chapter 2
ANJANI
Anjani mencoba memejamkan matanya di atas dada bidang lelaki yang beberapa bulan ini selalu menemaninya tiap malam. Mendengarkan suara detak jantung lelaki ini seakan menjadi lagu pengantar tidur untuknya. Baru saja Anjani akan terlelap, lelaki itu menggeserkan badannya perlahan, lalu bangkit. Memakai kembali kemeja dan celananya.
"Aku harus pergi, terima kasih untuk malam ini. Aku selalu menikmati saat-saat bersamamu."
Lelaki itu menghampiri Anjani yang terduduk di atas ranjang.
"Aku harap, aku adalah lelakimu satu-satunya malam ini dan malam-malam berikutnya."
Dengan senyum khasnya lelaki itu mengecup bibir Anjani dengan mesra. Lalu pergi meninggalkannya sendiri, termenung dalam kamar dengan cahaya yang remang-remang.
Anjani menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Aroma lelaki itu masih tertinggal disana. Dia memejamkan mata, menekan perasaan yang seharusnya tidak pernah ada.
Sejak berhubungan dengan Rangga, dia memang tak pernah berhubungan lagi dengan lelaki lain. Kedekatan yang terjalin antara keduanya membuat Anjani terbuai akan perlakuan Rangga yang romantis. Menyanjung dan memujanya setiap mereka bersama. Ini baru pertama kalinya dia menjalin hubungan dengan pria yang sama sampai berkali-kali.
Bahkan menjadi satu-satunya sejak Rangga mendekatinya.
Dia sadar sepenuhnya bahwa antara dirinya dan Rangga hanya terjalin hubungan saling menguntungkan. Rangga yang membutuhkan kehangatan tubuhnya serta Anjani yang membutuhkan uang dari Rangga.
Sekecil apapun perasaan itu, tidak boleh hadir diantara mereka. Tidak, sampai dirinya sendiri terjebak akan perasaannya yang sejak awal dia coba hilangkan.
Dia meraba pelan perutnya yang rata. Instingnya sebagai seorang wanita menuntunnya untuk melindungi makhluk kecil yang sedang bertumbuh dalam rahimnya. Makhluk kecil tidak berdosa yang hadir karena kesalahannya.
Betapa bodohnya dia waktu itu, lupa meminum obat pencegah kehamilan. Dia terlalu terpesona pada ketampanan Rangga. Dia terlalu terlena pada kelembutan sikap Rangga yang memperlakukannya layaknya wanita spesial.
Menghela nafas dan menghembuskannya dengan kasar, dia bangkit menuju kamar mandi membersihkan diri. Menghilangkan semua jejak-jejak panas di tubuhnya. Guyuran air dingin menyandarkannya kembali ke dunia nyata.
Mengingatkan dirinya sendiri, siapa dia?
Selesai mandi dan berpakaian, Anjani bersiap keluar dari kamar hotel murahan yang dipesankan Rangga. Sudut matanya melirik ke atas nakas sebelah tempat tidur. Ada lembaran uang seratus ribuan tertumpuk disana, dia mengambil uang itu dan memasukannya ke dalam tasnya. Lalu keluar dari kamar hotel menuju tempat tinggalnya.
~°°°~
Kembali pulang ke rumah sederhana milik orangtuanya. Tubuhnya terasa letih, dia segera ke kamar untuk merebahkan tubuhnya. Ditatapnya foto yang terpajang di meja kecil dekat ranjang.
Foto kedua orangtuanya yang telah tiada. Ayahnya meninggal karena tabrak lari sepuluh tahun lalu saat dia masih duduk dibangku SMA. Dan disusul ibunya tiga tahun kemudian karena sakit yang terus menggerogoti tubuhnya. Sejak saat itu dia hidup sendiri. Bekerja keras untuk biaya hidup sehari-hari.
Anjani tersenyum getir melihat foto kedua orangtuanya itu. Andaikan mereka tahu apa yang dilakukannya sekarang, mungkin mereka akan malu mempunyai seorang putri seperti dirinya.
"Ibu ... Bapak ... Maafin Jani. Karena selama hidup kalian, Jani belum pernah memberikan yang terbaik untuk kalian. Bahkan sekarang setelah kalian tidak ada pun, Jani semakin jauh dari kata baik."
❤❤❤
SYARA
Apalagi yang akan membuatmu bahagia selain bisa menikah dengan lelaki pujaan hati yang selalu mencintai juga menyayangimu sepenuh hati.
