Baby Girl - 25
janlup vote dulu sayangku ❤❤
-
Mingyu dan Tzuyu menuju rumah sakit dimana Jungkook berada, bergandengan tangan bersama dengan Mingyu yang selalu memperhatikan setiap langkah kekasihnya.
Sekarang ada satu nyawa yang perlu dijaga, jadi harus ekstra hati-hati. Antisipasi dengan umur kandungan yang masih begitu muda dan rawan.
Sesampainya di ruangan dimana Suzy dan Jungkook berada, Tzuyu maju dengan langkah gugup, mendorong maju pintu ruangan hingga terbuka sempurna.
Di hadapanya, berdiri Jungkook menjulang tinggi menghalangi jalanya untuk masuk. Wajah pria itu nampak begitu kusut dan mengerikan.
Mingyu menatap wanita yang duduk di atas bangkar, merasa tidak asing dengan wajah wanita tersebut. Jika wanita itu di dalam, maka sudah pasti dia adalah calon istri Jungkook.
Dia sedikit terkejut, jika ingatannya tidak salah. Belum lama ini, ketika dia membawa pulang Somi dari club secara paksa, dia tidak sengaja tersenggol wanita itu, tapi pada saat itu wanita tersebut bercumbu dengan pria lain. Mungkin sekitar 1 bulan lebih beberapa hari lalu di mana kejadian berlangsung.
"Kak," Tzuyu memanggil.
"Aku sudah tau apa ingin kamu katakan, jangan mencoba menumpangkan kesalahan kekasihmu kepada diriku. Bagaimana kau bisa yakin jika itu adalah anakku kalau kamu juga bermain dengan Mingyu?"
Mendengar namanya di sangkut pautkan dengan kesalahan yang tidak pernah dia lakukan, dia protes, "Apa maksudmu? Aku tidak pernah menyentuh Tzuyu secara intim. Aku tidak sebejat dan tidak bermoral seperti dirimu."
Jungkook tersenyum culas, mengejek, "Benarkah? Bukti apa yang kamu punya?"
Tzuyu maju satu langkah, menarik tangan kanan Jungkook dalam genggamannya. Mingyu mengalihkan atensi pada tempat lain, tidak bisa menahan cemburu ketika kekasihnya begitu intim dengan pria lain di depan matanya sendiri.
"Kakak percaya aku kan?"
"Ya, jika kamu tidak menjadi kekasih Mingyu, maka Kakak tidak akan ragu jika anak itu adalah anakku. Tapi kau kekasih Mingyu, siapa tau sekarang kamu sedang di usir oleh keluargamu dan memerlukan harta untuk menjamin hidupmu sehingga menjadikan diriku target karena Mingyu belum memiliki penghasilan sendiri, bukan begitu?"
Sebelum Tzuyu dan Mingyu datang ke sini, Suzy telah di beri beberapa video dan foto dua remaja yang tengah berciuman mesra. Dia tidak tau jika ini akan sangat berguna, Suzy bersyukur dalam hati karena bertemu dan menjalin kerja sama dengan Pinky tempo hari. Membawa keberuntungan dalam rencananya.
Dia mengusap perutnya yang juga telah di isi satu nyawa, anak ini adalah anak dari Minho mengingat sudah 1 bulan dia tidak berhubungan dengan Jungkook. Dan setelah dia berhubungan dengan pria ini, Suzy tidak lupa untuk meminum pil anti kehamilan jadi sudah pasti anaknya milik Minho.
Dia hanya ingin harta Jeon, bukan anaknya dengan Jeon. Membahas masalah anak, tentu saja dia hanya ingin anak dari Minho pria yang mengisi hatinya saat ini.
Suzy menunjukan foto dan video Mingyu menghabiskan waktu dengan Tzuyu, ada beberapa adegan ciuman mesra yang mampu memancing emosi Jungkook. Dan Suzy telah memberitahu Jungkook, berkata layaknya calon istri yang mengkhawatirkan masa depan calon suaminya, "Jungkook, bukanya aku ingin berburuk sangka. Tapi mereka masih remaja dan pergaulan mereka sangat bebas, aku takut mereka melakukan kesalahan dan menghasilkan bibit. Mengingat Lorentzo sangat terkenal dan tidak suka aib sekecil apapun, jika Tzuyu memang benar hamil nanti dan keluarganya tau dia pasti akan di usir. Aku takut dia akan memanfaatkanmu."
