Bab 13

Keesokan harinya Jeff telah mendapatkan semua informasi dari orang suruhannya seperti yang dijanjikan.  Benar-benar orang itu memberinya informasi yang lengkap. Dari sudut bibirnya terlukis senyum kepuasan. Dia ingin menyelesaikan masalah ini secepat mungkin.

"Jadi, namanya Elena," ucap Jeff setelah membaca berkas informasi yang diberikan oleh Alex.

"Benar, Tuan. Gadis itu bernama Elena Marquet. Saat ini berusia duapuluh lima tahun. Dia tidak kuliah dan hanya bekerja di perkebunan serta pabrik anggur milik keluarganya yang terletak di Purcellville, Virginia."

"Bagus Alex. Kau memang selalu bisa diandalkan." Jeff tersenyum puas.

" Orang tuanya mempunyai perkebunan anggur dan mengolahnya sendiri. Mereka juga bekerja sama dengan hotel milik Anda. Elena adalah putri ketiganya. Dari informasi yang saya peroleh, gadis itu juga datang ketika malam pesta pembukaan hotel Anda di Virginia. "

"Benarkah?"  tanya Jeff menyela.

"Dia datang bersama kedua temannya," lanjut Alex.

Jeff tidak berbicara sepatah kata pun. Dia sedang berpikir tentang kejadian malam itu.

"Bagaimana dia bisa datang?  Bukankah butuh undangan khusus untuk masuk ke pesta tersebut?"  tanya laki-laki bermata biru tersebut semakin penasaran.

"Benar, Tuan. Gadis itu memang membawa undangan yang diberikan kepada Sebastian. Seharusnya Sebastian yang menghadiri pesta tersebut, atau mungkin putrinya mengambil undangan tersebut," ucap Alex tidak begitu yakin dengan perkataannya.

"Apakah Sebastian datang?"

"Tidak, Tuan."

Sudah jelas. Berarti Elenalah yang telah mencuri undangan tersebut untuk menyelinap masuk ke dalam pesta malam pembukaan hotelnya. Gadis itu benar-benar pintar dan licik.

"Apa kau juga mendapatkan rekaman cctv ketika pesta itu berlangsung?  Di mana aku dan gadis itu berada?"

"Tidak, Tuan," jawab Alex kemudian muncul rasa penyesalan.

Jeff mengatur napasnya. Dia memejamkan mata untuk sesaat. Kejadian malam itu benar-benar membuatnya harus memutar otak. Dia harus berusaha dengan keras agar masalah ini cepat selesai. Namun, hati dan pikirannya harus tetap dingin, dia tidak boleh terpancing emosi. Sepertinya, gadis yang dia hadapi saat ini memiliki rencana matang untuk mendapatkan sesuatu darinya.

"Namun, ada bukti saat gadis tersebut meninggalkan pesta dengan terburu-buru melalui pintu belakang dan itu juga bertepatan ketika Anda menghilang."

Jeff mengernyit. Dia melipat kedua tangannya ke depan dengan angkuh. Otaknya mulai berpikir. Jika yang dikatakan Alex itu benar. Berarti malam itu dia dan Elena benar-benar melakukannya.

Ah. Sial.

Jeff melirik beberapa lembar foto milik Elena yang tercecer di atas meja. Gadis itu tampak cantik dan sederhana. Senyumannya juga manis. Namun, sayang dia sudah terlanjur membenci Elena. Di balik wajah polos dan lugunya, gadis itu menyimpan kelicikan yang luar biasa. Elena juga penuh dengan misteri.

"Lalu kau tahu dia sekarang tinggal di mana?" tanya Jeff kembali.

"Maaf Tuan. Saya kehilangan jejaknya setelah gadis itu meninggalkan rumah sakit. Tapi, saya akan terus melacak keberadaannya saat ini."

Jeff menunjukkan tatapan membunuh ketika Alex menjawab pertanyaannya. Dia paling tidak suka ada kesalahan atau kegagalan dalam setiap misi yang diberikan.

"Sungguh tidak becus!" Jeff berteriak keras sambil melempar berkas ke arah wajah Alex. Namun, laki-laki itu tidak berkutik sama sekali. Dia masih berdiri dengan tegap dan tidak menunjukkan rasa takut sama sekali atas kemarahan Jeff.

"Apa saja yang kau lakukan hingga tidak bisa menemukan seorang gadis kecil?"  tanya Jeff penuh amarah.