Seperti halnya Syahira atau akrab dipanggil Syara ini baru saja melangsungkan pernikahannya dengan Gary.
Lelaki impiannya yang memiliki segalanya yang Syara ingin. Tampan, mapan, sopan, perhatian dan yang pasti sangat mencintai Syara.
Pernikahan mereka berlangsung dengan amat teramat lancar. Dijalani dengan penuh cinta. Selalu ada tawa dan canda menghiasi kehidupan pernikahan mereka. Setiap orang yang melihat pasti akan iri pada mereka.
Kehidupan mereka adalah impian dari semua orang. Begitu penuh cinta. Begitu damai. Begitu bahagia. Begitu romantis. Begitu penuh suka cita. Begitu sempurna dengan kasih sayang yang tercurah satu sama lain.
Kebahagiaan Syara dan Gary bertambah, ketika mengetahui Syara sedang mengandung. Setelah lima bulan pernikahan mereka yang serasa seperti bulan madu setiap harinya.
Jika setiap pagi mereka akan rutin melakukan sex in the morning sekarang kegiatan itu berubah menjadi sick in the morning. Setiap pagi Syara mengeluarkan isi perutnya hingga terasa kram.
"Hoek .... hoek!!" Syara membungkuk di wastafel dengan memegangi perutnya.
"Sabar ya Sayang," ucap Gary sambil memijiti pundak Syara, membantu meringankan muntah-muntahnya.
Setelah selesai, Gary memapah Syara kembali ke kamar lalu membaringkannya.
Dia berinisiatif membuatkan Syara teh mint yang akan meredakan mual diperutnya. Syara sendiri pun tidak tahu kalau teh mint itu bisa mengobati mual-mualnya.
Sejak tahu bahwa istrinya itu hamil, Gary semakin rajin mengumpulkan informasi seputar kehamilan. Entah itu dari rekannya, internet bahkan membeli majalah dan tabloid wanita hamil.
"Udah enakan perutnya?" tanya Gary cemas melihat istrinya itu terbaring dengan wajah pucat.
"Mending. Makasih ya Sayang," ucap Syara memaksakan bibirnya untuk tersenyum.
"Syukurlah kalau udah baikan, sekarang istirahat aja ya," Syara mengangguk lemah, lalu memejamkan matanya. Gary menyelimuti Syara agar lebih nyaman.
Tak berapa lama, Gary sudah rapi dengan setelan kaos polo dan celana jeansnya.
"Mau kemana Sayang?" tanya Syara.
"Mau keluar sebentar, sama Yana," jawab Gary sambil bersiap akan pergi.
"Kerjaan lagi??" ucap Syara memprotes.
Gary hanya tersenyum, menghampiri Syara dan mengecup keningnya.
"Ya, maaf ya Sayang. Di kantor lagi sibuk soalnya. Kalau perlu apa-apa SMS aja ya. Sarapan juga udah aku siapin di meja," Syara mengangguk.
Gary pun pergi meninggalkan Syara yang masih terbaring sendiri.
Disela-sela kesibukannya seperti itu dia masih sempat membuatkanku sarapan. Betapa beruntungnya aku mempunyai suami seperti Gary.
❤❤❤
IN THE CLUB
Sepuluh menit lagi pertemuan sesi kedua akan segera dimulai. Sebagian dari anggota klub sudah mulai berdatangan.
Syara dengan wajah bahagianya masuk ke dalam. Mual dan muntahnya sudah agak reda jika menjelang siang. Hanya kalau mencium bau asap sate dia akan kembali mual. Padahal sate adalah makanan kesukaannya dulu.
Klub ini tidak disediakan kursi jadi para anggota duduk lesehan di atas matras berwarna-warni dan disediakan pula bantal duduk dengan ukuran yang lumayan besar agar saat anggota klub yang semuanya adalah wanita hamil, bisa duduk dengan nyaman di sana.
Syara duduk di tempat kosong bersebelahan dengan wanita dengan gaya yang modis. Semua yang dikenakannya adalah barang bermerek terkenal.
"Hai, aku Syara," ucap Syara mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.
"Hai, Dania," jawab wanita dsebelahnya itu membalas uluran tangan Syara dengan senyum ramah.
Tanpa di duga, dibalik semua kemewahan yang dia bawa ternyata Dania seorang wanita yang ramah.
