Bab 29

Matahari bersinar terang hari ini.  Walaupun masih dalam suasana musim dingin. Orang-orang beraktifitas seperti biasa. Melakukan kegiatan yang seperti tidak ada habisnya. Namun, berbeda dengan Elena. Wanita itu masih berbaring di ranjang dengan lemah. Sejak semalam dia terus menangis hingga menyebabkan badannya demam. Dia tidak bisa bergerak ke mana-mana dan hanya berbaring di atas tempat tidur.

Kejadian semalam sedikit banyak mempengaruhi emosinya. Elena merasa hidupnya berantakan setelah bertemu Jefferson. Hidupnya yang dulu baik-baik saja, berubah 180 derajat.

Mata Elena masih terpejam walaupun dia tidak tertidur. Dia merasa lemas sekali. Mungkin kalau dia sampai mati membusuk sekarang, tidak ada orang yang akan menyadarinya.

Dia juga tidak tahu ini sudah jam berapa. Mata Elena terasa berat sekali. Akhirnya dia jatuh tertidur kembali.

Belum lama Elena tertidur dia mendengar suara pintu yang diketuk. Matanya langsung terbuka lebar. Kilasan bayangan kejadian tadi malam berputar kembali dalam otaknya.

Tidak. Dia tidak akan membuka pintu tersebut. Dia tidak akan bertindak bodoh lagi dengan membiarkan laki-laki itu kembali masuk, kemudian melecehkan dirinya. Tidak.

Tiba-tiba mata Elena telah basah oleh air mata. Dia tidak tahu jika  mengingat kejadian tersebut akan membuatnya menangis lagi.

Ketukan pintu pun akhirnya berhenti. Elena akhirnya bisa bernapas lega. Dia kemudian memaksakan diri untuk bangun. Namun, gerakannya terhenti ketika ponsel di atas nakas berbunyi. Matanya melirik nama si penelpon.

Robert.

Tanpa pikir panjang dia langsung menjawab panggilan tersebut.

"Kau di mana?"

Belum sempat Elena bicara, tapi Robert sudah menanyakan tentang keberadaannya. Dari nada suaranya Elena dapat menangkap jika laki-laki sedang mencemaskannya.

"Di apartemen," jawab Elena dengan nada lemah.

"Apa kau sakit?"

Oh Robert. Laki-laki itu seperti punya indra keenam. Dia bisa tahu kalau dirinya sedang sakit saat ini.

"Iya."

"Buka pintunya. Aku di luar."

Kalimat itu seperti kehangatan sinar matahari di saat musim dingin. Elena merasa beruntung juga bahagia. Robert datang di waktu yang tepat.

Setelah mematikan ponselnya. Elena berjalan tertatih ke arah pintu. Sesekali dia akan berhenti dan berpegangan pada dinding untuk mencapai pintu apartemennya. Pintu yang seharusnya hanya membutuhkan lima langkah, kini terasa begitu jauh dari jangkauannya.

Akhirnya dengan usaha dan tenaga yang hampir habis, Elena sampai dan langsung membuka pintu tersebut walaupun dengan susah payah. Dia tersenyum ketika melihat Robert yang berdiri di sana. Namun, senyum itu tidak bertahan lama karena Elena tiba-tiba terjatuh tepat di pangkuan Robert.

****

Robert sangat terkejut ketika mendengar suara Elena yang begitu lemah. Dia berpikir jika wanita itu mungkin sedang sakit. Dan benar saja ketika dia melihat sendiri wajah pucat Elena ketika membuka pintu kemudian tiba-tiba pingsan di depan matanya. Untung saja dia dengan sigap dan cepat langsung menangkap tubuh Elena sebelum jatuh ke atas lantai.

Sebenarnya laki-laki itu datang setelah Elena tidak masuk ke restoran. Robert merasa curiga karena beberapa kali teleponnya tidak diangkat. Jadi, dia memutuskan untuk datang langsung ke apartemen wanita itu. Dia menduga jika wanita itu mungkin sedang sakit. Dan benar dugaannya.

Sekarang Robert sedang menunggu dokter yang sedang memeriksa Elena. Setelah melihat Elena pingsan, Robert langsung menggendong tubuhnya. Sebelumnya dia memeriksa suhu tubuh Elena. Dan dia terkejut ketika badan Elena sangat panas. Buru-buru Robert membawa Elena ke rumah sakit terdekat.

