Bab 17

Salju cukup tebal ketika Elena baru saja tiba di apartemennya. Dia segera menghidupkan pemanas ruangan agar tubuhnya tidak menggigil. Melepaskan mantel, dia bergegas ke arah dapur untuk membuat minuman hangat. Malam ini benar-benar terasa dingin.

Setelah beberapa saat dia sudah duduk di sofa dengan kedua kaki diangkat ke atas. Elena meringkuk seperti bayi dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Tangannya memegang cangkir berisi minuman hangat yang telah diteguknya setengah.

Pikirannya masih tenggelam pada adegan yang baru saja terjadi. Dia tidak menyangka akan bertemu lagi dengan laki-laki itu. Laki-laki yang telah menanam benih dalam rahimnya. Ayah biologis dari anak yang sedang dikandungnya. Siapa lagi kalau bukan Jefferson Campbell.

Elena memejamkan mata untuk sesaat. Dia ingin mendinginkan otaknya sebentar. Baru beberapa bulan Elena bisa melupakan laki-laki bernama Jeff tersebut, tapi tiba-tiba dia muncul di hadapannya seperti hantu. Sungguh sebuah kejutan baginya.

Dia berharap agar tidak lagi bertemu dengan Jeff tapi, Tuhan mungkin memiliki rencana lain sehingga mempertemukan mereka kembali.
Apakah ini keberuntungan atau kesialan, entahlah. Elena tidak pernah mengharapkan kebetulan ini terjadi.

Apakah dia merasa bahagia bertemu dengan laki-laki itu? Jawabannya adalah tidak sama sekali. Elena malah merasa menyesal. Dia sudah bersumpah tidak ingin melihat laki-laki itu lagi. Namun, rupanya keinginan tersebut tidak terkabul sepenuhnya.

Tunggu.

Sepertinya laki-laki itu masih mengingatnya. Terlihat sekali saat pintu terbuka wajahnya langsung terkejut setelah melihat wajahnya tadi. Apa mungkin?

Ah, tidak-tidak.

Elena segera mengenyahkan pikirannya tentang Jeff. Menghela napas panjang. Dia tidak ingin terlalu berlarut-larut memikirkan laki-laki itu. Mungkin pertemuan kali ini adalah yang terakhir bagi mereka berdua. Semoga saja.

Dia kemudian tersenyum kecil sambil mengusap perutnya yang sudah semakin membesar. Tanpa mantel, tangannya akan lebih leluasa untuk mengelus-elusnya. Apalagi ketika ada gerakan- gerakan yang membuatnya geli sekaligus bahagia. Elena merasa beruntung sekali. Dia tidak lagi menyesal telah mengandung seorang bayi. Bahkan saat ini dia semakin bertambah bahagia.

"Aku berjanji akan selalu menjaga dan melindungimu," gumamnya pada janin yang masih berada dalam perutnya.

Rencananya telah matang setelah memasuki tahun baru dia akan segera meninggalkan New York dan terbang ke Virginia. Lagipula kandungannya siap untuk bepergian jauh.
Kehadiran laki-laki itu tidak akan menggoyahkan rencana yang telah dia susun. Bukankah jelas dia telah ditolak oleh Jeff. Jadi, untuk apa masih mengharapkannya lagi.

Lagipula, mengingat kejadian tadi, Elena tahu jika wanita yang sedang bersama Jeff pastilah kekasihnya. Apalagi melihat tatapan mesra wanita itu. Cukup baginya tahu jika laki-laki itu telah memiliki kekasih, jadi tidak heran jika dia menolak darah dagingnya sendiri.

Elena mendengkus kasar.

Ya, jelas saja dia tidak sebanding dengan wanita itu. Wanita itu terlihat begitu anggun dan cantik. Tentu saja Jeff pasti tergila-gila padanya. Tidak seperti dirinya yang hanya tukang pemetik anggur.

