Spy on You
Setelah mengikuti mentoring selama kurang lebih satu bulan, akhirnya Miya dan Alucard diberangkatkan oleh pihak sekolah ke Gedung Pendidikan untuk mengikuti tahap pertama olimpiade matematika di sana, dengan didampingi Ibu Aurora.
Meskipun sempat tertinggal materi karena sakit, Miya tetap kukuh untuk ikut olimpiade, demi mengharumkan nama sekolahnya dan memperlebar peluangnya untuk mendapatkan tambahan prestasi.
“Ibu sarankan, agar kalian tetap tenang saat mengerjakan soal. Jangan terlalu terbebani dengan target juara bertahan untuk sekolah kita.” Nasihat Ibu Aurora ditengah perjalanan menuju Gedung Pendidikan. Beliau duduk di depan, menemani sang supir sekolah.
“Baik, bu. Sebisa mungkin, kami tidak mengecewakan sekolah.” Sahut Alucard yang duduk di jok belakang.
“Ohya, tadi pak Khufra berpesan kalau nanti sepulang dari sini, kalian diminta untuk kembali ke Sekolah. Ada hal yang ingin beliau bicarakan pada kalian.” Kata Ibu Aurora.
“Baik, bu.” Sahut keduanya berbarengan.
Sebuah pesan masuk ke handphone Alucard saat itu. Ia langsung membukanya.
Laylele
Heh pirang! Pokoknya, lo harus lakuin apa yang gue suruh kemaren!”
Alucad
Y
Laylele
Tapi inget, jangan sampe lo nyakitin Miya! Kalo lo nyakitin Miya, bogem gue siap menghantam lo!
Alucard tak membalas pesan itu lagi. Ia terlalu sibuk berpikir untuk dua hal yang kini membebani pikirannya, olimpiade dan cara untuk berdamai-lagi-dengan Miya.
Tak terasa, mereka sudah sampai di Gedung Pendidikan. Sudah banyak anak-anak SMA berbagai seragam yang berkumpul di lobi gedung.
Bu Aurora membiarkan Miya dan Alucard bercengkrama dengan perwakilan sekolah lain. Setidaknya, mereka akan dapat teman baru.
***
Layla, Freya, dan Zilong memasuki sebuah kafe yang cukup popular di kalangan anak muda di kota itu. Setelah memutuskan untuk bolos sekolah, mereka mengganti seragam dengan pakaian mejeng. Siapa lagi kalau bukan si Dora kuncir dua yang menghasut Freya dan Zilong untuk ikut bolos dengannya.
“Sebenernya, tujuan lo apa sih ngajak kita ke sini, Le? Gue seumur-umur baru loh bolos sekolah!” Ujar Freya merasa sedikit tidak nyaman.
“Kalian mau gue ajak lihat drama yang lebih seru dari film Argus Nightstalker!” Sahut Layla bersemangat.
“Maksud lo?” Tanya Zilong keheranan.
“Nanti juga kalian tahu.” Jawab Layla. “Mending, kita pesen cemilan dulu. Soalnya, dramanya gak lama lagi akan dimulai!” Kata Layla seraya mengacungkan tangan untuk memanggil pramusaji kafe itu.
***
Waktu mengerjakan soal tinggal sepuluh menit lagi. Seluruh peserta olimpiade sibuk mengecek kembali jawaban mereka. Begitu juga dengan dua wakil SMA Moniyan, yang sama-sama sedang memastikan jawaban mereka di tempat masing-masing.
Alucard membolak-balik lembar soal sambil memastikan jawaban di setiap nomor, sesuai dengan perhitungannya. Ia terpaku pada salah satu soal Integral. Miyalah yang menjelaskan tentang rumus itu ketika Alucard mengajak Miya main ke rumah.
Mata safir Alucard langsung tertuju pada sosok gadis bersurai silver yang duduk di bangku paling depan di jajaran samping kanannya. Gadis itu terlihat tenang, sambil membolak-balik lembar soalnya.
