Epilog

Suasana di Bandara Soekarno-Hatta tampak ramai sore itu. Aku dan Alvaro yang baru saja selesai menggelar akad nikah langsung menuju Bali hendak bulan madu. Rencananya resepsi akbar pernikahan kami diadakan seminggu lagi, jadi kami memutuskan untuk berbulan madu lebih dulu.

Atasanku, Ibu Miranda Moore memberikan tiket bulan madu ke Bali di mana kami akan menginap di Alila Resort. Orangtuaku dan orangtua Alvaro turut mengantar kami berdua ke Bandara. Astaga, padahal mereka tak perlu repot-repot seperti ini. aku dan Alvaro bisa berangkat sendiri.

“Ingat ya, cepat-cepat kasih saya cucu,” bisik Pak Arya mengedip kepadaku.

Ya Allah Pak! Aku jadi malu mendengar perkataanya.

“Tenang aja Pah, dalam sebulan nanti Alvaro usahakan ada kabar baik,” jawab Alvaro. Tangan kanannya kini melingkar di pinggangku.

“Dalam sebulan?” tanyaku sambil menaikkan alisku.

“Kita akan bekerja keras dalam sebulan, istriku sayang,” ucap Alvaro mengecup singkat bibirku.

Aku membelalakkan mata. Dasar Alvaro! Dia melakukannya di depan kedua orangtua kami!
Dan akhirnya panggilan penerbangan menuju Bali membuat aku dan Alvaro harus berpamitan kepada kedua orangtua kami.

Setelah penerbangan satu setengah jam ditambah perjalanan menuju Alila Resort dari Bandara Ngurah Rai, akhirnya aku bisa merebahkan diriku di atas kasur yang super empuk di kamar villa kami yang cukup mewah.

Waktu sudah menuju malam, baik aku dan Alvaro belum membereskan isi koper kami. Aku masih bersantai tiduran di atas kasur sedangkan Alvaro sedang mengambil makan malam kami.
Tentu saja, kami kelaparan! Tapi aku sudah terlalu capek dan malas sekali harus menuju ruang makan untuk makan malam.

“Kita makan malam di sini aja ya?” ujar Alvaro yang membawa makan malam ke kamar.

Aku mengangguk. Tanpa menunggu lagi aku dan Alvaro langsung melahap makan malam itu.

“Aaaahh akhirnya kenyaaaang.” Aku mengusap perutku.

Alvaro tiba-tiba mengecup puncak kepalaku lalu mencubit pipiku.

“Awww,” aku meringis. “Al! apa-apaan sih?”

“Kamu lucu kalau kekenyangan.” Alvaro terkekeh. “Aku mandi duluan ya?” Dia kemudian beranjak menuju kamar mandi.

Aku menghela napas, mencoba istirahat sejenak. Dan beberapa lama kemudian Alvaro selesai membersihkan dirinya.

“Kamu enggak mau mandi?” tanya Alvaro.

“Iya ini aku mau mandi.” jawabku bangun dari duduk namun tiba-tiba badanku terhuyung mau jatuh melihat Alvaro hanya memakai handuk saja di pinggang. Aku untuk sepersekian detik terpaku oleh dada bidang dan perut sixpack-nya.

“Sudah puas lihatnya?” tanya Alvaro menggodaku.

“Hah?” Aku tersadar seketika. Shit!

“Tenang saja, ini semua milik kamu kok.” Alvaro tersenyum iblis, perlahan dia mendekatiku dengan tubuh setengah telanjangnya itu.

“Apaan sih!” buru-buru mendorongnya lalu mengambil handuk kemudian melarikan diri menuju kamar mandi.

Sial! Apa yang kupikirkan? Alvaro sekarang suamiku! Jadi kenapa juga aku menolak dirinya? Eh.

Aku membersihkan diriku. Hatiku gelisah. Ya ampun aku sudah berusia 35 tahun! Tapi tetap saja ini malam pertama bagiku!

Selesai membersihkan diri, aku merutuk diriku yang tak membawa baju ganti. Terpaksa aku mengenakan handuk menutupi tubuhku.

Begitu aku keluar dari kamar mandi untuk mengambil baju ganti, aku kaget setengah mati melihat Alvaro sudah ada di tempat tidur. Tubuhnya menghadap ke kamar mandi dengan tangan kanannya berpose menahan kepalanya. Dia mengedip padaku, memberi kode ingin segera melakukan malam pertama dengan tangan kirinya yang menepuk-nepuk kasur di sebelahnya yang kosong. Sial!

Aku tak mengindahkannya, padahal aku paham betul maksudnya!

Langsung saja aku menuju koperku untuk mengambil baju, tapi astaga! Kenapa isi koperku semua baju lingerie? Oh, aku baru ingat tadi aku tak sempat membereskan koperku, karena terlalu sibuk setelah akad nikah. Jadi Kak Rara yang membereskannya!

Ingin rasanya aku membunuh Kak Rara saat ini juga!

Dengan terpaksa kuambil satu set lingerie warna merah lalu bergegas menuju kamar mandi. Namun, baru saja hendak memasuki kamar mandi, Alvaro berbicara padaku yang tentu saja membuatku malu setengah mati!

“Kamu enggak usah pakai baju, untuk apa? Handuk yang kamu pakai itu bisa kulepas dalam satu tarikan! Aku sudah enggak sabar.” Alvaro terkekeh.

Aku meliriknya kesal! Sialan! Dengan secepat kilat aku masuk kamar mandi dan memakai satu set lingerie itu. Sumpah demi apapun! Aku seperti tak memakai baju sama sekali! Semua terlihat tembus pandang ketika aku menatap tubuhku di cermin.

Cukup lama aku berdiam diri di kamar mandi. Mondar-mandir di depan cermin. Kenapa aku jadi sangat gelisah? Kenapa aku jadi takut begini? Aku kemudian menggelengkan kepala. Alvaro tak ada memanggilku, mungkin dia sudah tidur?

Perlahan kubuka pintu kamar mandi, dengan hati-hati aku menuju tempat tidur. Aku mengintip sedikit kulihat Alvaro sudah memejamkan matanya. Aku menghela napas lega.
Kurebahkan tubuhku di atas kasur sepelan mungkin agar tak membangunkan Alvaro, kutarik selimut kemudian kupejamkan mata. Jantungku berdebar-debar tak keruan.

Baru saja beberapa menit aku memejamkan mata, tiba-tiba kurasakan tangan kekar di perutku. Refleks aku membuka mataku. Dan wajah juga tubuh Alvaro sudah di atasku.
Wajahku dan wajahnya sangat dekat sekali. Aku mencium bau tubuhnya yang memabukkan dan hembusan napasnya yang membuatku semakin tak berdaya. Alvaro menatap mata dan bibirku bergantian. Dia tersenyum iblis begitu melihatku menggigit bibir bawahku.

“Seharian ini aku menahan diriku untuk tak menyentuhmu,” Alvaro mengusap bibirku dengan ibu jarinya. “Sekarang kamu tidak bisa menolakku, kamu tahu hukumnya, aku suamimu.” lanjutnya.

Glek. Aku meneguk salivaku. Tentu saja aku tak boleh menolaknya dan diriku sendiri memang tak ingin menolaknya.
Aku sudah tak peduli lagi dengan usiaku yang lebih tua darinya, kini dia adalah suamiku. Aku miliknya secara sah dan dia berhak atas diriku. Lalu kubiarkan Alvaro memainkan tubuhku sepanjang malam itu. Tak kusangka, akhirnya aku merasakan malam pertama yang luar biasa!

ᴥ ᴥ ᴥ


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top