"Maafkan saya, Tuan. Saya akan berusaha lagi. Tuan tidak perlu khawatir, menurut informasi yang saya peroleh, gadis itu belum meninggalkan New York. Itu artinya saya bisa menemukannya secepat mungkin. Tolong berikan waktu sedikit lagi."

Tatapan tajam Jeff tidak berubah sama sekali. Begitu tajam dan menusuk tapi Alex seperti tidak terpengaruh, mungkin karena sudah terbiasa dengan sikap bosnya tersebut.

"Apa kau berjanji tidak akan membuatku kecewa?" 

"Saya berjanji Tuan."

"Jika kau gagal?"

"Saya tidak akan gagal."

"Bagus."  Jeff tersenyum puas. Itulah yang dia harapkan. Orang kepercayaannya tidak akan pernah mengecewakan. Mereka selalu berhasil mendapatkan apa yang Jeff inginkan. Untuk Elena, mungkin gadis itu sedang bersembunyi sekarang. Dia hanya perlu menemukan tempat persembuyiannya saat ini. Apalagi, kenyataan bahwa gadis itu belum meninggalkan New York akan lebih mudah baginya untuk menemukan Elena.

"Baiklah. Kau boleh pergi."

"Baik. Tuan."

"Tunggu,"  panggil Jeff kembali ketika Alex hendak memutar handle pintu.

"Iya Tuan?"

"Bagaimana dengan informasi tentang laki-laki itu?" Aura Jeff berubah serius dan semakin dingin saat membahas orang tersebut.

"Informasi tersebut hampir lengkap, hanya saja ada satu bukti lagi agar semuanya bisa berjalan lancar. Tolong tunggu sebentar lagi, Tuan," jelas Alex.

"Bagus. Pergilah."

Setelah Alex pergi, Jeff kembali menatap foto Elena di atas meja. Dia mengambil salah satu dan menatapnya. Otaknya sedang berpikir, bagaimana bisa gadis seperti Elena memiliki rencana kotor untuk menjebaknya? Namun, jika benar ini sebuah jebakan kenapa sampai saat ini gadis itu menghilang begitu saja.
Apa dia sedang menyusun rencana ulang karena rencana sebelumnya gagal?

Laki-laki berambut cokelat tersebut hanya bisa menebak-nebak untuk saat ini. Dia belum bisa menemukan motif yang tersembunyi dari Elena. Sekarang dia hanya bisa menunggu orang suruhannya kembali membawa kabar baik atau menunggu gadis itu sendiri yang akan datang untuk menemuinya.  Jeff sudah tidak sabar.

Saat ini Elena masih berada di New York, setidaknya itu sudah menjadi petunjuk. Dia perlu mengorek setiap informasi yang diperolehnya nanti dari gadis itu. Jeff semakin penasaran apakah Elena memiliki hubungan dengan laki-laki yang kini sedang diselidikinya.

Mungkinkah kedua orang itu sedang bersekongkol untuk menjebaknya. Untuk saat ini Jeff hanya perlu waspada. Dia tidak ingin musuh menyerangnya duluan. Setidaknya dia harus mencari informasi sebanyak mungkin tentang mereka berdua.

Ah, Jeff merasa kehidupannya beberapa bulan terakhir mendadak berubah. Dia sudah terbiasa dengan rekan bisnis licik atau orang-orang kotor yang ingin menjatuhkannya, tapi ini seorang gadis. Akan lebih baik jika musuhnya itu adalah seorang laki-laki. Setidaknya dia tidak ingin menyakiti seorang gadis.

Gadis itu sudah seperti hama yang mengitarinya setiap saat, walaupun keberadaannya saat ini masih belum ditemukan. Kalau masalah inilah tidak serius tentu saja dia tidak akan repot-repot untuk mencari informasi sebanyak mungkin tentang Elena. Jadi, dia ingin membereskan semuanya dan kembali pada Marilyn.

Dia kembali menatap foto Elena yang sedang tersenyum manis sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya. Satu tangannya memegang buah anggur yang terlihat masih segar dan mungkin baru saja dipetik.

"Ahhhh!" Jeff mendengkus.

"Tunggu saja, cepat atau lambat aku akan segera menemukanmu," gumamnya lirih.

****

Happy reading

Vea Aprilia

Kamis, 11 Oktober 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top