Ditempatnya, Miya melakukan hal yang sama, mengecek kembali jawaban-jawabannya. Dalam hati kecilnya, ia ingin menengok ke belakang. Namun, sang pengawas selalu mundar-mandir ke setiap deret bangku seraya mengecek keadaan bangku.
***
Tiga setengah jam berlalu begitu saja. Ratusan soal rumit matematika, selesai mereka kerjakan meski belum sempurna. Kini, para peserta olimpiade mulai berhamburan keluar Gedung Pendidikan, bersama pembimbing masing-masing.
Sayangnya, Miya dan Alucard harus rela ditinggal oleh bu Aurora yang terlihat sangat sibuk untuk mewakili suaminya di rapat dinas. Bu Aurora hanya berpesan pada kedua anak didiknya untuk segera kembali ke Sekolah, mengingat ini perintah dari kepala sekolah.
Mereka berjalan menuju halte di depan Gedung Pendidikan. Tak ada kata yang terlotar dari mulut keduanya.
Sejak kejadian malam itu, Miya tak pernah lagi berbicara dengan Alucard. Ia cukup sakit hati pada cowok pirang yang berdiri tak jauh di sampingnya itu.
Sebenarnya, Alucard sudah mencoba beberapa kali menghubungi Miya. Namun, Miya selalu mengabaikan pesan atau telepon dari Alucard.
Tak lama kemudian, sebuah mobil khas taksi online berhenti di depan mereka. Kaca depan kiri mobil itu terbuka. Sesosok supir berkumis dan berkupluk menengok dari dalam mobil.
“Dek Aluvard dan dek Miya?” Tanya sang supir.
Alucard menghampiri mobil itu agar ia bisa mendengar jelas perkataan supir itu. “Alucard?” Ia memastikan, karena supir itu salah menyebutkan namanya tadi.
Supir itu kembali mengecek handphonenya. “Maaf, dek. Maksud saya Alucard dan Miya? Tujuannya SMA Moniyan.”
“Benar, itu kami. Tapi saya belum pesen taksi online, pak.” Kata Alucard. “Miy, lo pesen taksi online?” Tanya Alucard menengok ke Miya yang masih berdiri di area halte.
Miya hanya menggeleng sebagai jawaban.
“Ibu Aurora tadi sudah memesankan taksi online untuk murid-muridnya.” Jelas sang supir.
Alucard kembali menengok ke arah Miya. “Dari bu Aurora.” Infonya pada gadis itu. “Ayo!”
Miya melangkah sambil masuk ke jok belakang, tanpa melontarkan sepatah katapun.
Alucard membuka pintu penumpang depan. Ia keheranan saat melihat jok depan dalam kondisi terlipat.
“Maaf, dek. Tadi penumpang sebelumnya bawa kucing, gak sengaja pipis di sini.” Jelas sang supir membuat sudut hidung Alucard terangkat, jijik.
Cowok itu kembali menutup pintu depan dan terpaksa duduk di jok belakang. Tak lama kemudian, mobil itupun melaju.
‘Target masuk!’ bisik sang supir pada earphone yang terpasang di telinganya.
.
Sementara itu di kafe, Layla yang baru menyeruput milkshakenya langsung heboh sendiri saat mendapat notifikasi di tabnya.
“Guys, dramanya udah di mulai!” Sahut Layla seraya menyalakan tabnya. Pandangan Zilong dan Freya terpusat pada tab Layla yang mulai menampilkan sebuah video live.
Mata Zilong dan Freya sama-sama terbelalak.
“Gila! Kok lo bisa ngintai mereka, sih?” Tanya Freya yang keheranan, melihat Alucard dan Miya duduk berdampingan di jok belakang mobil, meski masih dengan jarak.
Karena jok depannya terlipat sempurna serta penempatan kamera yang tepat, mereka bertiga bisa dengan jelas melihat Miya dan Alucard di sana. Sayangnya, apa yang keduanya bicarakan, masih terdengar samar oleh Layla, Freya, dan Zilong.