"Dia demam dan mungkin itu terjadi karena sedang tertekan. Padahal itu tidak baik karena dia sedang hamil."

"Hamil?" tanya Robert terkejut.

"Iya. Hamil. Anda tidak lihat perutnya." Dokter itu menunjuk ke arah perut Elena yang membesar.

"Anda harus menjaga emosinya agar tidak terlalu stres. Dia baru saja tertidur setelah kami memberikan obat."

Robert masih terpaku di tempatnya, bahkan setelah dokter dan perawat pergi. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Elena hamil?

Matanya kemudian menatap pada perut Elena sangat lama. Kenapa dia baru menyadari hal tersebut sekarang?

Robert seperti dilempar dari tepi jurang. Kabar kehamilan Elena tentu saja membuat dia tidak tahu harus berbuat apa.

Elena tampak baik-baik saja selama ini. Dia juga tidak pernah menunjukkan tanda-tanda seperti wanita yang sedang hamil. Pakaiannya pun biasa saja.

Tunggu.

Pakaian?

Robert baru sadar jika selama ini Elena selalu memakai mantel tebal walaupun dia sudah berada di dalam restoran dengan penghangat ruangan.

Bodoh.

Robert benar-benar bodoh selama ini karena tidak pernah menyadarinya. Dia juga tidak pernah memeluk Elena jadi, dia tidak bisa merasakan perut Elena yang membesar.

Laki-laki itu pun berjalan perlahan mendekati ranjang Elena dan berdiri tepat di sampingnya. Dia menatap wajah Elena yang pucat pasi. Masih terlihat bekas air mata dan juga keringat keluar dari dahi Elena. Setelah itu matanya beralih ke arah perut Elena. Walaupun tadi dokter tidak memberi tahu Robert berapa usia kandungan Elena, tapi dia dapat mengira-ngira jika itu sekitar lima bulan atau bahkan lebih. Robert mendengkus. Wanita ini benar-benar pintar menyembunyikan kehamilannya selama ini.

Dia kemudian tertawa getir. Jadi, selama ini Elena sudah hamil bahkan ketika wanita itu baru saja bekerja di restoran milik keluarganya. Robert seperti kecolongan.

Namun, perasaan tersebut seolah menguap ketika memikirkan siapa laki-laki berengsek yang tidak mau bertanggung jawab atas kehamilan Elena. Dia tidak mengerti kenapa laki-laki itu tega mencampakkan Elena begitu saja.

Elena terlalu baik untuk diperlakukan seperti itu. Wanita itu begitu polos dan lugu. Kenapa Robert bisa berpikir seperti itu, karena dia bisa melihat karakter orang berbeda setiap hari, begitu juga dengan Elena.

Elena adalah wanita yang berbeda dari semua wanita yang pernah ditemuinya. Wanita yang tidak pernah mengeluh, kuat, dan mandiri. Wanita yang tidak pernah mencoba menggodanya atau berpura-pura untuk mencari perhatian darinya. Jadi, mungkin itu alasan kenapa Robert bisa menyukai Elena.

Akan tetapi, apa yang harus dia perbuat sekarang? Elena hamil dan dia tidak tahu siapa yang melakukannya. Namun, Robert bersumpah jika suatu saat nanti mengetahui siapa laki-laki berengsek yang sudah menelantarkan Elena dan juga bayinya, dia akan membuat laki-laki itu menyesal seumur hidup.

Sorot mata Robert yang tadinya teduh berubah menjadi tajam. Ada aura kemarahan di sana. Wajahnya pun terlihat lebih gelap. Dia mungkin masih belum mempercayai kejadian ini seratus persen, tapi Robert tahu jika wanita yang sedang berbaring saat ini membutuhkan uluran tangannya. Laki-laki itu pun berjanji dalam hati, tidak akan pernah meninggalkan Elena, apa pun yang terjadi. Kecuali wanita itu tidak membutuhkannya lagi dan menyuruh dia pergi. Robert akan melakukannya.

*****

Hallo seperti janji saya untuk update. Maka saya update bab ini.

Terima kasih banyak yang sudah mau baca curhatan saya dan memberikan semangat.

I Love You All.

Oh ya, kalian pilih #teamrobert atau #teamjeff?  Tulis di kolom komentar ya 😘😘😘

Happy reading

Vea Aprilia
Jumat 09 November 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top