Bab 24
Hampir pukul sembilan Jeff tiba di kamar tempat Elena dirawat. Siang tadi pengawalnya menelepon untuk memberi tahu jika Elena ingin bertemu dengan dirinya.
Elena masih duduk sambil membaca majalah ketika Jeff masuk. Wanita itu hanya melirik sekilas tanpa mau repot-repot mengalihkan pandangannya.
Jeff berdiri di samping ranjang Elena dan menatap wajah wanita itu sebelum berbicara, "Apa yang membuatmu ingin bertemu denganku?"
Mendengar pernyataan Jeff, Elena langsung menutup majalahnya dan beralih melihat ke arah laki-laki tersebut. "Aku ingin barang-barangku kembali."
Mata Jeff menyipit. "Barang-barang?"
"Iya, kembalikan tasku."
"Tas? Aku bukan orang miskin yang mencuri tasmu."
Wajah Elena terlihat sedikit kesal setelah mendengar jawaban Jeff. "Kau yang menculikku, jadi tas itu pasti masih ada padamu."
"Entahlah."
Mata Elena melotot. Dia seperti dipermainkan. "Kembalikan tasku sekarang juga!"
"Apa di tas itu ada yang berharga?"
Elena mengembuskan napas kasar. "Kalau kau tidak ingin mengembalikan tasku, setidaknya berikan ponselku."
Jeff mengamati raut wajah Elena. Dia sedikit curiga. "Siapa yang akan kau hubungi?"
"Bukan urusanmu."
Jeff terdiam. Dia memikirkan perkataan Elena. Wanita itu begitu ngotot ingin tas dan ponselnya kembali. Apakah dia akan menghubungi Scott? Apakah benar mereka tidak pernah ada hubungan?
Tiba-tiba dia ingat ada sesuatu yang harus dilakukannya. Bibirnya menyeringai. "Baiklah, tapi...."
Elena terdiam menunggu kalimat selanjutnya yang akan diberikan oleh Jeff.
"Tapi, ada satu syarat yang harus kau penuhi," lanjut Jeff.
Elena menyipitkan matanya. Dia tidak bodoh. Tentu sama ada rasa curiga dan khawatir. Laki-laki di depannya ini bukan laki-laki biasa. Jadi, dia harus ekstra hati-hati.
"Tenang saja aku tidak akan berbuat hal aneh."
Suasana cukup hening untuk beberapa saat. Tidak ada yang bicara lagi. Elena sedang memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh Jeff. Tiba-tiba saja tangannya refleks memegang perutnya.
"Ini tidak akan membahayakan bayimu," ujar Jeff santai sambil melihat gerakan samar Elena.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Elena.
"Memeriksa anakmu."
"Apa?" Elena memekik. Dia masih belum mengerti maksud perkataan Jeff.
Memeriksa anaknya?
"Bukankah kau bilang itu adalah anakku? Jadi, kenapa kita tidak melakukan tes saja untuk membuktikan hal tersebut."
Tentu saja perkataan Jeff membuat Elena sangat terkejut. Dia tidak menyangka akan mendengar kalimat tersebut. Gila. Laki-laki ini gila. Bukankah dulu dia yang tidak percaya dan menolak anak ini, tapi kenapa sekarang menginginkannya?
Untuk beberapa saat Elena tidak memberikan jawaban. Ekspresi wajahnya begitu rumit. Dia sedang berusaha mengamati sikap Jeff saat ini. Sepertinya ada sesuatu yang direncanakan oleh laki-laki di hadapannya ini.
"Apa kau setuju?" tanya Jeff lagi.
"Kenapa tiba-tiba kau ingin tahu tentang anak ini?" Elena balik bertanya.
Jeff tersenyum datar. Dia dengan santai memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Karena aku ingin tahu anak siapa itu sebenarnya."
Elena mendengkus, "Ini anakku dan tidak ada hubungannya denganmu. Apa kau puas?"
Wajah Jeff yang tadinya terlihat santai tiba-tiba saja menjadi lebih dingin.
"Itu akan lebih baik, tapi aku ingin bukti yang nyata."
Sebenarnya Jeff tidak terlalu peduli itu anak siapa, tapi dia butuh bukti. Jika nanti terbukti anak yang dikandung Elena adalah anak Scott, maka dia akan lebih mudah untuk menjatuhkan laki-laki itu.
"Aku akan berbicara dengan dokter besok," lanjut Jeff.
"Aku tidak setuju!" tolak Elena dengan tegas.
Dulu dia memang sangat menginginkan status anak dalam kandungannya, tapi mengingat kembali penolakan Jeff dan semua yang telah dilakukan laki-laki itu membuat Elena sudah tidak sudi lagi. Dia tidak butuh lagi pengakuan atau status.
