Bab 39
Jefferson sedang meneliti berkas-berkas yang baru saja diajukan oleh seorang pengacara padanya. Bibirnya menyunggingkan senyuman puas. Semua bukti sudah mengarah pada laki-laki itu. Dia akan memastikan bahwa bajingan itu akan membusuk selamanya di dalam penjara.
"Pastikan bahwa bajingan itu akan membusuk dalam penjara," ucap Jeff dingin.
"Anda tidak perlu khawatir Mr. Campbell, kasus Scotter Bradley sudah ditangani oleh pengadilan. Semua bukti juga sudah lengkap. Dia terlibat banyak kasus termasuk pembunuhan."
Jeff tersenyum puas sekali lagi. Ya, Scotter terlibat banyak sekali kasus. Mulai dari penggelapan dana, penculikan dan juga pembunuhan. Sebenarnya, kasus pembunuhan itu ada kaitannya dengan ayah Scott, tapi sayangnya laki-laki tua bangka itu sudah lama mati. Jadi, bagaimana bisa Scotter bersalah? Itu karena Scott adalah kaki tangan William.
Scotter adalah laki-laki licik yang pernah ditemui oleh Jefferson. Dia terlihat bersih, bahkan Jeff sempat tertipu dengan sikap laki-laki itu. Mungkin kematian ayah Jefferson sudah lama, tapi tidak dengan percobaan pembunuhan terhadap ibunya yang kedua kali. Ya, dua kali, Jeff hampir kehilangan ibunya.
Kehidupan Jeff baik-baik saja bahkan sebelum Alexander Campbell—ayahnya– menemukannya ketika dia berumur sepuluh tahun. Alexander membawa Jeff pada keluarga Campbell dan memberikannya kehidupan mewah yang sebelumnya tidak pernah dia rasakan. Sebelumnya Alexander telah menikah dengan Caroline, tapi mereka tidak dikaruniai anak. Caroline sendiri adalah adik dari William, ayah Scott.
Di keluarga Campbell, Jeff bertemu dengan Scotter Bradley, anak laki-laki yang diangkat oleh Alexander. Mereka berteman baik pada awalnya, bersahabat bahkan sudah seperti saudara. Namun, semenjak kematian ibu kandung Scott, laki-laki itu menjadi berubah. Ditambah dengan kelakuan sang ayah, membuat sikap Scotter bertambah dingin.
Pada puncaknya Scotter benar-benar mengibarkan bendera peperangan ketika Jonathan Campbell –kakek Jefferson– memberikan seluruh kekayaan dan kekuasaan perusahaan pada Jeff. Scotter merasa tidak terima karena dialah yang telah banyak membantu perusahaan dan dia juga telah mengabdikan seluruh hidupnya pada keluarga Campbell.
Tentu saja bukan salah Jeff, jika kakeknya akan menyerahkan perusahaan pada dirinya. Karena Jeff adalah murni keturunan Campbell. Sedangkan Scott hanyalah anak angkat dari kakak Caroline.
"Lalu bagaimana dengan wanita itu?" tanya Jefferson kembali.
"Marylin Kenneth terbukti ikut bersekongkol untuk menculik dan menyekap Nona Elena, dia juga terlibat dalam pencucian uang yang dilakukan oleh Scotter, dan kabar buruknya, wanita itu ternyata adalah kekasih dari Scotter."
Pengacara itu menjelaskan sambil menatap wajah Jefferson. Laki-laki itu sedikit takut akan menyinggung perasaan Jeff karena dia tahu jika Jefferson adalah tunangan Marylin.
"Maaf, Anda tidak apa-apa?" tanya pengacara itu.
"Aku tidak apa-apa dan aku sudah tahu jika mereka saling berhubungan." Jeff menghela napas. "Itu malah semakin baik, bukan? Aku bisa segera mengakhiri pertunangan sialan ini, kemudian memenajarakan wanita itu."
Sikap Jefferson begitu tenang dan tampak baik-baik saja. Tentu saja, itu karena musuh bebuyutannya bisa dia jebloskan ke penjara. Hidupnya dan juga Sarah akan mulai tenang, begitu juga dengan hidup Elena serta anaknya kelak.
