FAREWELL, DEAR.
Angin malam yang berhembus keras menyapa dan membekukan wajah Jett begitu melewati pintu besi kecil tadi. Rooftop dari kediaman Cleodore adalah berupa teras yang sering digunakan untuk penjagaan. Di sudut ruang terbuka itu terdapat area taman kecil yang berisi beberapa tanaman bunga dan buah yang biasa ditanam oleh para pelayan.
Di sudut sebelah kiri, dirinya melihat salah satu penjaganya sudah tergeletak bersimbah darah. Jett mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat seraya menyapukan pandangan. Ternyata tidak hanya satu orang yang sudah dihabisi Slo di teras ini. Ada lima orang telah tumbang di area yang terpisah.
Sekelebat selendang putih tipis tertangkap lewat sudut matanya. Jett menoleh mengikuti pandangan dan ia melihat gadis itu berdiri tegak dengan masih menggendong Lisa yang tertidur sementara tangan satunya memegang pistol. Sloanne tampak menyeramkan dengan wajahnya yang sepucat porselen dengan lengannya yang tengah berlumuran darah. Luka itu tampak masih segar, mengalir turun hingga menetes pada bagian bawah gaun.
Gadis itu menatapnya waspada. Kakinya bergerak pelan ke belakang hingga mendekati tembok rendah pembatas teras. Jett bersumpah dalam hati, kali ini ia tidak akan membiarkan Slo lepas dari tangannya. Sepuluh tahun yang lalu, Slo menghilang tepat ketika ia sedang tergila-gila pada gadis itu. Kini, Slo tidak boleh menghilang lagi di saat amarah dan kebenciannya pada gadis ini telah membelit Jett.
"Halo, Slo! Lama tidak berjumpa," sapa Jett dengan senyuman pahit. Gadis itu hanya menatapnya datar tanpa seberkas emosi. Harus Jett akui, gadis ini sangat pandai berpura-pura.
"Berhenti di situ, Jett!" perintah Slo tenang. Akan tetapi Jett tidak tertipu dengan sorot netranya yang kelabu makin terlihat tajam.
"Atau apa?" Jett berhenti dan tidak dapat menahan kemarahannya lagi. "Menembakku seperti para pengawalku di sana?"
"Mereka yang menyerang lebih dulu! Apa kau tidak paham?"
"Tentu saja mereka menyerangmu karena kau sudah membunuh istriku dan ingin membawa anakku! Apa kau sudah tidak waras?! Tidak ada jalan keluar lain, Slo. Kau tidak punya pilihan selain mengembalikan anakku dan segera menyerah."
"Tunggu dulu!" Tawa pahit Slo yang renyah memecah ketegangan di antara mereka. "Aku tidak membunuh istrimu, Jett. Dari mana asalnya asumsi itu? Apa hanya karena aku ada di pesta dan sudah membunuh para pengawalmu?" Sudut-sudut bibir Sloanne terangkat membentuk senyuman sinis. "Wah, picik sekali pikiranmu, Jett Cleodore."
"Kau menahan anakku, Slo! Dia tidak ada hubungannya dengan masalah bisnis Cleodore. Sekarang kembalikan dia!" bentak Jett begitu emosinya meledak. "Atau aku bersumpah akan menghabisimu sekarang juga!"
"Ah, Jett, Sayang. Kau masih sama seperti dulu, meledak-ledak seperti petasan," cibir Sloanne. "Coba kau dengarkan baik-baik, jika aku melepaskan Lisa apakah ada jaminan aku akan keluar dari sini hidup-hidup?" lanjutnya sembari menatap beberapa titik bagian para snipper sedang menunggunya membuat kesalahan fatal.
"Oh, tentu kau akan keluar dari sini hidup-hidup dan berakhir di penjara paling gelap sampai-sampai kau berharap mati saja malam ini."
Sloanne malah tersenyum lebar dan mencemoohnya. "Aku sudah membuatmu marah, bukan? Katakan, Jett. Kau marah karena aku meninggalkanmu sepuluh tahun yang lalu atau karena pertemuan kita malam ini?"
"Kau tidak membuatku marah, Slo. Kau membuatku sangat bernafsu untuk mencincangmu secepatnya."
"Coba saja." Sloanne tersenyum.
"Kau sengaja menjebakku sepuluh tahun lalu dengan berpura-pura sebagai gadis polos untuk mendekatiku. Kau mempelajari dan mengawasiku, bukan? Untuk apa? Siapa yang menyewamu?"
Slo ternganga dengan ekspresi jengkel. "Sebenarnya, teorinya tidak berlebihan seperti itu, Jett."
