Crazy Mission

Pagi-pagi sekali aku sudah berada di kantor. Langsung menuju ruangan Pak Arya. Menunggunya datang untuk memberikan proposal pengajuan sekolah mana yang akan aku jadikan objek misi penyamaranku.

Sudah pukul 8 lewat 15 menit tapi Pak Arya belum juga datang. Aku menjadi sedikit gelisah, kucoba menenangkan diri dengan melihat sekeliling ruangan lalu mataku terhenti pada sebuah foto di lemari buku tepat berada agak jauh di depanku.

Kutatap foto tersebut sambil menyipitkan mataku. Jelas di foto tersebut Pak Arya sedang bersama dengan seorang laki-laki yang tampak jauh lebih muda darinya. Aku mencoba fokus ke foto laki-laki tersebut.

"Apa mungkin itu anaknya ya?" tanyaku dalam hati.

Ceklek. Pintu ruangan terbuka dan kulihat Pak Arya masuk.

Aku berdiri dan menyambutnya sambil tersenyum. "Selamat pagi, Pak."

"Selamat pagi Alisa, maaf saya terlambat tadi mampir sebentar ke kantin." Pak Arya tersenyum kepadaku sambil membuka jasnya lalu menggantungnya kemudian duduk tepat di hadapanku.

"Dammit! Lama-lama gue bisa naksir sama Pak Arya!" batinku begitu melihat senyum tampan Pak Arya.

Sekali lagi kuperjelas, Pak Arya sudah berusia 40-an akhir memasuki usia 50 tahun. Tapi ketampanannya, Subhanallah! Jadi kepengen ajak selingkuh! Eh.

"Ehem," Pak Arya berdehem. "jadi bagaimana Alisa? Kamu sudah memutuskan sekolah mana yang akan kamu jadikan tempat penyamaranmu?" lanjutnya bertanya.

Aku mengangguk. "Iya Pak saya sudah memutuskan."

"Boleh saya lihat proposalnya?" tanya Pak Arya.

Aku menyerahkan proposalku pada Pak Arya. Sebuah proposal pengajuan SMA Dharmawangsa sebagai sekolah tempat penyamaranku.

Pak Arya membaca dengan serius proposalku. Aku tanpa sadar memerhatikan dengan serius raut wajah Pak Arya. Biarpun sudah tua dan terlihat kerutan di beberapa bagian tapi rahangnya tetap terlihat menonjol dan kuat. Beberapa jambang dan kumis tipis juga dahi yang berkerut saat serius menambahkan kesan keren dan cool di wajahnya yang tampan.

Pak Arya melirikku, membuatku salah tingkah. Aku menundukkan kepala dan kulihat sekilas dia tersenyum melihatku malu. Sial!

"Jadi, keputusan kamu sudah bulat akan menyamar di SMA Dharmawangsa?" tanya Pak Arya.

"Iya Pak." jawabku.

Pak Arya kemudian menghela napas lalu bersandar di kursinya. Raut wajahnya serius seperti memikirkan sesuatu, membuatku penasaran.

"Apa Bapak kurang setuju dengan pemilihan saya?" tanyaku hati-hati.

"Tidak. Hanya saja," Pak Arya menggeleng dan berhenti sejenak. "baikah, tidak ada masalah dengan SMA Dharmawangsa. Saya akan mengatur semuanya agar kamu bisa masuk sekolah tersebut sebagai anak baru." lanjutnya.

Aku menghela napas lega. Gila aja kalau Pak Arya tidak menyetujui! Mau cari sekolah mana lagi? Dan mau minta bantuan siapa? Bisa pusing kepala Barbie!

"Tapi kamu paham kan aturannya? Saat misi penyamaran nanti tidak ada yang boleh tahu identitas asli kamu. Bahkan pihak sekolah nanti tidak tahu." tanya Pak Arya menjelaskan.

Hah? Jadi gue pake identitas palsu gitu?

"Maksud Bapak? Saya pake identitas palsu? Nama palsu?" tanyaku bingung.

"Tidak, kamu tidak perlu sampai memakai nama palsu. Hanya saja di tanda pengenal kamu nanti, usiamu 17 tahun."

Aku mengangguk paham. "Jadi, bahkan pihak sekolah tidak tahu saya sedang menyamar?"

"Tidak ada satu orang pun yang boleh tahu. Kalau pun ada, kamu harus yakin kalau dia adalah orang yang bisa dipercaya."

"Baik Pak, saya paham."

Pak Arya menutup proposal yang aku berikan dan memberikan kembali padaku.

"Kalau begitu Alisa, hari ini saya akan meliburkan kamu untuk mempersiapkan diri dalam misi penyamaran minggu depan." ujar Pak Arya menyalamiku.

