Bab 42
"Apa kau benar-benar yakin dengan keputusan ini?" tanya Sarah dengan tatapan sendu setelah beberapa saat yang lalu Elena mengatakan jika ingin kembali ke Virginia.
Elena mengangguk lemah. Sungguh, dia tidak tega melihat wanita di depannya saat ini. Sarah sudah dia anggap seperti ibunya sendiri. Walaupun mereka berkenalan dan tinggal satu atap belum terlalu lama. Namun, Elena tahu jika Sarah sangat menyayanginya.
"Apa kau tidak ingin menikah dengan Jeff?" tanya Sarah lagi. Tatapannya penuh harap pada Elena. Terlihat sekali jika Sarah menginginkan Elena untuk menjadi istri Jeff sekaligus menantunya.
"Aku datang ke sini bukan untuk menikah, hanya ingin pengakuan atas anakkku."
"Apa itu cukup?"
Pertanyaan Sarah seolah mendorongnya agar menerima ajakan Jeff untuk menikah. Elena tahu jika wanita yang sedang duduk di kursi roda itu sangat berharap padanya. Namun, kejadian demi kejadian yang dia alami membuat Elena merasa trauma. Dia butuh suasana baru. Wanita hamil itu tidak ingin membahayakan nyawa anaknya lagi. Sudah cukup semua yang telah dia lalui selama di New York.
"Aku tidak ingin memaksamu, tapi kumohon, pertimbangkan kembali keputusanmu. Anakmu bukan hanya memerlukan pengakuan, tapi kasih sayang dari ayah kandungnya, Elena. Apa kau ingat dengan cerita tentang bagaimana aku berjuang sendirian ketika Jeff kecil?"
Elena memilih untuk diam setelah mendengar perkataan Sarah. Memang benar anaknya butuh kasih sayang dari ayah kandungnya, tapi Elena sudah berpikir masak-masak untuk kembali ke Virginia. Di sana kasih sayang keluarganya sudah cukup. Dan dia juga ingat cerita tentang bagaimana Jefferson kecil yang tumbuh tanpa ayah kandungnya. Namun, dia sendiri butuh waktu untuk bisa menerima kehadiran laki-laki itu seutuhnya. Bukan hanya karena adanya anak yang dikandungnya semata.
"Apa kau ingin nasib anakmu kelak sama seperti anakku?" tanya Sarah. Sekali lagi wanita itu mencoba untuk mempengaruhi keputusan Elena.
"Aku tahu jika keputusan ini mungkin akan melukaimu, tapi untuk saat ini aku ingin sendiri merawat anakkku. Maafkan aku, dan Jeff sudah tahu jika ini adalah anaknya, jadi tidak mungkin dia akan menelantarkan begitu saja," jawab Elena dengan tenang sambil menggenggam tangan Sarah dengan hangat.
Sarah diam. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mungkin ini adalah hukuman yang harus diterima oleh Jefferson. namun, apakah ini adil untuk Jefferson? Ah, Sarah tidak tahu jawabannya. Elena dan Jefferson bukanlah anak kecil lagi.
"Jangan khawatir. Jika anak ini lahir, kau boleh datang untuk mengunjunginya... dan tentu saja Jeff juga boleh datang." Elena mencoba untuk menghibur Sarah. Meskipun itu mungkin sia-sia karena wajah Sarah yang terlihat semakin sedih dan terluka. Bagaimana un, Elena telah menolak Jefferson, pasti itu menyakiti hati wanita itu.
"Aku harap kau mau memaafkan Jeff dan merawat cucuku dengan baik." Sarah mengusap perut buncit Elena dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Pasti." Elena kemudian membungkuk untuk memeluk Sarah. Meluapkan emosi penyesalan karena tidak dapat mewujudkan keinginan wanita itu agar menikah dengan anaknya.
"Jaga kesehatanmu. Aku akan merindukanmu," ucap Elena setelah melepaskan pelukanannya.
****
"Apa kau benar-benar yakin dengan keputusan ini?" tanya Jefferson ketika memasuki kamar Elena. Sedangkan wanita itu sibuk memasukkan pakaiannya ke dalam sebuah koper.
"Aku tidak pernah seyakin ini," balas Elena kemudian menghentikan aktivitasnya dan duduk di pinggir ranjang dengan pelan dan hati-hati.
Jefferson menatap lama pada Elena. Ada bongkahan rasa penyesalan yang sangat besar. Dia kemudian berjalan menuju Elena. Tanpa mengucapkan apa-apa, tiba-tiba saja laki-laki itu bersimpuh di depan Elena yang sedang duduk di tepi ranjang.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Elena memekik. Dia terkejut dengan sikap Jefferson yang tiba-tiba.
"Aku tahu, jika kau tidak akan pernah benar-benar memaafkanku. Aku menyesal, Elena. Maafkan aku dan aku mohon jangan pergi, " pinta Jeff dengan nada yang mengiba.
Elena merasa dadanya trenyuh melihat Jeff saat ini. Laki-laki itu bersimpuh di depannya dengan tatapan sendu serta memohon untuk tetap tinggal.
"Aku sudah memaafkanmu...."
"Tapi kenapa kau tidak ingin menikah denganku?" potong Jefferson dengan tidak sabar.