Saat itu Jungkook sedikit terkejut dengan kalimat akhir calon istrinya, takut jika Suzy tau hubungan antara dia dengan adiknya, "Apa kamu tahu...."
Suzy berpura-pura tidak tau, menjawab pertanyaan Jungkook dengan kebingungan, "Tau apa Jung? Aku hanya ingin Jeon juga menjadi keluarga baik tanpa aib, kalau Tzuyu datang kepadamu tolak saja. Ini demi nama keluarga Jeon."
Dan Jungkook tidak percaya jika ucapan Suzy menjadi kebenaran, dia sudah menduga jika Tzuyu pasti akan mengatakan jika anak dalam kandungannya adalah miliknya demi mendapatkan peluang untuk hidup secara berkecukupan.
"Kak, anak ini anakmu. Aku tidak pernah melakukan hubungan intim kecuali dengan dirimu."
Mendengar ucapan Tzuyu, Jungkook kepalang takut jika Suzy akan mendengarnya, hampir saja dia akan bersikap kasar sebelum sebuah cekalan kuat menahan lengannya terlebih dahulu.
"Jangan sakiti Tzuyu," kata Mingyu, matanya dipenuhi sorot kemarahan.
"Kalau begitu bawa pergi gadis ini dari hadapanku, jangan berani menyuruhku untuk mengakui anak yang bukan milikku. Karena anakku berada di dalam kandungan calon istriku."
Mingyu mengukir senyum sinis, mengejek secara terang-terangan, "Aku baru sadar jika kamu juga orang bodoh, mudah di tipu oleh wanita berkulit ular. Apa kamu yakin jika anak yang dia kandung adalah anak kandungmu?" suaranya sengaja di keraskan agar Suzy mendengar.
Suzy mendengarnya.
Dia terkejut, pemuda ini? Bagaimana dia bisa tau hal yang dia sembunyikan? Mencari akal secepat mungkin, dia meringis, "Jung perutku....."
"Suzy!"
Tzuyu menatap Kakaknya yang menghampiri Suzy, berlalu meyingkir dari hadapannya. Tanpa menoleh sedikitpun untuk bertanya, apa kabarnya baik akhir-akhir ini.
"Kak Jungkook."
Jungkook tidak mau menatapnya, "Pergi, Kakak kecewa karena kamu berani membuat kebohongan jika anak itu adalah anak Kakak."
Mingyu memeluk tubuh Tzuyu dari belakang, mencoba memberi kekuatan dan ketenangan. Memberikan kenyamanan bagi kekasihnya, "Tzuyu, ayo pulang. Aku akan mengantarmu. Jika pria sialan itu tidak mau mengakui anaknya, maka biarkan dia menjadi anakku."
Jungkook menjawab sinis, "Itu memang anakmu, bukan anakku."
"Dan aku hanya ingin menekankan sesuatu, cepat atau lambat kebenaran akan terungkap."
"Kebenaran jika kalian berdua melakukan kesalahan tapi justru menimpakan limbahnya pada diriku?"
Tzuyu memegang lengan Mingyu, wajahnya yang biasanya lembut nampak sendu, tapi sapuan matanya begitu dingin menatap dua orang di depannya.
"Mingyu, ayo pulang."
Di perjalanan pulang Mingyu terus memeluk kedua bahu Tzuyu agar selalu merasa hangat, dia bertanya khawatir, "Apa perutmu baik baik saja? Katakan padaku kalau dingin."
"Tidak, Mingyu aku ingin tanya satu hal kepadamu...."
"Katakan saja."
Tzuyu mendongak, "Keluargamu, apa mereka akan menerima diriku?"
Mingyu menatap kosong, hal ini tidak terfikir olehnya sebelumnya, "Aku akan meyakinkan sebisaku."