“Gue gitu lho! Si ratu kepo SMA Moniyan!” Kata Layla membanggakan diri.
“Alucard tahu kalo lo ngintai mereka dengan cara ini?” Tanya Zilong.
“Enggak, lah. Kalo gue ngomong, dia gak bakalan setuju sama rencana gue.” Sahut Layla. “Beb, kamu bisa gedein suaranya lagi gak?” Tanya Layla pada Clint lewat sambungan telepon yang lain.
Kembali ke dalam mobil yang membawa Miya dan Alucard.
Tak ada suara yang tercipta dari dua insan yang duduk di bangku belakang mobil itu, meskipun sudah hampir sepuluh menit mereka bersama.
“Gimana tadi ngerjain soalnya?” Tanya Alucard basa-basi.
Miya menoleh sebentar, lalu kembali memperhatikan gedung-gedung bertingkat dari jendela mobil. “Seperti biasa, meskipun gak semua soal bisa gue jawab.” Jawab Miya datar tanpa menengok Alucard sedikitpun.
Miya masih sakit hati atas kejadian malam itu. Meskipun hanya lewat telepon, tapi itu sangat mempengaruhi perasaan Miya yang saat itu sudah kembali menaruh harapan pada Alucard.
“Miy, gue mau minta maaf.” Katanya langsung tanpa basa-basi.
“Maaf buat apa?” Nada bicara Miya masih terdengar cuek.
“Soal malem itu yang lo telepon dan diangkat oleh Lunox.”
“Oh, soal itu. Lupain aja!” Kata Miya singkat nan cuek. Ia sama sekali tidak menoleh sedikitpun pada Alucard. “Bukan salah lo juga.”
“Gimana mau gue lupain gitu aja? Gara-gara itu, lo diemin gue lagi.”
“Terus gue harus gimana?” Tanya Miya. “Gue sadar kok, gue yang terlalu berlebihan. Gue yang terlalu berharap.” Ungkap Miya kembali memperhatikan jajaran gedung bertingkat di sepanjang jalan yang dilaluinya.
Alucard diam sejenak. Ia teringat perkataan Lesley saat di rumah sakit waktu itu.
Flashback
Saat itu, Gusion masih diselimuti amarah ketika Miya baru masuk rumah sakit. Alucard yang baru keluar dari ruang rawat Miya, dipanggil Gusion.
“Gue gak habis pikir, lo akan ngulangi kesalahan yang sama ke Miya!” Sahut Gusion dengan nada yang semakin meninggi.
“Lo baru aja bikin dia seneng. Jagain dia seharian, nemenin dia selama gue pergi kerja. Tapi malemnya, lo bikin hati Miya hancur begitu aja? Maksud lo apa? Lo mau jatohin adik gue pelan-pelan?!” Tuduh Gusion dengan tampang bringasnya.
Alucard terdiam. Ia merasa ini bukan saatnya untuk menjelaskan semuanya pada Gusion. Perasaan Gusion sedang kacau saat ini, amarahnya belum juga mereda. Jadi lebih baik, Alucard membiarkan Gusion memarahinya habis-habisan untuk menghindari pemikiran negatif lain yang akan muncul di otak Gusion.
“Gusion, sebaiknya kamu tenangkan dulu pikiran kamu.” Kata Lesley lembut seraya terus merangkul bahu Gusion. “Biar aku yang bicara sama Alucard.” Lanjut Lesley penuh pengertian.
Gusion meninju udara seraya melepas kekesalannya. Ia berbalik badan membelakangi Alucard dan mulai memijit pelipisnya.
Saat itu, Lesley menarik Alucard menjauh dari Gusion dan mengajaknya untuk bicara empat mata.
“Lo tahu, malam ini mereka berdua terpukul banget!” Kata Lesley setelah memastikan Gusion tak mendengar percakapan mereka berdua.