"Dasar kau pembohong murahan!" desis Jett. Sesuatu dalam batinnya, ia merasakan sesuatu yang terkoyak. Slo yang ada di depannya bukan lagi gadis polos yang sedih karena ditinggal mati kura-kura kesayangannya. Inilah wajah asli Sloanne, pembunuh berdarah dingin. "Aku memberimu satu lagi kesempatan, Slo. Katakan! Siapa yang menyuruhmu?"
"Aku tidak tahu. Konyol, bukan? Kontrak yang diberikan ternyata muslihat untuk menjebakku di sini. Kejadian yang sebenarnya, istrimu ditembak oleh empat orang asing yang mengenakan seragam pengawal. Aku hanya berhasil menyelamatkan anakmu, tapi perkembangannya malah para pengawalmu mengira aku adalah salah satu komplotan mereka."
"Kau tidak mencari alibi kan, Slo? Rumah ini punya sistem keamanan berlapis. Akan sulit satu orang penyusup masuk ke dalam rumahku, apalagi sekelompok orang! Jadi mustahil ada sekelompok penyusup, sementara kau sendiri sudah mampu membunuh banyak penjagaku." Jett benar-benar tidak mempercayainya. Namun, di sisi lain ia mulai bertanya-tanya apa yang membuat gadis itu tidak menyerangnya.
Jett yakin Slo datang ke sarang Cleodore pasti untuk membunuhnya dan membunuh Lisa anaknya. Jika memang gadis itu adalah the Babydoll yang ditakuti dan diperhitungkan oleh pesaing-pesaing seprofesi, harusnya ia sudah membaca peluang untuk menghabisinya dari tadi.
"Sepertinya ia berusaha mengulur waktu saja. Kalau dia memang punya banyak peluru saat ini mungkin nyawaku sudah melayang. Apa dia sebenarnya telah kehabisan peluru?" batin Jett gelisah. Ia merasa tidak punya banyak waktu untuk menyelidikinya. Tanpa pikir ulang Jett melangkah maju, mendekati Slo yang langsung mengacungkan SIG Sauer yang sedari tadi dipegangnya dengan posisi siaga.
"Aku bilang berhenti, Jett!" bentak Slo.
"Omong kosong! Dari tadi kau cuma berusaha mengulur waktu saja. Apa kau pikir bisa mengelabuiku, Slo?! Kenapa tidak kau tembak aku sekarang juga, hah?!"
Dharr!
Suara dentuman senjata mengejutkan mereka. Mengalihkan ketegangan pada suasana yang lebih membuat mereka tercengang. Jett otomatis merunduk, sementara Slo membalas tembakan pada target kosong.
"Hentikan! Hentikan!" teriak Jett panik pada Kapten Reyes yang sedang berjongkok, menunggu dari dekat pintu tiga meter dari posisinya saat ini. "Suruh snipper mu untuk tidak menembak, bodoh!"
Terdengar tangis kencang Lisa begitu terbangun dari tidur karena bunyi ledakan peluru yang kedua. Slo berlari mencari posisi aman. Desing peluru kembali terdengar, kali ini terdengar tiga tembakan beruntun dan merompalkan lantai semen teras.
"Lisa!" Secara reflek Jett mengejar dan merebut puterinya dari dekapan Slo tepat saat bunyi tembakan ke sekian meletus, memekakkan telinga.
***
Slo sempat menegang karena antisipasi. Ia terlalu fokus pada arah serangan hingga terkejut ketika gadis kecil dalam pelukannya direnggut dengan kasar. Perasaan kosong yang mendadak datang, membuatnya tercenung. Pendengarannya melumpuh sesaat dan hanya menyisakan suara denging yang samar. Namun, kemudian ia memilih untuk mengalihkan konsentrasinya pada sumber serangan di bangunan tinggi seberang sana. Sambil merunduk, ia berusaha menembakkan pelurunya ke arah lawan.
Jantung Slo berdebar kencang. Ia mengingat sisa peluru di pistolnya mungkin hanya tinggal beberapa. Saat ini mustahil jika ia membalas dengan senjata yang sedang ia gunakan. Terlalu jauh, tapi setidaknya ia bisa membuat lawannya gentar.
"Aku harus menyisakan satu dua peluru untuk berjaga-jaga."
Slo memutuskan untuk segera pergi dari tempat ini. Naluri menyuruhnya untuk mencari sosok Jett yang tadi berhasil merebut Lisa dari tangannya. Ia ingin sekali mengatakan pada pria itu bahwa ia tidak pernah menjadikan Lisa sanderanya. Hanya saja situasi membuatnya harus menahan Lisa lebih lama agar dirinya bisa bertahan hidup. Ingin Slo berteriak pada Jett bahwa ada seseorang yang sedang mengatur skenario untuk menjebaknya.