"Jangan memaksakan diri, lebih baik akhiri hubungan kita. Aku tidak ingin melibatkan dirimu dalam masalah."
"Tapi aku ingin terlibat dalam masalah yang selalu ada dirimu di dalam sana, aku hanya ingin selalu di sisimu dan bisa membantumu, sedikit meringankan beban yang kamu tanggung."
Tzuyu menggenggam mantel Mingyu, tetesan membentang sampai dagu menghiasi pipi berisinya yang memerah karena terdampak udara dingin, "Kamu terlalu baik...."
"Dan kamu terlalu membuatku mencintai dirimu melebihi diriku sendiri. Jangan pernah mengatakan ingin mengakhiri hubungan ini lagi."
***
Suasana malam di club begitu ramai, Jaehyun duduk di sofa sudut ruangan lantai dua. Menikmati pemandangan orang-orang menari di lantai satu, wanita club sudah siap berdiri di sepanjang meja menunggu panggilan untuk melayani.
"2 gelas lagi," pinta Jaehyun.
Pelayan mencatat pesan Jaehyun, turun ke bawah menuju bartender. Sebelum membawanya ke lantai dua, pelayan tadi memasukan bubuk afrodisiak yang di berikan wanita asing padanya. Dia sudah di bayar mahal, jadi harus menjalankan tugas dengan baik.
Jaehyun meminum alkohol yang baru saja di bawakan pelayanan, meminumnya sampai tandas tanpa sisa. Rasa mual menekan lambungnya, membuat seluruh isi perutnya terasa tertekan ke atas. Dia pergi melenggang terburu-buru menuju kamar mandi.
Puas memuntahkan isi perut, Jaehyun sedikit menggelengkan kepala mengusir mabuk. Badannya tiba-tiba terasa panas, dia terhuyung bertumpu pada dinding luar pintu toilet pria.
Wanita yang menyuruh pelayan tadi untuk memberi afrodisiak bagi Jaehyun telah datang, menyusuri wajah tampan sempurna di depannya.
Ekspresinya nampak sangat jijik karena dia harus bercinta dengan pria ini demi orang yang dia sayangi.
Wanita tersebut tidak lain adalah Pinky, dia membawa Jaehyun ke dalam kamar yang telah dia siapkan. Bermain bersama tanpa henti.
Kesadaran Jaehyun telah normal tapi tidak mau berhenti berhubungan dengan wanita asing di bawahnya. Paa saat sampai, dia ambruk ke samping.
Menoleh untuk menemukan partnernya ingin beranjak pergi, "Kau..."
"Lama tidak berjumpa, Kak Je."
Jaehyun membeku, Kak Je. Hanya Tzuya salah yang memanggilnya Kak Je. Apa ini jawaban dari wajah yang tidak terasa asing bagi dirinya?
"Tzu—"
"Ya, ini aku. Bagaimana kabarmu, Kakak? Apa kamu tau, aku sangat kesusahan dan kesepian. Dan sekarang aku benci melihat kalian semua masih ada di dunia ini."
"Maksudmu apa mengatakan seperti itu? Keluargaku telah merawat dan membesarkan dirimu, tapi kau ingin menghapus kami dari dunia?"
"Ya sangat ingin," Pinky memiringkan kepala, memberikan aba-aba suara siulan membuat pria bawahannya yang berada di luar jendela segera masuk menerobos menangkap Jaehyun.
Pinky tersenyum melihat Jaehyun yang terus berteriak di bawah cekalan mantan bawahan Ayahnya—yang seorang mafia.
Selepas Jaehyun di bawa dengan cara sesuai rencana mereka, Pinky melepas topeng kulit wajah manusia yang membuat wajahnya mirip dengan Pinky asli. Menyalakan korek api lalu membakarnya.
Wajah aslinya begitu cantik, namun sayang begitu mengerikan dengan senyuman kejam. Dia tidak akan membiarkan orang yang telah mencampakan sahabat sekaligus orang yang berharga bagi dirinya bebas begitu saja.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top