Bab 27

Dua hari sudah Elena masuk untuk bekerja kembali di restoran. Tentu saja dia tidak mau terus-menerus bermalas-malasan di rumah saja. Dia butuh uang untuk segera meninggalkan New York. Jadi, untuk sementara dia akan bekerja sedikit lebih keras lagi.

Kandungannya pun sudah baik-baik saja. Dia rutin minum obat dan vitamin jadi tidak akan terjadi apa-apa lagi.

"Apa kau benar-benar sudah baik-baik saja?" tanya Robert. Laki-laki tampan itu benar-benar khawatir padanya. Pasalnya sejak kemarin dia terus memberikan pertanyaan yang sama, membuat Elena sedikit tidak enak.

"Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir," jawab Elena dengan sungguh-sungguh. Dia tidak mau laki-laki ini terus saja mengkhawatirkan dirinya.

"Baiklah. Aku percaya."

Akhirnya Robert berhenti merecoki Elena, setelah wanita itu memberikan tatapan ketidaksukaannya tentang pertanyaan yang sama.

"Aku hanya berpikir wajahmu masih sedikit pucat." Robert ternyata masih belum menyerah.

"Aku baik-baik saja Robert. Jadi, tolong jangan bertanya lagi."

"Baiklah-baiklah." Robert mengangkat kedua tangannya ke atas tanda dia telah menyerah.

Elena tersenyum geli melihat kelakuan laki-laki itu.

"Bagaimana kalau kita makan malam bersama?" tanya Robert tiba-tiba membuat Elena sedikit terkejut.

"Makan malam?"

"Iya, setelah pekerjaanmu selesai."

"Lalu, restoran?"

"Chaterine akan mengurusnya ketika kita pergi."

Elena masih mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. Dia sedikit terkejut dengan Robert yang tiba-tiba mengajaknya untuk pergi makan malam bersama. Mereka memang beberapa kali jalan-jalan bersama, tapi untuk makan malam rasanya sedikit aneh. Apakah mungkin ada sesuatu yang spesial? Ataukah Robert sedang ulang tahun? Entahlah.

"Bagaimana?"  tanya Robert lagi karena belum mendapatkan jawaban dari mulut Elena.

Elena mengangguk setuju. "Baiklah."

Ada perasaan bahagia yang terpancar jelas dari wajah laki-laki di depannya ini. Entah karena apa, tapi Elena bisa melihat dengan jelas hal tersebut.

Mungkinkah karena makan malam nanti?

****

Sudah pukul tujuh ketika Elena dan Robert meninggalkan restoran. Wanita itu masih tidak tahu mereka akan makan malam di mana.

Akhirnya mereka sampai di sebuah restoran bergaya Eropa. Restoran yang kata Robert, merupakan jajaran restoran terbaik di Manhattan.

Robert sudah memesan meja di samping jendela, dengan pemandangan yang langsung menghadap dengan keindahan kota Manhattan di malam hari.

"Apa hari ini ulang tahunmu?"  tanya Elena setelah mereka duduk berhadapan.

"Bukan."

"Lalu?"

"Apakah aku harus ulang tahun dulu sebelum mengajakmu makan malam?" Robert tersenyum sambil menatap wajah Elena.

Elena tersenyum kecil. Laki-laki di depannya ini mampu menyalurkan kehangatan bagi Elena. Robert seperti tahu bagaimana menghibur dirinya tanpa ingin tahu apa masalahnya.

"Ini restoran steak terbaik. Kau tidak akan pernah menyesal datang bersamaku," ucap Robert sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Baiklah. Kita buktikan saja." 

Lima belas menit kemudian hidangan steak lengkap dengan hiasan yang cantik telah tersaji di hadapan mereka. Air liur Elena seperti akan menetes ketika melihat hidangan tersebut.

Robert yang melihat wajah terpesona Elena jadi ikut tersenyum.

"Cobalah,"  ujar Robert sambil menyangga dagu. Dia ingin melihat bagaimana reaksi Elena setelah mencicipi steak tersebut.

Elena tersenyum kemudian mengangguk. Kedua tangannya dengan gesit meraih pisau dan garpu, lalu mulai mengiris kecil bagian daging sapi tersebut. Setelah mencocolnya dengan saus, dia kemudian memasukkan potongan kecil tersebut ke dalam mulutnya.

Mata Elena berbinar sebelum berbicara, "Wow, ini enak sekali. Dagingnya lembut dan sausnya luber di dalam mulut."

"Kau suka?"

"Tentu saja."

Robert akhirnya bisa tersenyum bahagia. Dia kemudian memakan steaknya sendiri. Ternyata membuat wanita di depannya ini bahagia sangat sederhana.