“Maksud lo?” Alucard tak mengerti.
“Orang tua mereka datang ke apartemen. Mereka membentak Gusion habis-habisan karena dia nekat bertahan sama gue. Bahkan, ayah mereka tega memukul Gusion. Lo liat kan muka dia penuh memar?” Kata Lesley panjang lebar.
Alucard menyadari ada beberapa spot memar di wajah Gusion saat itu.
“Miya nelepon gue dan bilang dia ketakutan atas pertengkaran Gusion dan orang tua mereka.” Lanjut Lesley.
“Apa karena itu juga dia nelepon gue?” Alucard mulai menebak-nebak alasan Miya meneleponnya malam itu.
“Ya, karena dia butuh dukungan dari orang-orang terdekatnya. Dan itu berarti, lo udah jadi orang yang penting di hidupnya saat ini.” Kata Lesley. “Tapi kenapa bisa temen cewek lo yang ngangkat telepon itu?”
“Gue gak tahu, Ley. Gue lagi ganti baju di toilet GOR sehabis latihan. Gue juga gak tahu kenapa Lunox bisa ngangkat telepon dari Miya.” Kata Alucard menjelaskan alasan yang sebenarnya. “Tiba-tiba Lunox lempar hape ke gue dan marah-marah gak jelas soal Miya. Gue udah peringatin dia, tapi dia langsung histeris.” Lanjut Alucard.
“Lo udah ceritain soal cewek itu ke Miya?”
“Gue gak pernah nemu waktu yang tepat buat ngobrolin soal Lunox sama Miya.”
“Sebaiknya, lo secepatnya harus lurusin masalah ini. Gue lihat, lo masih sayang banget sama Miya.” Kata Lesley penuh perhatian.
Alucard hanya mengangguk.
“Lebih baik sekarang lo pulang. Gue gak mau lo sama Gusion bertengkar di sini.” Pinta Lesley.
Tak ada pilihan lain untuk Alucard selain menuruti perintah Lesley. Ia pamit dengan lesu pada guru Matematikanya itu.
Flashback off.
Miya mencerna cerita dari Alucard barusan. Cowok itu sudah tahu dari Lesley tentang kejadian malam itu.
“Kita gak pernah nemu waktu yang pas buat ngobrolin soal Lunox. Gue harap, lo mau dengerin penjelasan gue saat ini.” Harap Alucard.
Miya belum mengalihkan perhatiannya dari jendela mobil.
“Saat itu, Sensei Chou ngenalin Lunox ke gue. Gak tahu kenapa, Lunox seakan-akan udah ngenalin gue. Dia langsung meluk gue sambil menyebut nama Dante.” Alucard mulai berkisah tentang Lunox.
Awal cerita Alucard mulai menarik perhatian Miya. Gadis itu akhirnya melirik sedikit ke arah cowok pirang itu.
“Gue gak tahu alasannya apa. Sensei Chou juga belum cerita banyak ke gue. Dia cuma minta tolong ke gue buat gue berpura-pura jadi Dante di depan Lunox.” Lanjut Alucard.
Miya masih terdiam saat Alucard mengakhiri ceritanya. Ada beberapa pertanyaan yang tiba-tiba muncul di otaknya.
“Kenapa lo gak tanyain alesannya ke Sensei Chou?” Tanya Miya mulai merespon cerita Alucard.
“Karena setiap gue nanyain hal ini ke Sensei Chou, dia selalu ngelak dan ngalihin topik pembicaraan.” Jawab Alucard.
“Itu cuma alasan lo doang kan?” Miya curiga.
“Kalo ini cuma alasan gue, buat apa gue berusaha damai sama lo? Buat apa gue berusaha buat jelasin ini semua sama lo?”
Miya enggan untuk membalas perkataan Alucard. Terlalu banyak hal yang dipikirkan Miya saat ini.
