17 Agustus 2022
Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Mantra Coffee."
.
.
.
17 Agustus tahun rahasia.
Hampir semua pemain dalam cerita Mantra Coffee Next Generation hadir di Mantra Coffee. Gemerincing lonceng di pintu membuat semua orang menoleh. Erzullie masuk dan dan berdiri di tengah mereka.
"Hari ini lomba ya, mumpung lagi hiatus."
Erzullie menunjuk sepuluh orang terpilih. "Harits, Reki, Cakra, Kevin, dan Rama diri di sebelah kiri. Deva, Jaya, Ippo, Agha, sama Radhi pindah ke kanan aku."
Sepuluh orang itu terbagi menjadi lima di sisi kanan dan kiri Erzullie. "Oke, kita lombanya per tim. Harits dan sisi kiri jadi tim Nada, Deva dan sisi kanan jadi tim Melodi."
"Hah?! Kok nama timnya gitu?" protes Harits.
"Emang. Coba kamu perhatiin kedua tim. Kalian pecinta Nada sama Melodi bakal di adu. Nantinya yang kena hukuman kalo kalah adalah Nada dan Melodi, jadi berjuanglah demi cinta. Kalo enggak gitu, enggak akan menarik, kan?"
"Kekeke benar! Kau tahu apa yang aku pikirkan, Bos," seru Uchul yang duduk mengenakan topi fedora merah.
"Apa-apaan! Kenapa jadi aku sama Nada yang dihukum?!" protes Melodi.
"Enggak adil! Kita menunggu nasib kita di tangan orang lain. Bos jahat!" timpal Nada.
"Udah lah ya, enggak usah banyak cincong!" Erzullie menjetikan jarinya. Kini area berubah menjadi tanah lapang. Ada sungai dengan jembatan dari gedebong pisang di sana. "Lomba pertama, perang bantal."
Masing-masing tim bersiap ke sisi mereka. Mau tidak mau harus mau. Mereka akan bertarung demi gadis pujaan mereka agar tidak dihukum.
"Peraturannya sederhana, siapa yang jatuh ke sungai kalah. Tim yang menang akan mendapat satu poin. Tiga poin pertama pemenang pada permainan ini," seru Erzullie.
Harits maju sebagai pemain pertama, ia akan menghadapi Jaya dari tim Melodi. Mereka duduk di gedebong pisang sambil membawa bantal senjata mereka.
"Pertarungan kita tiba secepat ini, saya tidak menyangkanya," ucap Jaya. Ia hendak menyerang.
"Tunggu! Belum dihitung," timpal Harits.
Jaya menghentikan gerakannya dan menatap ke arah Kei yang pada kesempatan kali ini menjadi wasit. Kei hanya diam menatap mereka berdua. Tiba-tiba dari arah kiri Jaya sebuah bantal menghantamnya.
Byuuur!
Jaya yang belum siap langsung jatuh ke sungai akibat serangan itu. Ia sontak bangkit dan menatap Harits yang masih duduk di jembatan.
"Nyahahaha rasakan itu."
"Curang! Belum mulai, cebol!" teriak Melodi pada Harits. Gadis itu berjalan ke arah Kei untuk melakukan protes. "Sit, curang! Harusnya ...." Melodi menghentikan ucapannya ketika ternyata mata Kei sebenarnya tertutup. Si wasit itu tidur, hanya saja matanya yang tertutup digambar seolah-solah sedang melek dan memperhatikan pertandingan.
Melodi mendorong wasit yang sedang duduk tertidur itu ke sungai. Kei mengambang dan diam terbawa arus sungai. "Ganti, ganti! Wasitnya ganti!" ucap Melodi.
Chandra menghela napas, ia berjalan menggantikan Kei. Karena sudah terjadi, tim Nada unggul satu poin dari tim Melodi pada kesempatan kali ini.
Pemain kedua maju menggantikan para pemain pertama. Kali ini Ippo akan menghadapi Reki.
"Ippo! Harus menang!" teriak Melodi.
"Aaaaaa ... tenang aja, Alunan," balas Ippo.
Reki menatap Nada dari kejauhan, gadis itu hanya diam tanpa kata. Dari tatapnya Nada seolah berpesan untuk menang, dibalas anggukan oleh Reki.
"Mulai!" Chandra menyatakan perang telah dimulai.
Ippo langsung menggelar serangan pertama, tetapi Reki agak memundurkan tubuhnya sehingga serangan Ippo gagal mengenainya.