Ah Elena, wanita itu sudah banyak menderita karena perbuatannya. Sepertinya, mulai sekarang dia harus memperlakukan Elena sebagai mana mestinya.
*****
Elena sedang duduk di bangku taman belakang rumah Jeff. Dia menikmati udara senja yang memberikan kesejukan padanya. Salju sudah tidak turun selama seminggu ini, jadi dia bisa menikmati matahari yang akan tenggelam di ufuk barat.
"Kau sedang melamun?" tanya Sarah ketika wanita itu sudah berada di sampingnya.
"Ah, Nyonya."
"Sudah kubilang panggil aku Sarah saja."
Elena tersenyum tipis. Wanita ini mengingatkankannya pada sosok ibunya. Lemah lembut dan penuh kehangatan.
"Apa yang sedang kaupikirkan?" tanya Sarah kembali karena Elena terlihat melamun lagi.
Elena menghela napas sebelum bicara, "Aku hanya teringat ibuku."
"Kau pasti sangat merindukannya." Sarah meraih tangan Elena kemudian menggenggamnya dengan erat, seolah menyalurkan kehangatan pada wanita hamil itu.
"Terima kasih." Elena mengucapkan kata itu lebih kepada perhatian Sarah padanya.
"Emm... Apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Elena sedikit ragu.
"Katakanlah." Sarah menunggu dengan sabar.
"Apa sebenarnya hubungan Jeff dengan Scotter Bradley?"
Itu adalah pertanyaan yang sudah lama ingin Elena tanyakan pada Jefferson, tapi wanita itu ragu dan takut jika Jeff malah mengabaikannya. Dan sekarang muncullah keberanian untuk bertanya pada Sarah. Karena Elena yakin jika Sarah akan mau menjawabnya.
"Mereka seperti saudara."
"Sepupu?"
"Bukan. Scotter adalah anak dari William, kakak dari istri Alexander, Caroline Bradley."
Elena menyipitkan mata, tapi telinganya fokus mendengarkan penjelasan selanjutnya. Dia masih belum mengerti dengan arah pembicaraan Sarah. Siapa William, Alexander dan juga Caroline?
"Caroline adalah istri pertama Alexander, ayah Jeff dan juga suamiku. Sebenarnya aku dan Alexander adalah kekasih sewaktu sekolah menengah. Namun, kami terpaksa berpisah karena Alexander pergi ke Inggris untuk melanjutkan studinya. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi," ucap Sarah setelah melihat wajah penasaran serta bingung Elena.
"Lalu... Jeff?"
Sarah tersenyum, dia tahu arah pertanyaan Elena.
"Jeff hadir setelah Alexander menikah selama lima tahun. Ya,kami bertemu lagi dan menjalin kasih di belakang Caroline."
Elena refleks menutup mulutnya. Dia tidak menyangka wanita yang terlihat baik, ternyata tega merayu suami orang lain.
"Jangan salah paham dulu." Sarah kembali tersenyum kemudian menggenggam tangan Elena. "Kami memang menjalin hubungan, tapi setelah aku tahu tengah mengandung Jeff, aku memutuskan untuk pergi dari kehidupan Alexander. Aku tidak mau merusak hubungan rumah tangga mereka."
Elena terdiam. Dia teringat dengan dirinya sendiri yang kini tengah hamil dan memiliki rencana untuk menghilang dari kehidupan Jeff. Apakah dia akan mengikuti jejak Sarah?
"Aku tahu Alexander memiliki obsesi untuk mempunyai anak karena Caroline tidak bisa memberikannya keturunan." Ada jeda sejenak pada kalimat Sarah. "Caroline mandul."
Mata Elena terbelalak. Dia sangat terkejut. Kemudian dia juga merasa kasihan pada wanita itu. Tanpa sadar tangannya kini membelai perutnya sendiri. Dia bersyukur, setidaknya Tuhan masih mau menitipkan janin dalam perutnya.
"Setelah hamil dan menghilang, aku tidak tahu lagi tentang kabar Alexander. Hingga saat Jeff berumur sepuluh tahun, Alexander menemukan kami dan kabar buruknya Caroline telah meninggal. Wanita itu bunuh diri karena depresi. Dia menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa memberikan keturunan pada Alexander."