“Kalo lo mau bukti, gue bisa bawa lo ke depan Lunox. Kita jelasin semuanya di sana.” Ajak Alucard meskipun tak ada jawaban apapun dari mulut Miya. “Gue juga udah capek berperan jadi orang lain di depan Lunox!” Kata Alucard mengungkapkan unek-unek di hatinya.
Mereka terdiam untuk beberapa saat. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing.
.
Di kafe,
Ketiga ‘pengintai’ itu masih Asyik menonton ‘drama’ yang ada di layar tab Layla. Kini, suara tokoh utama dalam drama itu sudah terdengar lebih jelas.
“Pasti pas masih pacaran, mereka romantis kayak gitu ya?” Kata Freya seraya melihat takjub pada pasangan tokoh utama dalam ‘drama’ abal-abal itu.
“Kayaknya.” Sahut Layla singkat. “Sayangnya, kita gak tahu kalau mereka pernah pacaran.” Lanjutnya sedikit kecewa.
Zilong masih sibuk berkutat dengan layar handphonenya, membuat Freya curiga pada cowoknya itu.
“Kamu lagi apa sih, beb?” Tanya Freya penasaran. Ia menengok ke layar handphone Zilong.
“Lagi nyari tahu, gimana sih tampang si Dante yang tadi disebutin Alucard.” Jawab Zilong yang masih mengutak-atik kata pencarian di mesin telusur.
Beberapa detik kemudian, Zilong menemukan sebuah fanspage dengan tidak terlalu banyak like, saat ia mencari dengan kata kunci Aluna Shizuka Dante. Ia membuka fanspage itu dan menemukan foto di sana.
“Guys!” Seru Zilong seraya emperbesar foto yang ditemukannya. “Dia mirip banget Alucard!”
Layla langsung mengambil alih handphone Zilong sebelum Freya sempat melihat foto itu. Ia menyenderkan tabnya ke jejeran botol bumbu sehingga mereka masih bisa memantau kondisi dalam mobil.
Layla terkesiap seraya menutup mulutnya. “Ini, Alucard handsome version!” Sahut Layla diikuti Freya yang ikut terkesiap.
“Ganteng mode on!” Timpal Freya saat melihat cowok mirip Alucard, namun bersurai putih.
Zilong mendelik saat mendengar Freya memuji cowok itu. Namun, Freya tak begitu peduli dengan ekspresi Zilong itu. Ia terlalu sibuk berspekulasi bersama sahabat keponya.
“Kalian kok ada di sini?” Suara seorang cewek memotong diskusi dua sahabat itu. Zilong malah sudah melotot. “Kalian bolos?” Lanjut cewek bersurai maroon itu.
Sejak kapan Lesley ada di belakang kursi mereka? Kalau Lesley ada di sini, berarti....
“Beb,” Sahut suara cowok yang berhenti di dekat Lesley. Ia membawa beberapa belanjaan di tangan kanannya. Gusion lalu memperhatikan ketiga anak SMA yang sedang membolos itu secara bergantian. “Kalian kenapa?” Tanyanya karena merasa heran dengan tatapan terkejut mereka.
Sementara itu di dalam mobil, Miya dan Alucard kembali berbicang.
“Terus kenapa lo baru cerita sekarang?!” Sahut Miya saat Alucard mengakhiri ceritanya.
Ternyata, cowok itu tetap gigih untuk menjelaskan keadaan sebenarnya pada Miya
“Lo inget kan? Dulu gue udah mau jelasin sama lo, tapi lo gak mau denger. Lo selalu nyela penjelasan dari gue.” Akhirnya cowok pirang itu membela diri.
“Tapi dulu, dia langsung nyamperin lo. Manggil lo ‘Ay’. Gimana gak...” Sahut Miya namun tidak melanjutkan kalimatnya.
“Itu karena kita gak pernah punya waktu buat ngomong serius.” Kata Alucard kemudian.