"Terima kasih, Pak." Aku bersalaman dengan Pak Arya. "saya janji, saya tidak akan mengecewakan Bapak."

Pak Arya mengangguk dan tersenyum. "Saya yakin kamu bisa menyelesaikan misi dan mengerjakan tugas ini. Saya tunggu sampai 6 bulan ke depan."

"Baik Pak. Kalau begitu saya permisi." Aku segera keluar dari ruangan Pak Arya.

Aku kembali menuju meja kerjaku. Berkali-kali menghela napas. Minggu depan! Ya! Minggu depan akan dimulai petualanganku menyamar sebagai murid SMA! What a crazy mission!

Aku memainkan ponselku, mengirimkan pesan whatssap kepada kedua sahabatku.

Alisa Natasa

Guys, hari ini gue diliburin.

Minggu depan gue mulai misi penyamaran.

Nadya Agista

What? Enak banget lo Sa diliburin!

😱😱😱

Laura Angelia

Atasan lo setuju? Lo nyamar di SMA Dharmawangsa?

Alisa Natasa

Untungnya setuju. Gila aja kalau gak setuju!

Bunuh gue aja! Bunuh gue!

😒😒😒

Nadya Agista

HAHAHAHAHA

😂😂😂

Laura Angelia

Trus jadi kan kita hari ini ngumpul?

Alisa Natasa

Iya jadi. Pas makan siang aja ya?

Soalnya gue mau pindahan ke rumah Kakak gue.

Laura Angelia

Oke. Nanti siang gue tunggu di Kafetaria.

Nadya Agista

Oke. Nanti siang gue tunggu di Kafetaria. (2)

Aku menutup obrolan whatssap kemudian dikejutkan oleh kehadiran Ega.

"Sa, gimana misi penyamaran lo?" tanya Ega.

"Gak gimana gimana sih, Pak Arya sudah oke sama semuanya." jawabku.

Ega manggut-manggut. "Jadi lo bakal nyamar di SMA mana?"

"SMA Dharmawangsa."

"Lo serius? Setahu gue, anaknya Pak Arya juga sekolah di sana."

"Lo serius Ga? Lo gak bohong kan? Anaknya Pak Arya?"

Ega mengangguk. "Gue serius. Tapi gue gak tahu sih namanya siapa dan dia kelas berapa."

Aku mendengus. Lalu aku teringat sebuah foto yang ada di lemari buku di ruangan Pak Arya.

"Dammit! Gue gak lihat jelas muka anaknya!" rutukku dalam hati.

"Oya Sa, gue boleh minta kontak lo gak?" tanya Ega.

"Eh iya, kita belum punya kontak masing-masing ya?" tanyaku balik.

Ega mengangguk. Aku lalu memberikannya nomor ponselku, enggak beberapa lama kemudian ada notifikasi Line.

Regha Ardhana added you as a friend.

"Add back ya, Sa?" ujar Ega.

"Oke." Aku mengangguk.

"Terima kasih." Ega tersenyum kepadaku kemudian kembali ke meja kerjanya.

"Sama-sama." Aku membalas senyumnya. Duh! Si Ega ini lumayan!


ᴥ ᴥ ᴥ

Aku langsung menuju Kafetaria begitu jam makan siang tiba, sengaja tidak langsung pulang karena memang sudah janjian dengan kedua sahabatku.

"Sa! Gimana misi penyamarannya? Cerita dong." Nadya langsung mencecarku dengan pertanyaan.

"Sabar kali Nad! Gue pesan makanan dulu." jawabku.

Aku, Nadya dan Laura kemudian duduk bertiga sambil menunggu pesanan makanan tiba.

"Jadi gini, gue bakal nyamar di SMA Dharmawangsa dan Bagas udah setuju buat bantuin gue nanti di sekolah." Aku menjelaskan.

"Sa! Kalau ada berondong ganteng kasih tau gue ya?" celetuk Nadya.

"Etdah lo Nad! Bisa gak sih isi otak lo tuh jangan cowok aja yang dipikirin!" Laura ngedumel.

"Yeee, lo gak paham sih jadi gue yang masih aja jomblo! Lo mah udah punya tunangan yang kaya raya! Udah terjamin hidup lo!" Nadya mendengus.

"Mangkanya cari cowok yang serius! Lah ini berondong juga pengen lo pacarin!" cibir Laura.

"Emang kenapa sama berondong? Hanya karena mereka berondong bukan berarti mereka gak bisa diajak serius."

"Cih! Tapi jangan anak SMA juga kali!"

"Udah, udah, kenapa kalian jadi ribut gini sih? Tenang aja gue gak bakal pacaran sama anak SMA! Lo juga Nad!" Aku menoyor Nadya. "gila aja kalau gue pacaran sama temennya Bagas, sama aja gue pacaran sama keponakan sendiri." lanjutku tak habis pikir.