Dia tersenyum pahit. Tidak ada gunanya membandingkan dirinya dengan kekasih laki-laki itu. Baginya yang terpenting saat ini adalah segera pulang dan melahirkan anak yang sedang dikandungnya dengan selamat. Pasti akan menyenangkan jika bayi itu lahir ke dunia. Memikirkan itu saja membuat bibir Elena tersenyum. Tiba-tiba saja sebuah tendangan muncul dari dalam perutnya. Rupanya, bayi itu juga sudah tidak sabar untuk bertemu dengan ibu kandungnya.

Elena kembali mengusap lembut perutnya sambil tersenyum bahagia.
Sekarang saatnya melupakan masa lalu. Masa depannya sudah menunggu. Dia akan segera menjadi seorang ibu dan membesarkan seorang anak. Dia harus fokus pada bayinya sekarang. Kehadiran seorang ayah untuk anaknya tidak dia harapkan sama sekali.

Sejak penolakan laki-laki itu, bagi Elena anaknya tidak butuh seorang ayah dan tidak perlu menyandang nama keluarganya. Cukup dia seorang. Elena tidak membutuhkan yang lain.

*****

Jeff baru saja mematikan panggilan teleponnya saat baru kembali dari apartemen Marilyn. Rencananya untuk menghabiskan malam bersama, gagal sudah. Kemunculan sosok Elena mampu membuat Jeff membatalkan rencana tersebut. Tentu saja kekasihnya sedikit kecewa. Dia beralasan bahwa ada pekerjaan mendadak yang harus segera ditangani.

Bukan pekerjaan kantor yang sebenarnya tapi pekerjaan untuk mencari gadis itu. Dia tidak ingin kehilangan jejak lagi. Sesegera mungkin Jeff menelepon orang kepercayaannya untuk menyelidiki alamat yang tertera pada kotak anggur. Malam ini juga dia harus mencari informasi dan mendapatkan apa yang dia inginkan.

Dia tidak ingin kecolongan lagi.

Jeff berdiri di depan jendela kaca besar yang langsung memberikannya pemandangan malam kota New York. Jelas saja karena apartemen mewahnya berada di tingkat paling atas.

Dia masih berdiri sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Mengingat kembali kejadian sewaktu di apartemen Marilyn saat gadis itu muncul di depannya. Tentu saja dia terkejut dan gadis itu nampaknya juga mengalami hal yang sama. Dari pengamatannya tadi, Elena tidak banyak berubah hanya saja sedikit lebih berisi dari pertama kali mereka bertemu.

Sudut bibirnya kemudian terangkat sedikit. Ternyata takdir mempertemukan mereka kembali. Dia tidak perlu repot-repot untuk mencarinya lagi. Gadis itu telah datang sendiri ke hadapannya. Dia tidak perlu memasang umpan atau perangkap lagi.

Jeff merasa beruntung. Sungguh dewi fortuna sedang berada di pihaknya. Dia tersenyum penuh kemenangan. Bagaimanapun juga gadis itu telah mempengaruhi kehidupan percintaannya. Malam-malamnya selalu dihantui dengan mimpi buruk. Bayangan Elena selalu datang ketika dia memejamkan mata. Jeff harus segera menghapus mimpi buruk tersebut sebelum benar-benar membunuhnya.

"Ahhhhkk...." Jeff menarik napas panjang.

Seharusnya dia tidak perlu memikirkan hal remeh seperti ini. Perusahaannya lebih penting dibandingkan hanya seorang gadis. Namun, entah kenapa bayangan gadis itu tidak bisa hilang begitu saja setelah sekian lama.
Pada akhirnya mau tidak mau Jeff harus segera mencari jalan keluar. Apalagi dia sekarang sudah menemukan petunjuk. Dia hanya perlu mendapatkan informasi langsung dari gadis tersebut. Jeff hanya perlu mengungkap siapa dibalik ini semua. Dia tidak ingin ditusuk dari belakang. Musuhnya terlalu banyak.

Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Jeff segera mengangkat dan hanya berbicara singkat lalu menutupnya kembali.

"Tunggu sebentar lagi, kita pasti akan bertemu kembali."

****

Hayok bab selanjutnya mereka bakalan ketemu gak?

Penasaran kan....

Ha ha ha ha....

Happy reading

Selamat malam

Vea Aprilia
Rabu, 17 Oktober 2018



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top