Satu langkah selanjutnya, Alucard memutar duduknya ke arah Miya meskipun gadis itu enggan menatapnya.
“Miy, gue bener-bener mau mengakhiri pertengkaran kita.” Kata Alucard lembut. “Cuma lo yang ada di hati gue.” Ungkap cowok pirang itu.
Miya mulai meneteskan airmata saat mendengar kalimat itu dari mulut mantan pacarnya. Ia segera menghapus air mata yang keluar agar ia tidak dianggap cengeng oleh Alucard.
“Gue akan buktiin ucapan gue.” Kata Alucard seraya memegang tangan Miya.
Gadis itu akhirnya menoleh ke arah Alucard. Ia mendapati wajah serius dengan mata safir yang menatapnya tajam. Sampai saat ini, salah satu alasan luluhnya hati Miya adalah tatapan tajam mata safir milik pemuda pirang itu.
Miya semakin terisak saat mata hazelnya bertatapan dengan Alucard hingga akhirnya tangis Miya pun tumpah saat itu.
Alucard langsung merangkul kepala Miya dan meletakkan kepala Miya di bahunya. Tangan kanannya mengusap lembut rambut silver panjang dikuncir itu. Ia membiarkan air mata gadis yang dicintainya membasahi kemeja seragam sekolahnya.
.
Di kafe,
Gusion penasaran dengan video yang terpampang di layar tab di depan ketiga bocah SMA itu. Ia semakin memokuskan pandangannya ke arah tab itu.
Ketiga bocah SMA yang membolos itu langsung khawatir dan ketakutan di tempatnya.
Kondisi yang kurang tepat! Apalagi saat itu mereka melihat wajah Alucard dan Miya semakin mendekat. Gusion melotot melihat itu.
“Woy adik gue mau lo apain?!” Serunya keras membuatnya menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung di sana.
Ketiga bocah SMA itu merutuki dirinya masing-masing yang kurang pandai membaca situasi.
.
Kerasnya suara Gusion, membuat sang pengemudi langsung melepas earphonenya secara tiba-tiba. Tidak mau telinganya pecah akibat suara mengerikan itu.
“Pirang! Lo jangan macem-macem sama adik gue!”
Kaki sang pengemudi juga langsung menginjak rem setelah mendengar suara menggelegar itu. Ia baru sadar, kalau sebelah earphonenya masih terpasang di telinga.
Aksi rem mendadak itu membuat Miya dan Alucard terhenyak ke depan.
“Awas lo, pirang! Gue nyamperin lo abis ini!”
Samar-samar Miya mendengar suara yang mirip Gusion. Tapi, suara itu terdengar begitu jauh? Lalu kenapa bisa ada suara Gusion di sini?
Ia mendapati sesuatu yang terjatuh dari dashboard mobil. Miya langsung mengambilnya dan ternyata sebuah kamera. Miya langsung memperhatikan sang pengemudi mobil yang terlihat gugup.
Miya langsung memasang mata curiga. Ia membuka kupluk dan kumis palsu pengemudi itu.
“Clint!” Seru Miya, mengenali wajah pacar Layla itu. “Ini.....” Miya juga mendapati sebuah handphone yang terhubung dengan earphone. Miya terkejut melihat layar handphone itu yang menampilkan sosok tiga sahabatnya, ditambah Lesley yang terkejut serta Gusion yang melotot tajam.
Layla, Freya, dan Zilong sudah tidak bisa berkutik ditempatnya. Freya menutupi wajahnya dengan tangan, sementara Layla menutupi wajahnya dengan rambutnya.
Miya terlihat geram. Alucard bengong ditempatnya. Hal ini tidak ada dalam sekenario rencana Layla sebelumnya.
Bersambung...
Semoga pembaca pada ngerti jalan cerita di part ini, soalnya aku gunta-ganti tempatnya seenak jidat hehehe...😆
Author tetap menerima komentar dan masukan buat cerita ini.
Jangan lupa tap icon bintangnya 😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top