Bab 11
Siang yang begitu cerah dengan matahari bersinar terik. Di dalam sebuah ruangan, Jeff terlihat sedang duduk dengan mimik wajah serius. Di depannya ada seorang laki-laki berkulit hitam yang memakai setelan jas hitam lengkap dengan kacamata hitamnya. Laki-laki itu sedang berdiri tegap di depan meja kaca besar di depan Jeff. Rambutnya dipotong pendek layaknya seorang petugas militer. Dari wajahnya saja, dia terlihat sangat garang. Dia sedang menunggu instruksi yang akan diberikan oleh Jeff.
"Aku ingin kau mencari tahu tentang seseorang?"
Laki-laki itu tidak menjawab. Dia menyimak saja dengan mimik wajah serius.
"Seorang gadis yang sedang hamil dan mengaku kalau itu adalah bayiku," tambah Jeff.
Jeff mencondongkan tubuhnya ke depan. Kemudian mendorong kursinya ke belakang lalu berdiri.
"Cari tahu apa saja yang berhubungan gadis itu. Apa motif sebenarnya dan siapa orang yang telah menyuruhnya melakukan semua itu."
Tubuh tingginya berdiri menghadap jendela kaca besar. Manik birunya menatap puluhan gedung tinggi dari balik jendela kaca tersebut.
"Aku tidak tahu nama gadis itu. Dia hanya pernah berkata jika berasal dari Virginia. Dia juga menyebutkan seseorang bernama Sebastian Marquet. Cari tahu siapa Sebastian Marquet dan apa hubungannya dengan gadis tersebut," perintah Jeff.
"Baiklah, Tuan," jawab laki-laki itu patuh.
Jeff masih menatap hamparan gedung di hadapannya. Dia mencari informasi sebanyak mungkin tentang gadis itu sebelum menghubungi laki-laki yang diperintahnya tersebut. Bahkan dia sampai menyuruh sekretarisnya untuk mengecek hari dimana gadis itu muncul di perusahaannya. Menyuruh wanita yang telah bekerja selama dua tahun tersebut mencari informasi sebanyak mungkin tentang gadis itu dan hasilnya dia hanya tahu tentang Virginia dan seseorang bernama Sebastian Marquet. Walaupun begitu, itu sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan informasi lebih.
Laki-laki yang diperintahnya saat ini dapat dipercaya untuk mendapatkan informasi tersebut.
Sebenarnya, Jeff sudah tahu sedikit tentang Sebastian Marquet. Seorang petani anggur dan pemilik pabrik yang menyuplai anggur ke beberapa hotel miliknya, tapi dia harus mencari tahu apa hubungan gadis tersebut dengannya.
"Ada lagi yang Anda butuhkan, Tuan?" tanya laki-laki yang berdiri di belakang Jeff.
Jeff berbalik kemudian berjalan ke depan dan duduk di tepian meja.
"Apa kau sudah mendapatkan informasi tentang laki-laki itu?" tanya Jeff sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Informasi tersebut hampir lengkap, hanya saja ada beberapa bagian yang perlu saya konfirmasi kembali. Saya masih harus menyelidiki dan mencari informasi yang valid sebelum menyerahkannya kepada Anda." Suara laki-laki itu nyaris tidak bergetar. Keras, tegas, dan penuh wibawa.
"Bagus. Aku percaya padamu. Selidiki apa saja yang berkaitan dengan laki-laki itu. Jangan biarkan sedikit saja informasi kecil yang terlewat. Aku tidak ingin dia mengacaukan rencanaku."
"Baik, Tuan. Saya mengerti."
"Dan ingat, aku ingin informasi tentang gadis itu ada di mejaku besok pagi. Jadi, kau harus melakukannya secepat mungkin. Apa kau mengerti!"
"Saya mengerti, Tuan. Informasi itu akan ada di meja Anda besok pagi."
Aura intimidasi Jeff sangat kuat tapi laki-laki itu terlihat tidak gugup atau takut sama sekali. Dia merasa percaya diri untuk melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh Jeff. Laki-laki itu sudah lebih dari tiga tahun bekerja untuk Jeff dan menjadikannya salah satu orang kepercayaan laki-laki pemilik hotel berbintang tersebut.
"Bagus. Pergilah dan segera selesaikan tugasmu."
Dalam hitungan detik laki-laki tersebut sudah menghilang dari dalam ruangan tersebut.
Jeff mendengkus dengan kasar. Matanya menatap lurus dan tajam. Dia harus mencari informasi sebanyak mungkin tentang musuh-musuhnya dan juga gadis itu. Itulah sebabnya, dia memerintahkan salah satu orang kepercayaannya. Jeff tidak ingin melewatkan apa saja mengenai musuhnya walau hanya hal yang sangat kecil. Karena mungkin hal tersebut akan sangat menguntungkan baginya.
