siang?"
"Cih, kau menelfonku hanya untuk menanyakan hal itu?"
Gadis itu terkekeh.
"Aku sedang istirahat jadi aku ingin menelponmu, setidaknya bersikaplah lebih manis pada tunanganmu yang malang ini"
"Hah?! Kenapa kau tunangan yang malang?!"
"Sunggu malang nasibku, menjadi tunangan seorang tsundere yang hobi memakiku hiks"
"Cih aku tidak tsun!"
"Aree?? Tapi aku suka Chuuya-kun yang tsundere~"
Pipi Chuuya memanas, namun kemudian mendengus sedangkan [Name] masih gencar mengejeknya dengan sebutan tsundere, tak terasa 30 menit berlalu pertanda istirahat [Name] berakhir dan mau tidak mau mereka harus mengakhiri sambungan telfon mereka.
Begitu mematikan sambungan rasa rindu sudah menggelayuti Chuuya begitu saja, rasanya Chuuya ingin segera menyelesaikan tugasnya dan segera pulang menjemput gadis kesayangannya itu.
Harusnya begitu.
Tapi, sepertinya ada yang lebih dulu menjemput [Name] sebelum Chuuya sempat menjemputnya.
🍂🍁🍂
Dan disinilah Chuuya, duduk di kursi dekat ranjang rumah sakit sambil menggenggam erat tangan gadis kesayangannya.
Beberapa jam yang lalu [Name] mengalami kecelakaan fatal ketika naik Taxi untuk menyusul Chuuya ke kantornya dan sekarang [Name] di nyatakan kritis serta koma.
Chuuya menatap sendu wajah gadis yang biasanya selalu menunjukkan wajah ceria untuknya itu, tangannya terulur sedikit merapikan poni gadis itu.
"Bodoh, kau ini memang suka sekali membuatku cemas ya"Gerutu Chuuya menatap lekat-lekat wajah terlelap gadis itu.
Baru beberapa jam, tapi rasanya seperti ribuan tahun sejak terakhir Chuuya melihat wajah ceria gadis kesayangannya itu dan rasanya Chuuya sudah frustasi karna tak bisa lagi mendengar suara tawa renyah yang selalu jadi favorit Chuuya.
Chuuya mencium kening [Name] lama sekali berharap [Name] adalah putri salju yang akan segera terbangun hanya karna sebuah ciuman, konyol memang.
Tapi, Chuuya ingin gadis menyebalkan ini menjailinya seperti biasa bukan malah diam terlelap dengan tubuh penuh perban seperti ini.
Ini [Name] bukan Dazai Osamu, jadi Chuuya tidak rela melihat gadisnya terlihat seperti maniak bunuh diri itu.
Setelah mencium kening [Name] cukup lama, Chuuya menghela nafas berat lalu berbisik di telinga [Name].
"Bangun hime, aku merindukanmu jadi kembalilah padaku".
🍂🍁🧡 Next? 🧡🍁🍂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top