prolog
Avasa mengemasi seluruh barang-barangnya, tekadnya sudah bulat, dia akan memberontak kemudian membuktikan pada papanya kalau dia bukan lagi anak kecil, dia bisa hidup dengan jerih payah dan kerja kerasnya.
Dia sudah muak tinggal di rumahnya dan menyaksikan mamanya tersiksa juga papanya yang selalu bertingkah sesukanya.
Mamanya adalah wanita lemah yang tak pernah memiliki keberanian untuk meninggalkan bajingan seperti papanya. Avasa akan membuktikan bahwa dia bisa hidup sendiri, dia akan membuka mata mamanya kalau mereka akan baik-baik saja meski tak bergantung pada laki-laki seperti papanya.
Gadis itu menggeret kopernya keluar dari kamar.
"Avasa!!" Citra--mama Avasa--berjalan cepat mendekati anaknya itu.
"Ava mau pergi, Ava udah nggak sanggup tinggal di rumah ini!!" ujar Avasa, iya dia tidak sanggup menyaksikan mamanya hanya diam saat ditindas.
Bramono--papa Avasa--muncul.
Laki-laki paruh baya yang seharusnya menjadi cinta pertama Avasa itu tertawa. "Tau apa kamu soal kehidupan, memangnya kamu bisa hidup sendiri?" tanya Bram meremehkan, Avasa baru lulus sekolah, Bram menyuruhnya melanjutkan kuliah namun gadis itu menolah mentah-mentah, alasannya karena Avasa tak mau lagi memakan uang papanya.
Avasa balas tertawa meremehkan. "Paling nggak keluar dari rumah ini aku akan merasa menjadi manusia, aku bebas dengan hidupku, yang pasti aku nggak akan lagi ngelihat berapa bangsatnya Papa."
Avasa membenci papanya, dia benci karena papanya selalu membawa perempuan lain ke rumah mereka, dia benci karena papanya selalu menyakiti mamanya, dia benci karena keluarga mereka tak pernah terlihat seperti keluarga pada umumnya.
Mamanya selalu takut Avasa dan Cleo adiknya tak bisa sekolah, tak bisa makan, tak memiliki tempat tinggal hanya karena dirinya lulusan SMP dan tak pernah bekerja selama ini. Avasa sudah berusaha meyakinkannya kalau dia bisa bekerja mereka harus keluar dari rumah Bram, namun tetap saja Citra takut.
"Kamu hanya akan jadi sampah!" Bram mulai terpancing emosi.
"Sampah teriak sampah!!"
Bram mengangkat tangannya berniat menampar Avasa.
"Cukup Mas!!! Cukup kamu kasar sama aku aja, sama anak-anak jangan!!" Citra lantas menangis tersedu-sedu. Inilah yang Avasa sangat tidak suka, mamanya sangat lemah jadi wanita.
"Aku lebih baik keluar dari rumah daripada tinggal sama manusia nggak berotak kayak papa." Dan Avasa masih belum selesai dengan segala ungkapan hatinya.
"Hanya karena sudah lulus sekolah kamu pikir kamu tau apa?! Kamu pikir kamu bisa hidup tanpa saya?! Kamu pikir kamu hebat? Menyesal saya membelikan susu untukmu sewaktu bayi, dasar anak tak berguna!!"
Avasa terkekeh, sekali lagi gadis itu meremehkan.
"Dan asal anda tau penyesalan terbesar saya adalah terlahir menjadi anak anda."
"Mulai hari ini kamu bukan anak saya lagi!!! Jangan pernah kembali ke sini."
"Dan mulai hari ini juga anda bukan papa saya lagi!"
Avasa lantas melangkah meninggalkan kedua orang tuanya, meninggalkan rumah yang selama menjadi saksi segala luka yang Avasa terima. Begitu keluar dari pagar, gadis itu mengelap sudut matanya, dia tak sekuat itu untuk tetap tegar dengan segala yang sudah terjadi.
***
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Setelah berbagai pertimbangan aku memutuskan untuk menghapus cerita My Halal Badboy dan ganti ke cerita ini.
Aku bakal nulis cerita itu tapi nggak tau kapan.
Jadi cerita barunya yang ini aja ya.
Ini seru banget sih guys, aku bikin konsepnya aja udah kayak wah ini sih lain dari yang lain😁😁
Pokoknya kalian wajib banget baca ini dan simpen di library kalian.
Dan lagi cerita ini cukup berat buat aku karena ya sangat out of the box.
Pokoknya pantengin terus. Semoga suka ya😁😁
Jangan lupa vote & comment
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top