Chapter 8
Rayna sedang sibuk memasang pakaian pada manekin yang akan menjadi modelnya. Memberikan beberapa asesoris pada manekin itu lalu dipotretnya dengan berbagai sudut agar mendapat foto yang bagus.
Beberapa pakaian lagi di gantungnya dengan hanger lalu dipotret lagi. Begitu seterusnya hingga semua pakaian di hadapannya habis. Lalu mengunggahnya ke media sosial juga beberapa akun jual beli online.
Rayna sudah menekuni dunia bisnis jual beli online sejak kuliah dulu. Awalnya dia hanya menjadi seorang reseller dengan keuntungan yang lumayan. Sekarang dia memberanikan diri untuk memulai usahanya sendiri dan sudah berjalan hampir setahun.
Untungnya Wisnu, suaminya mengizinkannya untuk terus mengembangkan usahanya itu hingga kini banyak pelanggan yang percaya padanya. Walaupun dirinya pun pernah tertipu oleh konsumen. Dunia maya memang seperti pisau bermata dua, jika kita menggunakannya dengan baik maka keuntungan dan manfaat yang akan kita peroleh, tapi jika kita menggunakannya dengan buruk maka kejelekan yang akan menimpa kita.
Ditengah sibuknya dia memotret berbagai model pakaian yang akan dijualnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Rayna menghentikan kegiatannya sejenak untuk melihat ponselnya. Dan ternyata itu sebuah reminder hari ulang tahun suaminya.
~°°°~
Senyum terus mengembang dari bibir Rayna, dengan tidak sabar menunggu cakenya matang. Dia membuat black forest untuk menyambut ulang tahun suaminya. Sambil berdendang dengan sesekali menggoyangkan badannya, Rayna menyiapkan segalanya untuk suami tercintanya. Hatinya serasa berbunga-bunga sejak dua hari yang lalu dia mendapat kabar tentang kepulangan suaminya yang bertepatan dengan hari ulang tahun Wisnu.
Tiing. Bunyi penghitung waktu yang menandakan kalau cakenya sudah matang. Dengan hati-hati dia mengeluarkan cake dari oven. Berharap kalau cake buatannya kali ini sesuai harapan, karena itu adalah cake ketiga yang dia buat setelah sebelumnya gagal.
Senyum senang terlukis dibibirnya saat melihat hasil yang memuaskan dari usahanya membuat cake seharian ini.
"Akhirnya berhasil," ucapnya sambil mengendusi aroma coklat dari cake.
Setelah itu, Rayna menghiasnya dengan whipped cream lalu di taburi parutan coklat tak lupa juga ceri merah di letakan di tengah sebagai pemanis penampilan cakenya.
Selesai berkutat di dapur, Rayna mandi untuk mempersiapkan diri menyambut kepulangan suami tercintanya. Memakai gaun terbaik yang dia punya. Gaun selutut berwarna tosca dengan V-neck yang agak rendah. Memoles wajahnya dengan make up minimalis agar tampak natural. Rambutnya dia gelung ke atas menampilkan leher jenjang yang menggoda. Rayna menatap dirinya dalam cermin dan tersenyum lebar. Semuanya tampak sempurna.
Rayna membereskan ruangan sekenanya, mengalihkan dari kegugupannya menunggu Wisnu.
Tok. Tok. Tok.
Gerakannya terhenti seketika lalu setengah berlari dengan tidak sabar membuka pintu dan melihat siapa yang datang.
"Mas Wisnu!!" serunya gembira, kemudian memeluk lelaki di hadapannya dengan erat.
Wisnu pun melakukan hal yang sama. Memeluk istrinya dengan sangat erat, penuh kerinduan sambil sesekali mengecupi puncak kepala Rayna.
"Aku kangen," ucap Rayna dengan nada manja.
"Mas juga," ucap Wisnu, perlahan melepaskan pelukan Rayna yang begitu erat hingga membuatnya terasa agak sesak. Sebagai gantinya Wisnu mengecupi seluruh wajah Rayna dengan membabi buta sebagai ungkapan rasa rindunya.
"Udah mas, geli," ucap Rayna yang kegelian menerima semua kecupan itu. Namun Wisnu tak menggubris kikikan tawa Rayna malah semakin gencar mengecupi setiap sudut wajah Rayna. "Mas, kita masih di depan pintu nanti ada yang lihat," ucapan Rayna menyadarkan Wisnu akan posisi mereka saat ini yang masih diambang pintu. Dengan enggan Wisnu menjauhkan wajahnya dari wajah cantik istrinya. "Masuk, Mas," Rayna menarik lengan Wisnu masuk ke dalam rumah. Aroma coklat menguar saat Wisnu masuk.
"Kamu bikin apa, Sayang? Wangi," ucap Wisnu berjalan menuju dapur mencari sumber aroma yang diciumnya. Rayna mengikuti dari belakang.
"Selamat ulang tahun, Mas!" seru Rayna menyodorkan cake yang dibuatnya kepada Wisnu.
"Wow ... ternyata aromanya itu dari sini. Keliatannya enak," ucap Wisnu, jarinya tak tahan untuk tak mencolek krim putih yang terlihat sangat lembut.