"Sudah berapa minggu?" tanya Syara lagi.
"Baru empat minggu. Kamu?" jawab Dania.
"Sama. Dan sedang nikmat-nikmatnya, setiap pagi pasti sibuk di kamar mandi untuk membuang isi perut," ujar Syara, terkikik mengingat rutinitasnya setiap pagi.
Dania pun ikut terkikik, karena merasakan hal yang sama setiap paginya.
"Rahasianya ada di teh mint dan biskuit asin, cobalah. Itu akan mengurangi mual dipagi hari," ucap Dania memberikan sedikit tips untuk Syara.
"Hm-hm... suamiku selalu menyiapkan itu semua setiap paginya," Syara tersenyum jika mengingat perhatian suaminya itu.
Beruntungnya punya suami perhatian seperti itu, batin Dania.
Tak berapa lama ada seorang wanita yang duduk di sebelah Syara yang kebetulan masih kosong.
Syara mengulurkan tangannya pada wanita itu untuk berkenalan.
"Hai, aku Syara," ucapnya dengan senyum lebar.
"Rayna," jawab wanita itu singkat.
"Ini Dania," ucap Syara lagi memperkenalkan Dania, Dania pun mengulurkan tangannya pada Rayna.
"Sudah berapa minggu?" tanya Syara.
"Enam," jawab Rayna to the point.
Sepertinya dia tipe wanita pendiam dan nggak banyak bicara, batin Syara.
Kelas pun semakin penuh dengan lima belas wanita hamil yang sudah duduk dengan manis dikursi masing-masing.
Sambil menunggu dokter Charlene, dokter spesialis kandungan yang membimbing wanita hamil disini.
Syara menyalami hampir seluruh wanita hamil yang ada. Syara memang wanita yang ceria. Dia mudah akrab dengan siapapun.
Dokter Charlene pun datang membawa perangkat proyektor, setelah memasangnya dan mengarahkannya ke papan putih yang telah disediakan, Dokter Charlene menyalakannya.
"Pertemuan kita hari ini, saya akan menjelaskan perkembangan janin dalam rahim mom. Tapi sebelumnya saya ingin mommy semua membentuk kelompok yang terdiri dari empat orang."
Sesuai perintah semua anggota berkumpul empat orang. Semua sudah lengkap kecuali kelompok Syara yang hanya terdiri dari Dania juga Rayna.
"Wah, kelompok mommy kurang satu ya?" ucap Dokter Charlene.
"Nggak apa-apa Dokter," ucap Syara dengan senyumnya.
"Ya sudah kita mulai saja, sambil menonton video saya akan menjelaskan satu-persatu."
Dokter Charlene menghidupkan proyektor yang sudah di siapkan sebelumnya.
Tok. Tok. Secara otomatis semua kepala yang ada diruangan itu menoleh ke arah pintu yang di ketuk seseorang. Dokter Charlene mempersilakan wanita itu masuk.
Setelah melepas sepatunya, dia pun masuk. Syara melambai-lambai ke arah wanita itu yang tampak kebingungan lalu menghampiri Syara.
"Kemari, kelompok kita kurang satu," ucap Syara diikuti anggukan wanita itu dan duduk di antara mereka.
"Aku Syara," Syara mengulurkan tangannya ke arah wanita itu.
"Anjani," jawabnya dengan senyum lembut.
Lalu menyalami Dania dan Rayna bergantian.
Dokter Charlene melanjutkan penjelasannya. Dari proses sperma yang berjuang untuk masuk ka dalam rahim dan membentuk embrio, lalu bertumbuh semakin besar.
Lalu mulailah organ-organ janin berkembang. Dari jantung yang pertama terbentuk sampai tangan dan kaki mungil yang mulai muncul.
Hingga membentuk sesosok makhluk indah yang sempurna.
Video itu membuat Syara dan Dania menangis haru, membayangkan dalam rahim mereka nanti akan bertumbuh makhluk indah seperti pada video itu.
Lain halnya dengan Rayna juga Anjani yang tampak terpaku melihatnya. Seakan sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Namun, tak dipungkiri lagi hati ibu mana yang tidak tersentuh melihat video itu. Rayna juga Anjani, mata mereka berkaca-kaca membayangkan kalau nantinya janin kecil yang ada dalam rahim mereka akan berkembang menjadi makhluk baru yang akan membawa mereka ke kehidupan yang baru pula.
❤❤❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top