Bab 34

Elena terbangun setelah tertidur cukup lama. Bahkan dia sendiri tidak tahu berapa lama matanya terpejam. Kepalanya sedikit pusing. Sedangkan matanya belum mampu untuk terbuka sepenuhnya. Tubuhnya terasa sedikit lebih lemah. Dia tidak benar-benar ingat apa yang telah terjadi. Namun, wanita itu hanya ingat jika setelah makan malam ada seseorang yang mengetuk pintu apartemennya. Setelah dia membuka pintu tiba-tiba saja ada, orang yang membekap mulutnya dan semua menjadi gelap.

Tubuh Elena benar lemas sekali. Bahkan dia sekarang tidak bisa bangkit hanya untuk duduk. Matanya pun belum sepenuhnya terbuka. Namun, dia dapat merasakan jika ini bukan kamarnya. Ruangan tersebut terlalu lembab. Kordennya tertutup rapat. Ada bau kayu-kayuan yang dapat dirasakan oleh indera penciumannya.

Elena mencoba untuk tenang. Walaupun dia tahu ini bukan saatnya. Dia sadar jika dirinya kini sedang dalam bahaya.

Apakah laki-laki itu menculiknya kembali?

Tiba-tiba pikiran itu muncul dari dalam benaknya. Ya, itu mungkin saja terjadi setelah penolakannya kemarin.

Dengan gerakan lambat dan susah payah akhirnya Elena bisa duduk dan membuka matanya lebih lebar. Napasnya tiba-tiba memburu. Perasaan takut pun muncul.

Dia dikurung sekarang dan Elena juga tidak tahu tempat apa ini.

Tak berapa lama Elena mendengar suara orang yang sedang memutar kunci. Hingga beberapa detik kemudian seorang laki-laki dan perempuan muncul dari balik pintu. Elena tidak dapat melihat dengan jelas wajah kedua orang tersebut karena terlalu gelap.

"Kau sudah bangun rupanya?" Suara seorang wanita terdengar.

Elena beringsut mundur. Kali ini dia benar-benar ketakutan.

"Jadi, kau wanita yang telah menggoda Jeff."  Wanita itu berbicara kembali.

Elena dapat merasakan jika kasur yang dia tempati berderit karena diduduki oleh seseorang. Orang itu adalah wanita yang baru saja berbicara padanya.

"Kau juga sudah hamil rupanya." Wanita itu terus saja mengoceh dan Elena tidak mempunyai selera untuk menjawab semua perkataan yang dilontarkan padanya.

"Kalian siapa? Dan apa yang kalian inginkan?" Elena bertanya sambil memeluk erat perutnya. Dia takut jika mereka akan melukai anaknya. Tidak itu tidak boleh terjadi. Elena harus berusaha untuk melindungi anaknya apa pun yang terjadi.

Terdengar tawa dari si wanita. Setelah itu Elena hanya bisa mendengar dengusan.

"Sayang, berhentilah main-main. Aku harus mengintrogasinya," ucap si laki-laki pada wanita tersebut.

Elena benar-benar tidak tahu dan tidak mengenal mereka. Dan apa tadi, Jeff. Wanita itu sempat menyebut nama Jeff. Apa ini semua berhubungan dengan laki-laki bajingan itu?

Wanita hamil itu hanya bisa menerka-nerka tanpa tahu tujuan mereka yang sebenarnya. Dia ketakutan saat ini. Benar-benar ketakutan. Disekap dalam sebuah ruangan tertutup bersama dua orang yang tidak dikenalnya.

"Baiklah. Aku akan keluar." 

Elena dapat mendengar suara langkah kaki wanita itu keluar dari ruangan. Sekarang hanya ada dirinya dan juga laki-laki yang dia tidak kenal. Tubuh Elena semakin beringsut ke belakang hingga menempel pada tembok dingin. Matanya menatap waspada laki-laki asing yang masih berdiri di hadapannya. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh laki-laki itu padanya.

Beberapa menit kemudian lampu pun dinyalakan, membuat mata Elena langsung terpejam akibat cahaya terang.

Terdengar suara kekehan dari laki-laki tersebut.

Mata Elena perlahan-lahan terbuka. Sekarang dia dapat melihat jelas bagaimana wajah laki-laki di depannya saat ini. Laki-laki itu mempunyai wajah tegas dengan rambut cokelat yang panjang di atas bahu. Ada cambang halus di sekitar wajah dan dagunya. Mata cokelatnya menyiratkan suatu yang tidak dapat Elena tebak saat ini. Namun, terlepas dari semua itu, laki-laki di depannya ini tidak memiliki aura persahabatan sama sekali.

Tiba-tiba Elena ingat sesuatu. Laki-laki ini adalah....

"Apakah kau masih ingat denganku?" tanya laki-laki itu sambil menyeringai.

Mulut Elena terbuka dan kepalanya menggeleng perlahan. Dia berusaha meredakan debaran jantungnya. Kemudian menelan ludahnya dengan susah payah.

"Kau?" Tatapan Elena masih tertuju pada laki-laki yang kini berjalan mendekat padanya.

"Iya ini aku. Apa kau sudah mengingatnya, Elena." Terdengar kekehan dari laki-laki itu yang membuat tubuh Elena merinding.

Entah kenapa Elena merasa aura yang berbeda dari laki-laki di depannya ini. Dulu saat mereka pertama kali bertemu dan sekarang. Dia tidak tahu apa yang diinginkan oleh laki-laki ini, tapi Elena yakin, itu bukan sesuatu yang baik.

