Red Rose

Sepasang kaki jenjang bersepatu hitam, memasuki Aula SMA Moniyan yang siang ini akan digunakan tempat acara pentas seni berlangsung.

Sesosok gadis berponi samping pemilik kaki jenjang tersebut makin memasuki area Aula tempat dimana berdirinya panggung. Sepi, belum ada orang lain yang ditemuinya selain Pak Mino, satpam sekolah yang sedang menikmati kopi paginya di pos satpam.

Ya, jam masih menunjukkan pukul 06.04 ketika Miya sampai di Aula. Sengaja ia datang lebih pagi untuk mengecek pesiapan panggung untuk acara yang akan dimulai jam 10 siang nanti.

Miya rela melawan dinginnya pagi untuk berangkat lebih awal, mengingat semalam ia melihat status whatsapp salah satu divisi perlengkapan bekerja ekstra hingga tengah malam. Ia yakin, tim divisi perlengkapan menginap di sini tadi malam.

Gadis berambut silver panjang itu melangkah ke belakang panggung. Tangannya disembunyikan di kedua saku jaket abu-abu nya untuk meredam udara dingin yang masih terasa di tubuhnya.

Tak ada seorangpun yang ia temui di belakang panggung. Pikirannya langsung menuju ke arah ruang peralatan.

Benar saja, ada beberapa orang yang tidur di sana dengan posisi yang tak beraturan. Ruang sekitar 3x3 meter itu diisi sekitar 11 orang yang merupakan tim divisi perlengkapan. Sebenarnya masih banyak anggota divisi perlengkapan. Mungkin mereka sudah bangun atau pulang ke rumah untuk membersihkan diri.

Miya tertawa kecil melihat tim yang semalam bekerja ekstra itu tertidur dengan ekspresi yang berbeda-beda. "Kasian." Desahnya sambil menggelengkan kepala.

Mata hazel Miya terpaku pada seseorang berambut pirang yang tidur menyender di tembok. Mulut cowok itu sedikit terbuka. Di pahanya, terdapat kepala si gondrong keriting yang masih terlelap.

Gadis itu memikirkan sesuatu. Sepertinya ia mendapat ide yang bagus. Ia bergegas mengambil ponselnya dan mengetikkan sebuah pesan sambil berlalu meninggalkan pintu ruang peralatan.

Tepat di depan panggung, sebuah panggilan masuk diterima Miya di ponselnya.

"Iya, Claude. Gue udah nyampe. Panggung sama area penonton udah ready 100%." Info Miya pada sang ketua OSIS

"....."

"Oke, ntar gue kirim fotonya ke lo." Pungkas Miya, obrolan dalam telepon itu berakhir.

Miya mengambil angle tengah untuk mengambil foto panggung untuk di kirim ke Claude. Setelahnya, ia keluar dari aula.

***

"ANJRITT!! Udah jam 7 woy bangun!!" Seru si gondrong keriting bernama Lancelot ketika ia menerima pesan suara dari kekasihnya. Ia panik melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan angka 07.02. Sontak ia terbangun dan melompat untuk membangunkan beberapa temannya yang sulit bangun.

Alucard menjadi korban pertama yang telinganya hampir pecah mendengar suara Lancelot. Bagaimana tidak, si gondrong keriting itu tidur di pahanya. Akibatnya, kini kakinya kram!

"Udah beres ini kan? Tinggal divisi acara itu mah. Kita lanjut tidur aja!" Keluh Aldous yang masih bersembunyi di balik jaket dan sarungnya. Hingga saat ini, hanya dia yang belum membuka mata.

Indera penciuman Akai mungkin paling peka diantara semua makhluk yang ada di ruangan itu, menangkap sesuatu yang menarik. Ia mengendus bau makanan yang lewat di depan hidungnya. Ia langsung mencari sumber bau nikmat yang membuat perutnya demo pagi ini. Mata lebarnya menemukan tumpukan hartakarun di sudut ruangan.

"Makanan!" Serunya lalu menyambar plastik berisi tumpukan sterofoam putih. Sontak orang yang berada di ruangan itu menoleh padanya.

"Yaampun romantis banget sampe ada note-nya segala." Kata Akai mencabut note dari plastiknya. Note itu direbut Zilong.

"Sarapan dulu ya kalian!! Thanks udah bekerja ekstra!!" Seru Zilong sambil membaca tulisan itu. "Kayaknya gue kenal nih tulisan siapa." Lanjutnya sambil mengibaskan note itu ke wajahnya.

Akai membuka plastik itu dan mendistribusikan isinya ke seluruh penghuni ruangan ini.

Yang lain juga sudah hafal, siapa yang suka membuat note. Siapa lagi kalau bukan Miya, si bendahara OSIS. Cewek cantik itu memang selalu perhatian pada siapapun, tak terkecuali tim kerja dan teman-temannya.