"Setuju atau tidak, kau harus tetap melakukannya atau...."
"Apa kau mau mengancamku?" desis Elena yang sudah sangat marah.
Jeff menyeringai. "Lakukan saja apa yang aku perintahkan, kau juga bayimu pasti akan baik-baik saja."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut Jeff meninggalkan Elena yang masih terpaku di atas ranjangnya.
Elena tidak pernah mengira akan jadi seperti ini. Matanya terpejam untuk beberapa saat. Dia mencoba menenangkan diri. Otaknya sekali lagi mencerna apa yang baru saja didengarnya. Dia tertegun untuk beberapa saat. Sungguh gila. Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh laki-laki itu? Kenapa dia dengan mudah bisa berubah pikiran?
****
Satu jam kemudian setelah kepergian Jeff, seorang laki-laki mabuk ke dalam kamar Elena. Laki-laki tersebut adalah salah satu dari pengawal yang ditugaskan oleh Jeff untuk menjaga ruangan di mana Elena dirawat.
Elena yang masih belum tidur dan hanya berbaring saja langsung terduduk. Dia begitu terkejut dengan kehadiran pengawal laki-laki itu dalam kamarnya. Kewaspadaannya langsung muncul. Namun, pengawal tersebut hanya berjalan mendekat ke arah ranjang kemudian meletakkan sebuah tas di atas nakas. Setelah memberi hormat dia lalu keluar lagi.
Elena berkedip beberapa kali melihat kejadian yang baru saja terjadi. Jantungnya hampir copot karena mengira akan terjadi sesuatu, tapi nyatanya hanya adegan meletakkan tas saja. Dia akhirnya menghembuskan napas panjang.
Setelah itu matanya langsung menoleh ke tas yang baru sahabat diletakkan. Dia langsung terkejut. Bukankah itu tasnya? Ah ternyata laki-laki itu masih mempunyai sedikit rasa kemanusiaan padanya dengan mengembalikan barang miliknya.
Elena buru-buru mengambil tasnya dan mengecek keseluruhan isi di dalamnya. Tidak ada yang hilang. Dia kemudian tertawa miris, memang apa yang mau dicuri darinya. Kecuali kehormatan yang sudah dia serahkan secara sukarela pada laki-laki itu.
Kemudian tanpa pikir panjang lagi Elena langsung mengambil ponselnya dan menekan nomor Robert. Dia tidak ingin laki-laki itu khawatir. Walaupun mungkin saja laki-laki itu tidak khawatir padanya. Tapi, dia harus mencoba.
Pada deringan ketiga akhirnya Robert mengangkat telepon darinya.
"Oh, Hallo Robert," ucap Elena.
"Elena?" tanya Robert. Terdengar ada nada keraguan di sana.
"Ah, ya. Ini aku." Elena mendesah lega.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Robert kembali. Ada nada cemas di sana.
"Oh, ya. Tentu aku baik-baik saja. Hanya saja aku terserang flu dan tidak bisa masuk kerja. Maaf tidak minta izin sebelumnya," ucap Elena panjang lebar. Tentu saja dia tidak akan memberitahumu laki-laki itu tentang kejadian yang sebenarnya.
"Sudah kuduga. Aku menelpon tapi tidak pernah kau jawab, lalu aku juga datang ke apartemenmu, tapi tidak ada yang membuka pintu."
"Ke apartemenku?" tanya Elena kaget.
"Iya, aku pikir kau sakit dan aku datang untuk melihatmu."
Elena menggigit ujung kukunya. Ternyata benar dugaan ya. Laki-laki itu mencemaskannya sekarang. Dia jadi merasa bersalah sekarang.
"Apa kau baik-baik saja sekarang? Ngomong-ngomong kau tinggal di mana sekarang? " tanya Robert lagi.
"Ehm... Aku tinggal bersama seorang teman. Dan sekarang aku lebih baik," jawab Elena berbohong.
"Benarkah?"
"Tentu saja. Robert, mungkin aku harus istirahat sampai satu minggu ke depan. Apa tidak apa-apa?"
"Tentu saja. Kau harus menjaga kesehatanmu."
"Sampaikan juga pada Chaterine, aku minta maaf."
"Tidak masalah."
Setelah itu panggilan telepon terputus karena Elena tidak ingin mengganggu pekerjaan Robert. Ada rasa lega yang membuncah dalam dadanya. Namun, ada juga perasaan menyesal karena telah berbohong pada laki-laki itu.
"Maafkan aku Robert."
*****
Hallo semuanya. Maaf ya baru update sekarang.
Ceritanya jadi makin absurd aja ya wkwkkwk 😂 😂
Jika ada typo tolong dikoreksi ya soalnya langsung publish tanpa edit dulu.
Happy reading
Vea Aprilia
Kamis, 01 November 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top