*****

"Bajingan! Di mana kau sembunyikan Elena."

Bugh....

Sebuah pukulan keras mendarat pada wajah Jeff, membuat laki-laki itu langsung tersungkur ke belakang. Jatuh terjerembab di atas lantai.

Jeff menatap laki-laki yang tiba-tiba muncul di hadapannya dan langsung memukul wajahnya. Dan sialnya ketika dia tahu jika laki-laki itu adalah laki-laki yang sama saat berada di apartemen Elena.

Apa sebenarnya masalahnya?  Kenapa di datang dan tiba-tiba memukul dirinya? Seingat Jeff, dia tidak pernah ada urusan dengan laki-laki ini.

Tunggu. Apa tadi dia bilang? Elena?

Jefferson kemudian berdiri dan mengusap sudut bibirnya yang sedikit robek. Dia tidak mengatakan apa-apa tapi menatap Robert dengan tajam.

Napas Robert masih memburu. Dia benar-benar sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi. Kemudian dia dengan cepat melangkah ke arah Jeff dan menarik kerah kemeja laki-laki tersebut.

"Katakan di mana Elena sekarang?" tanya Robert sekali lagi dengan nada yang lebih keras.

Jeff mengernyit. Dia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Robert. Elena? Kenapa dengan Elena?

"Tunggu. Apa maksudmu?" tanya Jeff penasaran.

"Jangan pura-pura tidak tahu. Aku tahu kau yang melakukan semua ini. Berengsek!" teriak Robert kemudian memukul wajah Jeff kembali. Dan lagi-lagi Jeff tersungkur di atas lantai.

Jeff masih belum mengerti dengan sikap dan perilaku Robert padanya. Apa terjadi sesuatu pada Elena?

"Demi Tuhan dia sedang hamil dan kau pasti telah menyembunyikannya, bukan?" teriak Robert kemudian meraih kerah kemeja Jeff dengan cepat.

"Aku tahu kau laki-laki yang sudah melakukan hal itu pada Elena."

Mata Jeff membulat. Belum cukup tentang berita Elena yang masih belum bisa dicerna oleh otaknya. Laki-laki di depannya ini sudah mengatakan hal lainnya lagi.

"Aku melihatnya waktu itu," ujar Robert dengan tatapan membunuh dan masih dengan napas yang memburu.

Demi Tuhan, Elena tidak bisa dihubungi selama dua hari dan Robert juga tidak menemukan wanita itu di apartemennya. Tentu saja Robert curiga. Apalagi dia dengan jelas melihat laki-laki ini waktu itu, dan setelah itu Elena menghilang.

"Aku tahu kau adalah laki-laki yang sudah membuat Elena hamil."

Ucapan dan tatapan Robert membuat Jeff langsung terhenyak. Dia sekarang tahu maksud laki-laki yang sedang mencengkeram kuat kerah kemejanya.

"Katakan di mana Elena atau aku akan membuatmu menyesal seumur hidup!" ancam Robert. Darah laki-laki itu sudah mendidih. Kesabarannya sudah menghilang.

"Katakan!!!" teriak Robert sekali lagi.

Napas Jeff terasa sesak bukan karena cengkeraman Robert, tapi dia baru saja sadar dengan apa yang laki-laki itu katakan. Elena menghilang?

"Elena?"

Hanya itu yang mampu keluar dari mulut Jeff. Setelah itu pukulan bertubi-tubi dilancarkan oleh Robert. Laki-laki itu benar-benar sudah kalap. Dia tidak akan pernah membiarkan orang lain menyakiti Elena, termasuk laki-laki yang sudah menghamili kemudian mencampakkan wanita itu. Tidak. Bahkan Elena sekarang menghilang. Gara-gara laki-laki ini, hidup Elena jadi berantakan.

Robert terus menerus memberikan pukulan bertubi-tubi, tapi yang aneh adalah Jefferson tidak mencoba mengelak atau membalas. Dia bahkan dengan suka rela menerima pukulan tersebut.

Setelah puas memukul Jeff, Robert berdiri dan meninggalkan laki-laki itu. Namun, sebelum Robert benar-benar pergi, dia memberikan ancaman terhadap Jefferson.

"Kalau sampai terjadi sesuatu pada Elena, aku akan benar-benar membunuhmu."

Jeff masih terbaring di atas lantai dengan pandangan kosong. Wajah dan tubuhnya sudah babak belur, tapi anehnya dia tidak merasakan sakit sama sekali. Malah ada sesuatu yang sesak dalam dadanya.

Elena.

Elena menghilang.

Anaknya?

Jeff segera bangkit dengan perlahan sambil memegangi perutnya. Ini bukan saatnya berbaring saja atau hanya berpikir. Dia harus cepat mencari keberadaan Elena. Tidak. Bukan hanya Elena, tapi juga anaknya. Tidak ada yang boleh menyakiti anaknya. Cukup dirinya dulu yang bodoh. Sekarang saatnya membuktikan bahwa dia sungguh-sungguh menginginkan anaknya, juga wanita itu.

****

Hallo maaf 🙏 beberapa hari tidak update

Semalam sebenarnya mau update, tapi wattpad error sampai aku ketiduran. Jadi, aku publish pagi ini.

Happy reading.

Vea Aprilia
Selasa 20 November 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top