"Miya, Miya. Dia tuh udah kayak cewek kita semua! Perhatian banget gila!" Seru Martis sambil menggeleng.

"Beruntung banget ya cowoknya." Timpal Aldous yang akhirnya mengakhiri perjalanannya di dunia mimpi.

"Jomblo dia guys!" Info Lancelot.

"Serius lo?!" Martis antusias.

"Abangnya galak! Mana ada yang berani." Jelas Lancelot.

"Gampang abangnya sih. Sogok aja pake martabak!" Sambar Martis.

"Napa lo, Tis? Antusias banget." Kata Zilong yang sudah membuka jatah makanannya. Bubur ayam menjadi menu sarapan mereka pagi ini.

Martis tak sadar kalau ada sepasang mata yang menatapnya tajam dari tadi. Mata safir milik Alucard terus menatap tajam ke arah Martis. Alucard juga tidak tahu kenapa ia melakukannya, padahal ia sudah mencoba untuk tidak peduli.

Rasa panas di dadanya semakin terasa membakar. Alucard berusaha terlihat biasa saja. Ia bangkit dan mengundang tatapan beberapa orang di ruangan itu. "Gue mandi dulu. Gerah!" Kata Alucard berderap keluar ruangan.

***

"Astaga! Gue lupa bawa seragam hari sabtu!" Seru Alucard yang kemarin kurang prepare sehingga melupakan sergamnya.

Ia buru-buru mengecek ponselnya. Sudah jam 07.33, sudah pasti ia tak sempat pulang ke rumah mengingat jarak rumahnya yang lumayan jauh.

Cowok itu tidak akan terlu panik jika seragam itu tidak akan dipakai untuk acara paduan suara pembukaan acara. Apalagi jam 9 ini akan ada gladibersih terakhir paduan suara.

Ia tak mungkin menyuruh adik kembarnya, Harith atau Nana untuk mengantarkan seragamnya, karena arah sekolah mereka berlawanan. Apalagi sudah hampir jam 8. Kedua adik kembarnya itu pasti sudah dalam perjalanan menuju sekolahnya.

Alucard kembali ke ruangan peralatan tempat ia dan teman-temannya berkumpul.

"Nah itu anaknya. Woii!!" Seru Aldous menyambut kedatangan Alucard. Ada pak Mino disana.

"Dek Alu. Tadi ada ojek online yang nganterin ini." Pak Mino menyerahkan totebag cream yang tadi dibawanya.

Alucard menerimanya. "Makasih, pak." Kata Alucard sambil mengintip isi totebag itu. "Seragam gue!" Serunya kegirangan.

"Saya pamit ke pos lagi ya, Dek." Pamit pak Mino sambil melangkah meninggalkan mereka.

"Makasih banyak pak." Kata Alucard. Tak lama kemudian handphone di saku celananya berdering. Sebuah panggilan masuk dari salah satu adik kembarnya.

"Kak, seragamnya udah nyampe belum?" Tanya suara manis milik Nana di sebrang sambungan telepon sana."

"Udah, Na. Makasih ya. Lo tau sih seragam kakak ketinggalan?" Tanya Alucard.

"Karena gue adik yang perhatian dan pengertian." Pungkas suara manis itu disusul suara telepon terputus.

Alucard sempat gemas mendengar jawaban dari sang adik. Terdengar manis namun menyebalkan. Tapi ia bersyukur, seragam itu sudah ada di tangannya. Ia tak perlu kena marah Ibu Pharsa, mentor paduan suaranya.

***

Kursi penonton sudah mulai terisi penuh. Di jajaran depan diisi oleh guru dan staff sekolah, beberapa baris kebelakangnya di khususkan untuk anak-anak baru dan sisanya untuk siswa kelas 2 atau 3 yang mau menyaksikan acara.

Permainan keyboard Ibu Pharsa membuka acara pentas seni ini. Disusul oleh paduan suara yang juga diiringi musik darinya.

Yang di sibukkan sekarang adalah divisi acara dan dokumentasi. Kali ini, MC yang dipercaya menimpin acara adalah Freya dan Valir. Mengingat Freya sangat cerewet dan Valir memiliki suara yang khas bak penyiar radio.

Beberapa anggota OSIS yang tidak sibuk, menonton dari pinggir panggung. Percuma jika mereka menonton dari depan. Penglihatannya terganggu akibat para 'fotografer ponsel' dadakan bermunculan di area kursi belakang.