"Jett ...."
Pria itu meringkuk dengan memeluk putrinya di lantai teras. Tubuh pria itu seolah membungkus tubuh si kecil Lisa, membungkuk, tertarik oleh daya gravitasi bumi yang kuat. Suasana hening yang janggal dan menyesakkan membuat Slo mematung waspada. Nalurinya mengatakan sesuatu buruk telah terjadi.
Slo tidak mengerti ada apa dengan pria ini, hingga ia melihat darah merembes dari sela-sela jari Jett yang gemetaran hebat, memegangi kepala anaknya. Dalam sekejab darah menggenang bagai kolam kecil di sekitar Jett.
Untuk pertama kalinya Slo merasa lantai yang dipijaknya mendadak bergelombang, membuatnya limbung. Tangannya sontak mencengkeram pistol yang masih di genggamnya untuk menguatkan diri. Ia terbiasa menghilangkan nyawa manusia, muda dan tua, tapi ia tidak pernah kuat menghadapi kematian anak kecil.
Gadis kecil yang sesaat tadi menangis kencang kini mendadak diam dan memucat. Sepasang mata bening itu telah terpejam kembali. Jett menatap langsung ke arah Slo hanya sesaat tapi penuh dengan bias emosi, antara gelisah, benci, dan sedih yang telah bercampur sama kuatnya.
"Oh, tidak ..., Lisa ...?" desis pria itu syok. Namun, Lisa tidak lagi terbangun. Pipinya yang semula bersemu merah karena udara dingin perlahan piasnya memudar, memucat, meninggalkan gumpalan emosi gelap yang menekan dada Slo.
"Apa yang terjadi?! Bagaimana dia bisa tertembak? Waktu Jett membawanya, dia masih menangis keras. Kapan dia tertembak?!"
Pertanyaan-pertanyaan itu datang bak air bah dalam otak Slo, membuatnya mematung dengan perasaan bingung yang melumpuhkan.
"Lisa ..., tidak ...! Jangan mati!!" teriak Jett histeris. "Demi Tuhan, apa yang kau lakukan pada anakku, Slo!!"
Sloanne tidak mampu lagi bersuara. Lidahnya seolah melumpuh. Ia hanya bisa menggelengkan kepala. Hatinya tercabik habis begitu Jett merintih putus asa, punggungnya bergetar dengan mulut terbuka tanpa suara seolah ia ingin mengeluarkan sesuatu yang menyumbat dadanya. Hingga akhirnya tangis Jett meledak, membanjiri udara malam, mengiris batin Slo begitu dalam.
"Seseorang sedang berusaha menghancurkan kita, Jett," bisik Slo setelah raungan pria itu mereda dan tergantikan oleh isak tangis.
"Tutup mulutmu!" Kemudian, ia terisak dengan sinar mata membara penuh kebencian, menusuk hingga ke dasar jiwa Slo. "Larilah selagi kau bisa, Slo. Karena setelah selesai mengubur anak istriku, aku akan mengejarmu sampai napas terakhir. Dan saat aku berhasil menangkapmu lagi, aku akan membuatmu sangat menderita," desisnya tajam.
Slo paham, saat ini tidak ada gunanya bicara dengan akal sehat ketika menghadapi Jett yang masih diliputi kesedihan dan kemarahan yang membutakan. Di sudut matanya, bayangan para petugas sudah mulai mendekat. Menyerbu mereka dengan senjata siap ditembakkan.
"Berhenti!" Teriakan-teriakan itu berkumandang. Slo langsung bergerak mundur menjauhi Jett yang masih memeluk tubuh anaknya. Dengan gerakan gesit Slo terjun dari lantai atas dan menceburkan diri ke kolam renang tepat berada di bawahnya.
Tekanan air kolam yang mendadak membuat tubuh Slo terasa terhantam keras. Begitu muncul ke permukaan, samar-samar ia mendengar salakan anjing pelacak yang makin mendekat. Adrenalin membuatnya mati rasa pada luka tusuk di lengannya, memompa kinerja jantung lebih kuat dan cepat, membuat Slo mampu bergerak tangkas dan mampu berpikir cepat.
Otaknya spontan bekerja mencari celah solusi. Ia tidak punya banyak waktu jika harus berlari dan mengandalkan fisiknya. Ia pun segera berlari ke garasi Keluarga Cleodore. Di antara deretan mobil-mobil mewah, Slo lebih tertarik mengambil motor sport 125 cc yang berada di barisan paling belakang. Ia akan lebih mudah meloloskan diri dari kejaran dengan mengendarai motor.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top