Elena sedang mencerna satu per satu kejadian yang baru saja didengarnya. Dia merasa mendapatkan pencerahan. Sebab, semenjak kejadian penyekapan itu, dirinya selalu dihantui berjuta pertanyaan tentang jati diri Jefferson yang sebenarnya.
Scotter pernah mengatakan padanya jika sangat membenci Jefferson, bahkan berniat untuk membunuh laki-laki itu beserta orang-orang yang dicintainya. Scott menuduh Jefferson telah merebut semua kebahagiaannya. Membunuh ibu angkatnya, kemudian menyebabkan ibunya sendiri meninggal karena sakit, lalu ditambah dengan ayahnya yang mati dengan misterius. Puncaknya adalah Jefferson telah merebut kekayaan keluarga Campbell yang seharusnya menjadi miliknya.
Sarah melihat masih ada keraguan dalam wajah Elena. Dia merasa wanita hamil itu masih penasaran dengan cerita tentang anaknya.
"Kalau kau berpikir Jefferson merebut milik Scott, itu salah. Bahkan aku telah menghilang saat sedang hamil, karena aku tidak ingin harta atau kekuasaan keluarga Campbell. Namun, ternyata Tuhan merencanakan lain. Alexander menemukan kami dan Jonathan memberikan semua kekayaannya pada Jefferson."
"Ayah Jeff?"
Sarah menepuk punggung tangan Elena sebelum menjawab, "Dia meninggal. Suamiku meninggal saat kecelakaan. Saat itu dia sedang bersamaku, tapi untungnya aku selamat."
"Dan... seperti ini?" tanya Elena. Dia menduga cacat yang dialami Sarah karena kecelakaan itu.
Sarah tersenyum. "Bukan. Ini terjadi bukan karena kecelakaan itu, tapi ada kecelakaan lain."
Elena terbelalak. Tangannya menutup mulutnya kembali. Dia tidak menyangka jika wanita di sampingnya ini akan mendapatkan kejadian mengerikan untuk yang kedua kalinya. Setelah kecelakaan pertama yang merenggut nyawa suaminya kemudian kecelakaan kedua yang menyebabkan Sarah cacat. Elena menjadi prihatin dengan takdir buruk yang dialami oleh Sarah.
"Aku baik-baik saja." Sarah menepuk pundak Elena kemudian membelai rambut wanita hamil itu. Dia dapat melihat bagaimana Elena merasa prihatin.
"Apa semua itu berhubungan dengan Scott?" tanyanya hati-hati.
Sarah menghela napas. Dia terlihat ragu untuk menjawab. "Aku tidak yakin, tapi sepertinya dia terlibat."
Ada raut kesedihan yang terpancar dari wajah Sarah. Elena kemudian merengkuh tubuh wanita itu ke dalam pelukannya. Dia tidak menyangka akan mendengarkan cerita tragis seperti ini. Semua perasaan penasarannya terjawab sudah. Dia tahu sekarang apa yang menyebabkan Scott sangat membenci Jefferson bahkan ingin menghabisi laki-laki itu.
Dendam dalam diri Scotter sangat mengerikan. Bahkan secara langsung dirinya terlibat di dalamnya dan menjadi korban. Untung saja nyawanya dan anaknya dapat selamat. Semua karena Jefferson. Ah, laki-laki itu. Elena merasa bersalah sekarang.
Ternyata laki-laki itu tidak seburuk apa yang dipikirkannya selama ini. Bahkan hidupnya terlalu mengerikan. Elena tidak bisa membayangkan hidup dalam bayang-bayang kematian bersama musuh yang nyata dan dekat dengan dirinya. Terlalu mengerikan, bahkan saat memikirkannya saja membuat tubuh Elena bergidik, takut.
Apakah laki-laki itu juga merasa ketakutan selama ini?
****
Hallo semuanya...
Ada yang kangen sama Bang Jeff?
Bukannya aku lupa untuk publish, tapi nulis bab-bab akhir itu agak sulit. Jadi, butuh ekstra mikir banget.
Happy reading
Vea Aprilia
Selasa, 11 Desember 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top