Anggota OSIS yang menganggur, direcoki oleh Silvanna dan Granger yang menjadi petugas dokumentasi saat itu. Keduanya sibuk menangkap moment-moment absurd anak-anak OSIS disitu. Ada yang merasa risih, ada yang malah eksis seperti Layla. Ia malah senang ketika Granger mengambil fotonya. Di sebelahnya ada Miya yang juga ikut berpose.

"Kayaknya, udah banyak yanh nunggu penampilan selanjutnya nih." Seru Freya yang menjadi pemandu acara itu.

"Langsung aja, Dyrroth and Friends dari gugus 7!" Sambung Valir. Tak lama kemudian seluruh penghuni aula terkecuali para guru dan staff sekolah, teriak menyambut band yang akan tampil itu.

Layla yang mendengar nama Dyrroth langsung girang di tempatnya. Ia sangat antusias untuk menyaksikan dede gemes nya itu.

"Dyrroth, Miy. Ayo!" Ajak Layla langsung menarik Miya ke depan panggung tanpa persetujuan. Miya terhunyung kedepan.

Layla langsung berjingkrak melihat Dyrroth yang berdiri di paling depan sebagai vokalis.

Band Dyrroth menyanyikan lagu pertamanya yang berjudul Numb - Linkin Park.

Sontak tak sedikit gadis yang menjerit mendengar suara Dyrroth yang terbilang lembut. Apalagi ketika lagu memasuki bagian reff, banyak yang melompat mengikuti musik itu. Layla ikut berjingkrak bersama irama lagu.

Ketika lagu berakhir, penonton bersorak meminta lagu tambahan. Dyrroth dan band-nya sudah menyiapkan lagu kedua. Kali ini lagu yang dibawakan lebih slow dan membuat baper.

"Lagu kedua, kita mau bikin temen-temen dan kakak-kakak kelas tercinta pada baper." Ucap Dyrroth di depan standing mic membuat semuanya bersorak. "Lifehouse - You and Me." Lanjutnya.

Semuanya bersorak ketika mendengar permainan dari sang guitarist yang begitu baik.

Semua terenyuh dan tenggelam dalam melodi lagu yang begitu indah.

Secara mengejutkan, Dyrroth turun dari panggung ketika memasuki reff lagu yang terakhir.

"Cause it's you and me
And all of the people with nothing to do
Nothing to lose
And it's you and me
And all of the people and I don't know why
I cann't keep my eyes off of you...

Lirik lagu tersebut dinyanyikan oleh Dyrroth tepat di depan Miya sambil menyerahkan setangkai mawar merah pada Miya yang sebelumnya disimpannya di saku belakang celana Dyrroth.

Sontak semuanya merasa baper tingkat dewa melihat adegan itu. Mau cemburu juga kayak yang gak bisa.

Dyrroth kembali ke panggung untuk menyelesaikan lagunya setelah Miya menerima bunga itu.

Para penonton bertepuk tangan ketika lagu berakhir. Perasaan mereka campur aduk, antara baper, senang atau bahkan ada yang cemburi melihat adegan sinetron yang mereka saksikan di luar layar kaca.

"Buat kak Miya, you're my favourite senior!" Seru Dyrroth sebelum berpamitan meng akhiri aksi panggungnya.

Layla meleleh di sebelah Miya, "Aduh, Miy. Gue gak kuat!" Kata Layla lebay dan berakting seolah ingin pingsan, membuat Miya segera menyikut Miya.

***

Di ruang peralatan belakang panggung, seorang cowok duduk menyender ke tembok seorang diri. Ditengah semuanya tengah bergembira di depan panggung, cowok berambut pirang itu malah terlihat galau.

Mood Alucard hancur ketika Dyrroth memberikan mawar merah untuk mantan kekasihnya. Parahnya, Miya menerima mawar itu.

Tak perlu pikir panjang, Alucard segera mengambil ponsel dan mengetikkan sebuah pesan whatsapp.

You
Kita perlu ngobrol, bisa?

Tak perlu berpikir banyak, Alucard langsung menekan tombol kirim.

Beberapa menit kemudian, terdengar bunyi notifikasi di handphone cowok itu.

Miya
Pesan singkat aja bisa?

Y

ou
Gak bisa. Ketemu nanti malem di taman lampion.

.

Di tempat keberadaannya, Miya bingung mau membalas apa. Ia menggigit kuku-kuku jarinya. Sesekali mengetuk ujung handphone di keningnya sebagai tanda berpikir.

"Apa yang mau diomongin, ya?" Batin Miya.

Miya tampak masih berpikir mengenai ajakan Alucard. Hati kecilnya ingin sekali bertemu dengan mantannya itu. Tapi hati kecilnya berlawanan dengan prinsipnya kali ini untuk tidak 'berputar balik' apapun yang terjadi.

Setelah beberapa saat Miya berpikir dan merasa yakin, ia membalas pesan dari Alucard.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top