Bab 20

Jeff terkejut dan membeku, ketika dia menoleh setelah mendengar suara Elena. Dia tidak bisa bicara lagi saat melihat wajah gadis itu pucat dan matanya terpejam. Tubuhnya tampak lemah dan tidak bergerak.

"Ahhhh...." Jeff menggeram dengan keras. Dia benar-benar bodoh beberapa waktu yang lalu.

Kemudian dengan cepat dia segera memeriksa keadaan Elena.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Jeff sambil mengguncang tubuh Elena.
Dia memeriksa Elena yang sudah sangat berantakan. Bibirnya memar dan celananya telah melorot.

Jeff segera menarik celana tersebut ke atas tapi gerakannya terhenti ketika merasakan sesuatu yang hangat dan cair. Matanya langsung terbelalak ketika melihat telapak tangannya.

Darah.

Dengan gerakan cepat dia segera menggendong tubuh Elena dan bergegas keluar dari apartemen miliknya.

Saat ini dia begitu panik. Hingga tanpa sadar dia mengebut di jalanan untuk sampai ke rumah sakit dengan segera. Dia kemudian mengingat kembali kejadian beberapa waktu yang lalu. Gila. Dirinya benar-benar gila. Entah setan apa yang telah merasukinya hingga melakukan hal tersebut. Kini, dia harus menanggung akibatnya. Dia harus bertanggung jawab atas nyawa gadis dan juga bayi dalam kandungannya. Jika terjadi sesuatu pada keduanya, maka dia akan merasakan penyesalan seumur hidup.

Sial.

****

Waktu terus bergulir, setelah Elena masuk ke sebuah ruangan untuk diperiksa. Sudah hampir setengah jam Jeff menunggu di depan ruangan tersebut. Keadaannya tidak begitu baik. Rambutnya berantakan dengan kemeja yang sudah kusut. Ada guratan khawatir di wajahnya juga rasa penyesalan dalam hati.

Jeff menarik napas panjang dan berat. Tangannya mengusap wajahnya dengan kasar. Kemudian menyisir rambutnya. Dia kelihatan begitu gelisah dan cemas. Perbuatannya beberapa saat yang lalu sungguh keterlaluan. Pikirannya begitu kacau hingga tidak bisa berpikir jernih.

Dia hampir saja memperkosa wanita yang sedang hamil. Memperlakukan wanita itu dengan sangat kasar. Sekarang, dia harus menanggung sebuah konsekuensi. Nyawa ibu dan bayi tersebut sedang dipertaruhkan di dalam.

Ketika Jeff sedang bergelut dengan pikirannya sendiri, seorang dokter dan perawat keluar dari ruangan tersebut. Dia bergegas untuk menghampiri mereka.

"Apakah gadis itu baik-baik saja?"  cerca Jeff.

Dokter tersebut menatapnya untuk beberapa saat sebelum menjawab, "Pendarahannya cukup banyak, tapi kami berhasil menghentikannya. Kandungannya selamat tapi sangat lemah. Jika Anda membawanya terlambat sedikit saja, mungkin dia akan kehilangan bayinya."

Jeff menarik napas lega.

"Dia membutuhkan istirahat yang cukup dan tidak boleh ada tekanan. Jika tidak, akan membahayakan janinnya." Setelah mengatakan itu dokter tersebut meninggalkan Jeff sendiri.

Dengan langkah gontai Jeff membuka pintu ruangan di mana Elena dirawat. Begitu masuk, mata Jeff langsung bisa melihat tubuh Elena yang terbaring, terlihat sangat pucat dan lemah. Ada selang infus tertempel pada pergelangan tangannya dan juga selang transfusi darah. Dia benar-benar tidak menyangka akan jadi seperti ini. Bahkan sampai diberikan transfusi darah untuk menyelamatkan nyawa keduanya.