Beberapa menit kemudian hidangan di depan mereka telah berganti dengan makanan manis penutup. Elena terlihat menikmati sekali makan malamnya. Begitu juga dengan Robert. Laki-laki itu tak berhenti untuk melihat senyum yang merekah di bibir merah Elena.

"Kau mau jalan-jalan dulu?" tanya Robert setelah mereka keluar dari restoran.

Elena mengangguk.

Udara malam ini tidak begitu dingin. Jadi mereka memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri jalanan kota. Sesekali mereka mengobrol ringan sambil bercanda. Hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Baiklah. Terima kasih banyak untuk malam ini,"  ucap Elena sesaat setelah Robert mengantarkannya sampai apartemen.

Robert diam saja dan terlihat sedikit gugup. Tidak seperti biasanya. Laki-laki itu sepertinya menyembunyikan sesuatu.

Elena yang melihat hal tersebut tak urung bertanya, "Ada apa?"

Terdengar helaan napas dari laki-laki tampan tersebut.

"Elena," panggil Robert dengan suara lembut.

"Iya."

"Aku menyukaimu."

Untuk beberapa saat jantung Elena rasanya berhenti berdetak. Tubuhnya terasa kaku. Matanya melebar karena terkejut. Dia bingung harus merespon apa atas pengakuan Robert padanya baru saja.

Melihat tidak ada reaksi dari Elena membuat Robert jadi semakin gugup.
"Entah sejak kapan aku mulai menyukaimu, tapi maukah kau jadi kekasihku?" tanya Robert penuh harap.

Elena masih membatu. Otaknya mulai berpikir. Dia benar-benar terkejut. Apakah ini semua berkaitan dengan makan malam hari ini?

"Apa kau sudah punya kekasih?" tanya Robert kembali karena tidak ada reaksi dari Elena.

Terdengar helaan napas panjang dari Elena. Gadis itu sudah mulai bisa mengendalikan dirinya saat ini.

"Aku tidak mempunyai kekasih, tapi...." Elena bingung dengan kalimat selanjutnya. Dia tidak mungkin memberitahu Robert jika tengah hamil saat ini.

Robert menangkap sesuatu yang aneh dari wajah Elena. Sepertinya wanita itu sedang menyembunyikan sesuatu.

"Tapi?" tanya Robert penasaran dengan kalimat yang tidak diselesaikan oleh Elena.

Bibir Elena terasa kelu. Bagaimana bisa dia berbicara sekarang. Apakah dia ceritakan saja semua? Tidak. Itu tidak boleh. Robert tidak boleh tahu yang sebenarnya. Laki-laki itu tidak boleh terluka olehnya. Jadi, lebih baik dia menolak saja.

Sebelum Elena membuka mulut, tiba-tiba saja bibirnya sudah ditutup oleh bibir milik Robert. Laki-laki itu menciumnya dengan sangat lembut. Kedua tangannya menangkup wajah Elena dengan erat. Ciuman yang hangat dan dalam, membuat jantung Elena terasa berdetak sangat cepat. Tanpa sadar Elena pun memejamkan matanya menikmati ciuman tersebut.
Kakinya terasa lemas karena serangan mendadak dari Robert.

"Aku tidak mau kau menolakku,"  ucap Robert setelah melepaskan ciuman mereka.

Elena masih berusaha mengatur napasnya akibat ciuman tersebut. Jantungnya masih berdetak tidak beraturan. Dia menatap keseriusan dalam manik cokelat Robert. Apakah dia berhak menerima kebahagiaan ini?

"Aku mencintaimu, Elena."

Elena masih mencerna semua yang baru saja terjadi. Dia masih terdiam ketika Robert mencium keningnya kemudian pergi. Dia tidak tahu harus bagaimana merespon semua ini. Apakah bahagia atau justru sedih?

Untuk beberapa saat Elena masih terpaku di tempatnya, bahkan ketika tubuh Robert telah menghilang dari pandangannya. Setelah itu dengan langkah perlahan dia masuk ke dalam bangunan apartemennya.

Sedangkan di sudut jalan, ada sepasang bola mata yang menyaksikan adegan dua orang tersebut dari mulai awal hingga akhir. Dari wajahnya terpancar emosi terpendam. Kedua tangannya mengepal hingga memperlihatkan buku-buku jarinya yang memutih. Seribu pertanyaan hingga dalam pikirannya.

Apakah mereka sepasang kekasih?

*****

Wah, hayo tebak siapa yang melihat adegan ciuman Robert dan Elena?

Kasih jawaban yang banyak ya

Jangan lupa vote dan komentar yang banyak biar aku updatenya cepet.

Happy reading
Vea Aprilia

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top