"Aaaaaaaa ...." Pria Gardamewa itu hilang keseimbangan. Tanpa basa-basi Reki langsung menghajar Ippo, tetapi serangannya tak membuat Ippo bergeser. "Jangan remehkan aku, Bung Reki!" Ippo mengambil ancang-ancang menyerang. Ia peluk gedebong pisang dengan kakinya, lalu memperkuat tangannya. Ia berniat menjatuhkan Reki dengan satu serangan. "Mampus kau!" Ippo mengayunkan bantal sekuat tenaganya.
Reki memajukan tubuhnya dan menunduk. Bantal Ippo melayang melewati kepalanya. Karena kuatnya serangan tersebut, Ippo tergelincir dan jatuh. Namun, pertandingan berlum berakhir, sebab Kakinya masih berpelukan dengan jembatan. Ia berusaha bangkit.
"Menyerahlah, Ippo," ucap Reki datar.
"Tidak akan!" Bukan hal sulit bagi Ippo untuk bangkit dari posisi seperti itu, mengingat tubuhnya cukup kekar dan kuat. Hanya saja, ada Reki di hadapannya. Pria pendiam itu memukul Ippo tiap kali Ippo berusaha bangkit.
"Bentar dulu, woy!" teriak Ippo yang mulai lelah. Kakinya mulai tak kuat menahan bobotnya.
"Tamat." Reki menghajar kaki Ippo hingga pemuda itu tercebur ke sungai. Skor sementara 2-0 dengan keunggulan tim Nada.
Babak ketiga merupakan babak milik Deva dan Cakra. Kedua punggawa Mantra itu kini saling berhadapan dengan bantal di masing-masing tangan mereka.
Deva melanacarkan serangan, sementara Cakra sibuk bertahan. Ia akan mengikuti Cara Reki dengan bertahan. Sayangnya Deva secara fisik lebih kuat dari Ippo. Satu hantamannya membuat Cakra hilang keseimbangan.
"Cakra!" Nada menyemangati Cakra.
Pemuda itu langsung memperkuat posisinya, lalu menyerang balik. Deva menangkis serangannya, lalu mengayunkan serangan kedua. Cakra tercebur sungai. Kemenangan Deva membuat tim Melodi mendapatkan poin.
Deva menatap ke arah Melodi sambil mengepal tangannya ke udara. Melodi ikut mengepalkan tangannya di udara. Kedudukan 2-1. Tim Melodi tak membiarkan tim Nada mendapatkan tiga poin dengan mudah.
Pertandingan keempat adalah Kevin melawan Agha. Pertandingan dua orang ini berjalan membosankan. Mereka dengan wajah datar saling bertukar serangan hingga Kevin tercebur, membuat kedudukan menjadi dua sama.
Pertandingan terakhir adalah Rama melawan Radhi. Anggota Satu Darah itu menyeringai. "Kau tidak akan bisa menang," tuturnya pada Radhi.
Rama melancarkan serangan, tetapi Radhi menghindarinya. Radhi menyerang balik, sayangnya Rama menangkis bantal milik Radhi dan menghantamnya lagi, membuat si anak design itu terhempas.
Melodi menunjuk Rama. "Dia pasti curang! Kita semua pasti sedang tertidur pulas! Ini adalah mimpi yang dia buat!"
Rama menunjuk Erzullie yang sedang duduk menikmati acara. Erzullie menatap Melodi. "Tidak ada adu kekuatan spiritual. Di sini murni kekuatan fisik."
Tim Nada mendapatkan tiga pon dan memenangkan permainan pertama.
Permainan kedua adalah tarik tambang. Kini kedua tim berpindah tempat menuju lapangan, sudah ada tambang yang tersedia, juga bedak untuk tangan mereka.
Harits, Reki, Cakra, Kevin, dan Rama bersiap dengan sisi mereka. Sementara Deva, Agha, Ippo, Radhi, dan Jaya juga bersiap di sisi mereka. Kedua tim sudah membaluri tangan dengan bedak dan memegang tambang mereka.
"Pada permainan ini hanya akan dilangsungkan satu kali. Karena memenangkan permainan pertama, tim Nada memperoleh satu poin untuk keseluruhan. Jika menang pada permainan kali ini maka poinnya akan bertambah menjadi dua, sementara jika yang menang tim Melodi maka kedudukan menjadi seri," ucap Erzullie.
"Bersedia ...," ucap Chandra sebagai wasit.
Kedua tim memasang kuda-kuda, serta mengencangkan pegangan mereka.
"Siap ...."
Kedua tim saling bertatapan memberikan tekanan.
"MULAI!" teriak Chandra.