Ini bukan tujuan Jeff yang sebenarnya. Dia tidak ingin menyakiti siapapun apalagi sampai membahayakan nyawa mereka berdua. Dia hanya ingin mengintrogasi wanita itu, tapi ternyata cukup sulit. Pikirannya jadi kacau karena wanita itu tidak mau membuka mulut. Entah kenapa dia menjadi sangat kasar dan berusaha untuk melecehkannya.

"Kau sungguh merepotkan,"  gumamnya lirih kemudian duduk di kursi samping ranjang Elena.

Jeff kembali mengembuskan napas kasar. Merutuki kebodohannya sendiri. Dia akan benar-benar menjadi seorang pembunuh jika saja terus melakukan hal tersebut. Dia akan menjadi bajingan jika membunuh nyawa seorang bayi yang belum lahir.

Setelah beberapa saat napas Jeff mulai teratur. Mata birunya menatap wajah pucat Elena. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba hadir dalam hatinya. Tiba-tiba ada perasaan menyesal yang begitu besar. Dia tidak seharusnya melakukan hal tersebut. Entah kenapa kebungkaman Elena membuat emosinya bangkit. Dia merasa diremehkan. Penolakan Elena membuat gairah dalam jiwanya bangkit.

Mata Jeff masih menatap wajah Elena ketika bulu mata gadis itu mulai bergerak. Sesaat kemudian kedua mata Elena terbuka. Membuat Jeff langsung menelan ludahnya.

Elena merasa tubuhnya begitu lemah. Kepalanya juga terasa pusing. Masih dalam keadaan gamang dia melihat sekeliling ruangan. Hidungnya mencium aroma obat yang sangat menyengat. Dia masih sangat lemah dan sedikit linglung. Tangannya terasa nyeri karena jarum infus yang terpasang di sana. Kemudian pandangannya jatuh pada Jeff yang sedang duduk di samping ranjangnya.

Tiba-tiba ada perasaan takut dan gelisah. Dia kemudian teringat akan kandungannya. Seketika itu dia bergumam, " Bayiku? " Tangannya refleks memegangi perutnya.

"Bayimu tidak apa-apa," balas Jeff datar.

Elena menoleh ke arah Jeff. Dia menatap marah pada laki-laki yang beberapa waktu yang lalu melecehkan dirinya dan membuat wanita itu pendarahan. Air matanya tiba-tiba keluar dan membasahi pipinya yang pucat. Entah kenapa ada perasaan menyesal telah datang jauh-jauh ke New York hanya untuk menemui laki-laki ini. Laki-laki yang bahkan hampir membunuh darah dagingnya sendiri.

Jeff tertegun melihat wanita yang sedang berbaring di depannya menangis. Dia tidak menyangka akan melihat situasi seperti ini. Ada bagian hatinya yang terenyuh. Laki-laki itu merasa kembali ke masa lalu ketika melihat orang yang dia cintai menangis. Tubuh Jeff membeku untuk beberapa saat.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan?" tanya Elena disela tangis yang sudah sedikit mereda. Nada suaranya serak dan terdengar menyedihkan.

Jeff terkesiap setelah mendengar pertanyaan Elena. Otaknya tiba-tiba kosong. Laki-laki itu juga tidak tahu apa yang sebenarnya dia inginkan.

Sebuah informasi. Persetan dengan informasi. Dia hampir membunuh bayi yang tidak berdosa. Apakah informasi itu lebih penting dari nyawa seseorang?

Setelah beberapa lama Jeff tak kunjung membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Elena.

"Kenapa kau tiba-tiba mencariku, menculikku dan hampir memperkosaku? Apa sebenarnya salahku?" Pertanyaan Elena bertubi-tubi dengan suara seraknya.

Jeff menarik napas panjang sebelum menjawab, "Aku hanya ingin kau memberikan informasi, tentang siapa orang yang telah menyuruhmu?"

Elena menoleh ke arah Jeff dan menatap wajah laki-laki itu dengan tajam. Dia benar-benar tidak mengerti dengan pertanyaan Jeff padanya saat ini.