"Ihh, Mas ... mandi dulu sana, biar wangi," Rayna menepuk punggung tangan Wisnu yang mencolek krim.
"Hahaha ... Oke oke, Mas mandi dulu. Kuenya jangan dimakan, ya," Wisnu segera berlalu ke kamar mandi. Secepat kilat menyelesaikan kegiatan mandinya karena tidak sabar ingin menghabiskan waktu berdua dengan Rayna, melepas rindu setelah dua bulan lamanya mereka tak bertemu.
Rayna telah selesai menyiapkan makanan di meja makan. Lalu menyilakan suaminya duduk, menyalakan lilin dengan angka 28 yang terpajang di atas blackforest cake buatanya.
"Make a wish," Rayna menyodorkan kue ke hadapan Wisnu yang segera memejamkan matanya, doa terbaik pun dia panjatkan untuk kehidupan pernikahan mereka. Setelah itu meniup lilin dengan sekali hembus yang disambut tepuk tangan dan tawa riang Rayna.
Rayna memotong kue dan menyuapi Wisnu yang melenguh ketika merasakan kelezatan kue istimewa dari istrinya.
"Enak," ucap Wisnu mengacungkan dua jempol ke arah Rayna. Muncul ide dari kepala Wisnu. Dengan jahilnya Wisnu mencolek krim dan mengoleskan ke hidung Rayna.
"Mas!!" Rayna berteriak kesal dengan tingkah laku Wisnu. Dia pun tidak mau kalah, Rayna mencolek krim lebih banyak untuk dia oleskan ke wajah Wisnu.
Wisnu segera berlari menghindar, tidak mau badan dan wajahnya jadi sasaran balas dendam Rayna. Mereka berputar-putar di dapur mengelilingi meja makan, walaupun kesal tapi tawa selalu keluar dari bibir Rayna yang terlihat cemberut karena selalu gagal menangkap Wisnu.
Entah Wisnu yang mengalah atau memang kelelahan menghindar, kali ini Rayna berhasil menangkap Wisnu lalu mengoleskan krim di sepanjang wajah Wisnu, dari dahi hingga dagu dengan penuh kemenangan.
"Sayang, kamu licik. Aku kan cuma di hidung aja, kenapa kamu ngoles di seluruh wajahku," ucap Wisnu pura-pura marah dengan ekpresi seperti anak kecil yang kehilangan balonnya.
"Nggak apa-apa Mas. Mas jadi tambah ganteng kalau gitu," Rayna tidak bisa menahan tawanya melihat Wisnu yang belepotan krim karena ulahnya.
"Oh, ya? Kamu juga mau Mas bikin tambah cantik?" Wisnu kembali mencolek krim dengan seringai jahilnya. Rayna langsung lari menghindar namun gagal. Gerakannya kalah cepat dari Wisnu yang menangkap tubuhnya lalu mengoleskan krim di pipi Rayna.
Gelak tawa berderai memenuhi seisi ruangan rumah mereka. Kelelahan berlari keduanya berbaring di karpet di ruang tengah. Lengan kekar Wisnu menjadi bantalan untuk Rayna yang masih terengah sehabis berlari.
Wisnu mengubah posisinya, dari tidur terlentang menjadi miring menghadap ke arah Rayna. Jemari panjangnya menyusuri wajah Rayna. Menatap wajah istrinya penuh cinta. Betapa beruntung dia mendapat istri secantik Rayna.
"Mas rela mati untuk membuatmu bahagia," sontak ucapaannya itu mendapat pelototan maut dari Rayna.
"Mas bilang apa, sih ... Ngaco ah," Rayna menepuk lengan Wisnu agak keras tanda tidak suka. Wisnu hanya tersenyum melihat ekpresi ngambek Rayna yang menurutnya sangat lucu.
"Aku mencintaimu ... aku sangat mencintaimu istriku," ucap Wisnu penuh makna yang tersirat dalam binar matanya. Binar mata penuh cinta dan kasih sayang hanya untuk istrinya.
Rayna menatap suaminya dengan linangan air mata. Menekan tombol rewind dan mengulang video yang sedang di tontonnya.
"Aku mencintaimu ... aku sangat mencintaimu istriku,"
Tepat dibagian itu, diputar berulang-ulang. Terus diulang sampai sesuatu seakan menekan dadanya yang terasa semakin sakit. Tertekan oleh rasa rindu yang terpendam. Tertekan oleh rasa cinta yang terus mengalir tiada henti namun tak ada tempat untuk berlabuh. Air matanya terus mengalir dalam diam. Menekan jauh-jauh kepedihan yang menghantam. Hingga hanya ada isakan yang sanggup dikeluarkannya sebagai ungkapan segala rasa yang berkecamuk dalam hatinya.
Aku juga mencintaimu, Mas. Bukan hanya cinta, tapi juga rindu ... aku merindukanmu. Seandainya kamu ada disini, memelukku juga bayi kita. Mungkin aku akan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini. Seandainya kamu ada disini Mas.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top