Kedua tim saling menarik tambang sekuat tenaga. Pertandingan begitu sengit, tambang hampir tak bergerak. Otot-otot Harits mencuat, ia memang kecil, tetapi tubuhnya monster. Harits berdiri di belakang, mengikat tambang pada tubuhnya dan berjalan maju membelakangi tambang sekuat tenaga.
Perlahan keseimbangan tambang mulai goyah. Tambang lebih condong tertarik ke arah tim Nada. Melihat itu Melodi kalang kabut.
"Apa yang kamu khawatirkan?" gumam Ippo lirih ketika melihat raut wajah Melodi. Pria itu memejamkan matanya dan sedikit merenggangkan pegangannya sehingga tambang makin terseret ke arah tim Nada. Sejenak ia membuka mata dan kembali melirik Melodi. "Apa yang kau takutkan, Alunan?" gumam Ippo lagi.
Tiba-tiba ia genggam tambang itu sekuat tenaga dan merendahkan posisi tubuhnya. Kakinya menjadi sandungan untuk tim Nada. Tambang seketika itu tenang. Setelah Ippo membuka matanya, ia tak sedikit pun goyah.
"SELAMA MASIH ADA AKU DI SINI, JANGAN PERNAH TERLIHAT TAKUT, ALUNAN!" teriak Ippo.
"IPPO!" Melodi meneriaki nama Ippo.
Senyum tipis bersarang di bibirnya. "Ya, begitu. Seru dan panggil namaku." Semangat dalam dirinya membara. Tanpa atma, kekuatannya berkobar. Ippo membetot tambang hingga tim Nada tersentak ke depan.
Harits menahan langkahnya agar tidak terhempas. Kekuatan Ippo mengintimidasi seluruh anggota tim Nada. Melihat Ippo yang berkobar, seluruh tim Melodi ikut membara. Mereka menarik paksa tambang yang diperjuangkan tim Nada hingga pasukan Harits berhamburan.
Ippo mengacungkan jempol dan mengarahkannya pada Melodi. "Dont worry, Alunan. Everything it's gonna be okay."
Karena masing-masing tim memperoleh satu poin, maka permainan ketiga akan berlangsung menjadi penentu. Permainan selanjutnya adalah ....
"Estafet kelereng," tutur Erzullie.
Aqilla berjalan memberikan sendok dan juga kelereng pada Chandra. Chandra membagikan masing-masing peserta sendok, dan pelari pertama kelereng. Dalam permainan ini yang akan mulai duluan adalah Rama dan Jaya.
Rama dan Jaya menggigit sendok dan meletakkan kelereng di sendok. Mereka saling melempar tatapan sinis.
"Mulai!" teriak Chandra.
Dengan hati-hati Rama dan Jaya berjalan cepat menuju pemain kedua. Kelereng Jaya terjatuh, hal itu membuat Rama tertawa dan menjatuhkan kelerengnya juga.
Cepat-cepat Rama pungut kelereng itu dan meneruskan lankahnya. Hal berbeda dilakukan Jaya, pria itu balik ke garis start dan memulai dari ulang.
"Jangan balik lagi, Jaya! teriak Melodi. "Kalo jatoh ambil aja, terus lanjut jalan."
Rama memberikan kelereng itu pada Reki. Reki langsung melanjutkan lankahnya.
"Woy, lama lu katro!" teriak Ippo. Ippo geram menunggu Jaya. Pada akhirnya Jaya berhasil sampai pada Ippo dan memberikan kelerengnya.
Ippo langsung berlari membawa kelereng itu di sendok yang ia pedang. Ippo tak menggigit sendok seperti pemain pertama dan juga Reki.
"Curang!" teriak Nada.
Melihat Chandra diam saja, berarti memang tak apa membawanya di tangan. Jaya dan Rama hanya berspekulasi bahwa mereka harus membawanya di mulut.
Ippo membalap Reki. Melihat Ippo yang curang, Reki pun mengambil sendoknya dan berlari menuju Kevin.
"Bego lu ya?" ucap Radhi pada Ippo. Rupanya Ippo berlari tanpa sadar bahwa kelerengnya terjatuh.
Ketika Radhi frustasi, Kevin berlari menuju Cakra. Sementara Ippo kembali untuk mengambil kelerengnya.
Radhi merupakan pelari yang cepat. Ia juga stabil dalam membawa kelereng di sendoknya. Radhi berhasil menyusul Kevin sehingga Cakra dan Agha memulai langkah dengan posisi sejajar. Mereka berhasil memberikan kelereng terakhir pada Harits dan Deva.
Begitu Deva hendak memutar badan, tangan Harits menepak sendoknya hingga kelereng Deva terbang dan terjatuh di tanah.