"Apa kau gila?" tanya Elena lirih.

Mata Jeff tiba-tiba melotot. Dia sedikit tidak terima dengan perkataan Elena.

"Apakah kau juga bodoh?" tanya Elena lagi.

Jeff semakin terlihat kesal.

"Bukankah aku pernah bilang bagaimana pertemuanku denganmu? Apa kau berpikir ada orang lain yang sengaja menjebakku atau menyuruhku melakukan semua ini?" Elena menghapus jejak air matanya dengan kasar. Dia merasa perlu menjelaskan ini semua sebelum terjadi sesuatu yang lebih mengerikan lagi padanya.

"Dengar baik-baik Tuan Jefferson Campbell. Aku Elena Marquet, tidak dijebak atau disuruh oleh siapapun dan tidak menginginkan apa pun untuk diriku sendiri juga bayiku. Jadi, mulai sekarang aku mohon, jangan pernah muncul di hadapanku lagi!"
Elena berkata dengan sekali tarikan napas, tegas dan juga jelas. Ada perasaan marah sekaligus takut di sana. Entah bagaimana laki-laki di sampingnya ini akan menanggapi perkataannya. Dia sudah tidak peduli lagi.

Jeff masih diam saja setelah mendengar perkataan panjang lebar dari mulut Elena. Dia masih tidak bisa percaya begitu saja.

Elena tertawa sinis." Apa kau masih belum percaya? Bukankah kau punya uang banyak untuk membayar orang. Kau bisa mendapatkan informasi apa saja yang kau perlukan, bukan?"

Jeff masih diam. Perkataan terakhir Elena memang benar, tapi informasi tersebut tidak dapat dia percaya seratus persen.

Elena kembali tertawa mencemooh. "Aku hanya gadis kecil biasa. Tidak ada yang istimewa, bagaimana mungkin informasi tentangku tidak bisa kau percayai? Aku yakin kau telah mencari informasi tentangku sebelum datang ke restoran kemudian menculikku."

Ucapan Elena benar-benar mengena. Semua benar.

"Bukankah aku sudah bilang tentang keinginanku, ketika pertama kali kita bertemu dan kau dengan angkuh telah menolaknya. Setelah itu aku pergi dan tidak pernah menggagumu. Bukankah itu sudah cukup jelas."

"Kau pikir aku akan percaya begitu saja," balas Jeff tidak terima.

Elena mendengkus, "Terserah kau mau percaya atau tidak."

Setelah itu Elena memejamkan mata. Dia terlalu lelah untuk berdebat sekarang. Perkataannya sudah cukup jelas. Jika laki-laki itu tetap tidak percaya itu terserah padanya.

"Tolong kau keluar," usir Elena. Saat ini dia butuh sebuah ketenangan. Tubuhnya baru saja terguncang. Dia hampir diperkosa dan juga hampir saja kehilangan bayinya. Elena hanya ingin sendiri untuk saat ini. Kehadiran Jeff saat ini benar-benar membuatnya terasa tertekan.

Mendengar pengusiran Elena membuat Jeff terpaksa mengalah untuk saat ini. Dia tahu kalau wanita ini butuh ketenangan saat ini. Kejadian yang baru saja dialaminya pasti membuat dia terguncang.

"Aku akan pergi, tapi aku akan kembali lagi," ucapnya sebelum meninggalkan kamar Elena.

*****

Hallo semuanya....

Alhamdulillah bayinya gapp....

Kalau ada yang tanya kok masih bisa selamat padahal pendarahan?
Itu bisa saja terjadi apabila penanganan cepat dan tepat sehingga nyawa bayinya masih dapat tertolong. Dokter akan segera memberikan obat untuk menghentikan pendarahan.
Jika masih penasaran bisa Google sendiri ya....

Happy reading

Vea Aprilia
Rabu, 24 Oktober 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top