"Aku ...." Lidah Elena kelu. Dia tidak bisa mengucapkan kalimat alasan agar Jefferson mau mengerti. Sebenarnya dia juga dilema dengan keputusannya sekarang, tapi Elena juga tidak ingin tinggal dan menikah dengan Jeff. Elena butuh waktu untuk menata hati dan pikirannya. Terlalu banyak, laki-laki di depannya ini telah menyakitinya walaupun sudah dia maafkan.
"Kalau kau ingin aku mencintaimu, aku akan belajar mulai sekarang. Bukankah dengan menikah dan menerima anak ini, aku sudah menunjukkan rasa sayang pada kalian berdua." Jefferson mencoba mengungkapkan alasan agar Elena mengubah keputusannya. Dia sebenarnya sudah mulai mencintai Elena, tapi hatinya masih ragu. Jika, dia mengungkapkannya sekarang, Jeff takut jika Elena malah akan menolak karena menganggap semua itu hanyalah alasan agar wanita itu mau bertahan dan menikah dengannya.
"Jeff ...," panggil Elena lembut. Dia kemudian meraih tangan laki-laki itu dan menaruhnya di perutnya yang besar.
Jefferson terkesiap dengan perlakuan lembut Elena. Dan tanpa diminta lagi, tangannya telah mengusap pelan perut Elena dengan penuh kasih sayang.
"Dia bergerak," ujar Jeff terkejut.
Elena tersenyum kemudian mengangguk. "Bayi ini tahu jika kau adalah ayahnya. Setiap kali kau menyentuh perutku, dia akan menendang semakin keras."
"Elena ...."
Mata Elena menatap wajah Jefferson lekat. Dia melihat bagaimana wajah penyesalan laki-laki itu yang terpampang jelas di hadapannya. Namun, itu belum cukup untuk menggoyahkan hatinya agar menerima Jefferson secara utuh. Sekali lagi Elena butuh waktu.
"Kau boleh datang untuk mengunjunginya setelah bayi ini lahir. Aku tidak akan melarangmu dan juga tidak akan menyembunyikan kebenaran jika kau adalah ayahnya. Dia berhak tahu. Walaupun kita tidak menikah sampai kapan pun kau tetaplah ayah kandungnya. Jangan ragukan itu."
Jefferson akhirnya menunduk. Matanya tidak bisa lagi menatap wajah Elena. Dadanya terasa sakit. Penyesalan dalam hatinya semakin besar. Elena benar-benar wanita yang kuat dan tangguh. Wanita itu tidak goyah dengan pendiriannya untuk mengubah keputusan yang telah dia buat. Pada akhirnya, dirinya telah kalah. Mungkin ini adalah hukuman atas perbuatannya di masa lalu yang tidak mau mengakui Elena dan juga bayi dalam kandungan wanita itu. Jadi, dia sekarang hanya bisa menerima apa pun itu keputusan Elena. Meninggalkannya serta membawa anak mereka pergi.
"Maafkan aku, Elena." Suara Jeff lirih.
Elena menggenggam telapak tangan Jeff yang masih berada di perutnya. "Kau tahu jika aku telah lama memaafkanmu, tapi maaf, aku tidak bisa menikah denganmu."
Wajah Jefferson menengadah. Ditatapnya wajah cantik Elena. Seolah sedang mematri wajah cantik tersebut dalam ingatan dan juga hatinya.
"Terima kasih karena telah sudi untuk memberikan pengakuan pada anak ini... dan sekali lagi maafkan aku."
Jefferson membalas genggaman tangan hangat Elena. Bibirnya sudah tidak bisa berkata lagi. Dia memang bodoh dan bajingan. Semua telah berakhir meskipun dia telah berlutut dan memohon, Elena tetap tidak mau mengubah keputusannya. Elena mungkin sudah memaafkannya, tapi dia belum mau menerima dirinya. Jeff tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk menahan kepergian wanita yang akan segera melahirkan anaknya tersebut. Namun, dia tidak akan menyerah begitu saja. Mungkin sekarang Elena belum membuka hati untuk dirinya, tapi Jefferson yakin jika dia dapat membuat wanita itu berubah pikiran suatu saat nanti. Dirinya hanya butuh waktu dan usaha yang lebih keras lagi untuk menunjukkan kesungguhan hatinya. Dan satu hal lagi yang penting, jika dia harus mencintai Elena dengan setulus hati.
"Apa aku boleh menciummu untuk yang terkahir kalinya?"
Elena terperanjat dengan permintaan Jeff. Dia membeku untuk beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk dengan lemah.
Jeff merasa bahagia ketika bibir mereka saling bertemu. Seolah ingin menuntaskan hasrat dalam hatinya, Jeff memagut bibir ranum Elena sangat lama. Ya, dia baru saja berkata jika ini adalah ciuman terakhir, tapi dalam hati Jeff berjanji jika ciuman ini adalah akhir dari semua penderitaan yang telah dia berikan pada Elena. Bukan benar-benar yang terakhir karena Jeff akan memulai lagi dengan ciuman bahagia suatu hari nanti.
End
*****
Hello semuanya...
Ada yang kangen sama Babang Jeff?
Maaf, saya itu punya penyakit lama kalau menulis klimaks sampai ending.
Ini udah ending ya, tapi masih ada epilog dan mungkin juga ekstra part.
Terima kasih pada semua yang sudah membaca, memberikan vote dan komentar untuk cerita ini.
Salam hangat
Vea Aprilia
Rabu, 20 Februari 2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top