"Tuh! Denger tuh!" ledek Laura.

"Lah kenapa jadi lo yang pacaran Sa? Kan gue bilang kalau ada yang ganteng kasih tau gue." Nadya memicingkan matanya kepadaku. "jangan-jangan lo pengen pacaran sama berondong juga ya?" tanyanya curiga.

"Ih Nadya! Gue tuh mau fokus kerja Nad! Kerja! Gak kepikiran pacaran! Emangnya elo?" Aku emosi.

"HAHAHAHA santai aja kali Sa!" Nadya menertawaiku.

Laura hanya menggeleng. "Terus lo jadi pindah ke rumah Kakak lo?"

"Jadi, biar praktis mending gue serumah sama Bagas kan?"

"Suami Kakak lo gimana?"

"Dia gak masalah. Lagipula Kak Adit juga lagi ke luar negeri urusan bisnis selama 6 bulan."

"Hah? 6 bulan? Lama banget?" Laura terkejut.

"Kak Rara gak kesepian apa ya?" Nadya penasaran.

"Gue gak paham. Gak ngerti. Dan gue gak mau ikut campur urusan mereka." jawabku cuek.

"Lo masih aja ya Sa, cuek sama keluarga lo sendiri. Padahal mereka sayang banget sama lo." ujar Laura.

"Sayang sih sayang tapi over-protektif! Jadi maaf aja kalau gue jadi cuek begini."

Aku melirik kedua sahabatku yang tak berbicara lagi. Mereka paham dengan apa yang terjadi padaku. Hidup di keluarga yang over-protektif karena tidak ingin mengulang kesalahan yang sama, membuatku menjadi terasingkan dari dunia luar dan membentukku menjadi pribadi yang cuek juga tidak peka.

Aku menghabiskan makan siangku lalu pamit pulang kepada kedua sahabatku. Langsung menuju ke kossan, mengepak barang-barang untuk kepindahan ke rumah Kakakku.

ᴥ ᴥ ᴥ

Begitu sampai di kediaman Dharmawangsa, aku langsung menuju kamarku di lantai dua. Sepertinya Kakakku sedang tidak ada di rumah dan Bagas belum pulang dari sekolahnya.

Kubereskan barang-barangku yang memang tidak banyak kubawa. Sebagian masih kutinggalkan di kossan. Kuperiksa lagi semuanya dan sepertinya apa yang kubutuhkan sudah lengkap. Baju sekolah SMA, sepatu, tas, buku, dan lain-lain.

Akhirnya setelah semua beres aku membersihkan diriku kemudian menuju dapur ingin minum karena haus setelah membereskan semuanya. Kulihat pintu kamar Bagas terbuka.

"Apa Bagas udah pulang ya?" tanyaku dalam hati.

Aku mengintip ke kamar Bagas. Tidak ada siapa-siapa, kemudian aku berlalu dan menutup pintu kamar Bagas.

Tiba-tiba aku merasa seseorang memperhatikan aku, reflek aku melihat sekeliling, mataku menjelajahi seluruh ruangan dan tidak tampak seseorang atau sesuatu.

"Ah perasaan gue aja." Aku merinding kemudian langsung terburu-buru masuk ke kamarku.

Kediaman Dharmawangsa ini memang terlalu banget besar dan megahnya. Tidak sebanding dengan orang yang tinggal di dalamnya. Tiga majikan, dua pembantu dan satu satpam. Terasa seperti Kastil yang tidak berpenghuni.

Kurebahkan diriku di atas kasur. "Lama banget sih majikan rumah ini pulang?" gerutuku kesal.

Ddrrrrrrtttt. Ponselku bergetar, satu notifikasi Line dari Ega.

Regha Ardhana

Sukses ya misi penyamarannya minggu depan.

Kalau butuh apa-apa, gue siap bantuin.

Alisa Natasa

Hehe. Iya makasih ya.

Pasti gue cari lo kalau butuh sesuatu.

😁😁😁

Regha Ardhana

Hati-hati ya jangan sampai cinlok sama berondong.

HAHAHAHA 😅😅😅

Aku tertawa kecil membaca pesan dari Ega. Ingin langsung kubalas pesannya, tapi karena rasa kantuk yang sudah di pelupuk mata, aku tidak membalasnya dan dalam keadaan setengah sadar dengan ponsel tetap di tanganku, aku menyadari seseorang masuk ke kamarku, lalu sayup-sayup terdengar suaranya berbisik seakan cukup dekat di telingaku; "Kalau mau tidur jangan sambil main hape."

ᴥ ᴥ ᴥ

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top