"Nyahahaha."
Tak tinggal diam, sebelum Harits melangkah ia menarik topi Harits sehingga wajah pria itu agak tertutup. Deva segera mengambil kelerengnya dan melangkah maju. Di sisi lain Harits sedang melangkah pelan sambil membenarkan posisi topinya. Belum juga benar, Deva kembali menariknya sambil menyusul Harits.
"Depoy! Bajing terbang!" Harits kembali membetulkan posisi topinya dan melempar kelerengnya ke depan. Ia berlari tanpa beban, kemudian mengambil kelerengnya lagi, lalu melemparnya lagi ke depan.
Deva yang merasa dicurangi menyelengkat kaki Harits hingga terjatuh. Ia berjalan ke arah kelereng Harits, lalu menendangnya hingga ke semak-semak.
Harits tak terima. Ia berlari mengejar Deva tanpa kelereng.
"Deva awas!" teriak Melodi.
"Nyahahaha." Dari belakang Harits merebut kelereng Deva dan membawanya dalam genggaman tangan. Deva segera mengejarnya. Balapan kelereng kini berubah menjadi balapan bar-bar. Deva menjambak Rambut Harits yang masih terus berlari.
"Gundu gua siniin ga!" teriak Deva.
"Ambilin dulu gundu gua, bangsat!" balas Harits.
Harits tetap melangkah walau kepalanya ditarik secara brutal oleh Deva.
"Gundu gua siniin!"
"Kagak ada!" Harits meletakkan kelereng curiannya di sendok dan menyentuh garis finish dengan ujung sendok dan kelereng.
"Pemenangnya adalah tim Nada!" teriak Erzullie sambil menyeringai.
"Dih, najong!" protes Melodi. "Jelas-jelas Harits curang! Buta ya, Author?!"
Nada tersenyum asimetris. "Enggak dong, dalam memperjuangkan kemerdekaan, seorang prajurit harus mempertaruhkan segalanya termasuk mencuri amunisi lawan, Melo. Harits memegang teguh filosofi itu."
Melodi memicingkan matanya menatap Nada. "Pengkhianat kamu, Nada. Aku pikir selama ini kita kembar."
"Maaf Melo, hanya ada satu tempat untuk seorang pemenang nyahahaha." Nada mengikuti gelagat tawa Harits.
"Sesuai resiko, Melodi harus dihukum." Erzullie bangkit dari posisinya. Ia menarik tangan Melodi dan membawa gadis itu pergi.
"Ke mana mereka pergi?" tanya Ippo cemburu.
Semua menggeleng termasuk Nada.
Di sisi lain Melodi menatap Erzullie. "Hukuman apa yang aku dapet?"
Erzullie menyeringai. "Jadi pacar aku."
.
.
.
TAMAD
SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA!
GA JELAS BANGET ENDINGNYA AMPAS WKWKWK TAPI GAPAPA, NAMANYA JUGA AUTHOR DENGAN TULISAN BERTEMA BEBAS. JADI TERSERAH LAH YA, TOH ENGGAK ADA KONSEP APA-APA TIBA-TIBA REFLEKS AJA NULIS BEGINIAN CUMA BUAT SERU-SERUAN. INI CERITA GA DIREVISI SAMA SEKALI, JADI SEGALA TYPO DAN PEMILIHAN KATA YANG BURUK YA BODO AMAT NYAHAHA TELEN AJA MENTAH-MENTAH! YANG PENTING ASOY.
SELAMAT LIBURAN DAN SEMOGA MENANG LOMBA BIAR DAPET PACAR KAYAK AKU NYAHAHAHA.
SEE YOU~
OH IYA LUPA, MAU NGASIH TAU PENGUMUMAN KALO AKU LAGI HIATUS. KESEHATAN MENTALKU TERGONCANG :(
ASLI, BELAKANGAN INI LAGI MERASA SENDIRIAN MULU GITU UDAH KEK INTROPET WKWK DI TENGAH KERAMAIAN AKU MERASA SENDIRIAN.
JANGANKAN NULIS, AKU UDAH BELI NASI PADANG BUAT MAKAN MALEM SEPULANG KERJA AJA JADINYA MALAH BUAT SARAPAN KARENA MALEMNYA SIBUK MENGSEDIH, TAPI GA TAU APA YANG DISEDIHIN. SEMOGA AJA BADAI KEGALAUAN INI CEPAT BERAKHIR LAH YA, BIAR BISA BERTUALANG LAGI DI MANTRA COFFEE DAN CERITA LAINNYA.
SEE YOU BERERAN~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top