Bibir Jeff tertarik ke atas. Menyunggingkan sebuah senyum licik.
Namun, yang terpenting saat ini adalah informasi tentang gadis itu. Sebentar lagi dia akan menemukan gadis itu. Ya, hanya sebentar lagi. Dia hanya perlu duduk dan menunggu.
Jangan sebut namanya jika tidak berhasil menemukan gadis itu. Dia adalah Jefferson Campbell. Seorang laki-laki yang bisa melakukan apa saja untuk memenuhi keinginannya. Menemukan gadis misterius itu bukanlah hal yang sulit.
****
Marilyn berjalan mondar-mandir di dalam apartemen miliknya. Dia merasa kesal sekaligus kecewa. Sejak pertengkarannya beberapa hari yang lalu dengan Jeff, laki-laki itu tidak ada kabar sama sekali.
Wanita itu merasa gelisah. Dia mulai berpikir apakah Jeff benar-benar memiliki kekasih lain. Jika itu benar maka usaha dan rencananya selama ini akan sia-sia saja.
Ah, seharusnya dia tidak meluapkan amarahnya malam itu. Dia hanya perlu menunjukkan rasa sabar dan perhatiannya. Namun, semua telah terjadi. Marilyn harus memikirkan cara agar Jeff bisa kembali lagi dalam pelukannya.
Dia masih larut dalam pikiran ketika lengan seseorang memeluknya dari belakang.
"Ah," seru Marilyn merasa terkejut ketika melihat laki-laki yang kini sedang memeluknya. "Kau."
"Kenapa? Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Ah, tidak ada."
Marylin melepaskan pelukan laki-laki tersebut dan melangkah menuju sofa kemudian duduk.
"Kapan kau masuk?" tanya Marilyn.
"Baru saja."
Laki-laki itu masih berdiri dan menatap lekat-lekat pada wajah Marilyn. Dia mengenal betul sifat wanita di hadapannya ini.
"Apa kau sedang menunggu seseorang?" tanya laki-laki tersebut.
"Tidak."
Mata laki-laki itu memicing seolah tidak percaya dengan perkataan Marilyn. "Benarkah?"
Marilyn menarik napas dan mengembuskannya pelan. "Aku hanya sedikit lelah setelah sesi pemotretan tadi pagi."
"Apa kau menunggunya?"
Mata indah Marylin langsung menoleh pada laki-laki tersebut. "Apa maksudmu?"
Laki-laki itu terkekeh. Dia kemudian berjalan ke arah Marilyn dan duduk di sampingnya. "Aku tahu kau sedang khawatir tentangnya."
Marilyn melirik laki-laki itu sebentar.
"Jangan terlalu khawatir, dia tidak akan lari darimu. Rencana kita akan tetap berjalan semestinya."
"Apa kau yakin?" tanya Marilyn ragu.
"Kenapa apa kau ragu? Atau jangan-jangan kau mulai menyukainya? Benarkah?"
Marilyn mendengkus. Dia tertawa sinis. "Bagaimana mungkin?"
"Mungkin saja. Karena kau sudah tidur dengannya dan itu bisa saja terjadi."
Marylin menunjukkan sikap tidak suka atas apa yang dikatakan laki-laki di sampingnya saat ini. Dia memilih membuang muka dan melipat kedua tangannya di dada. "Kau berpikir terlalu picik."
"Oh, benarkah? Bukankah sudah kubilang kalau kau hanya milikku."
Tangan laki-laki itu memegang kedua pundak Marilyn agar mau melihat ke arahnya. Pandangan mereka saling bertemu. Seringai muncul dari sudut bibir laki-laki itu.
"Aku rasa kau perlu untuk dihukum malam ini," ucapnya sebelum membungkam bibir Marilyn dengan bibirnya sendiri. Mereka baru melepaskan pagutan ketika Marylin hampir kehabisan napas.
"Kau sudah gila!" teriak Marilyn.
"Ya, aku memang sudah tergila-gila padamu dan tak ingin kau menjadi milik orang lain. Mengerti!" Suaranya seperti gumaman tapi Marylin tahu jika laki-laki ini sedang marah dan cemburu.
Tanpa menunggu lebih lama, laki-laki itu sudah memenjarakan tubuh Marilyn di bawahnya. Mencekal kedua tangannya di atas. Serta merobek pakaian yang dikenakan oleh Marilyn.
"Ayo kita bersenang-senang, Sayang."
****
Maaf 🙏 lama tidak update.
Happy reading
Vea Aprilia
Rabu, 10 Oktober 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top