Baby Girl - 24

1 bulan kemudian.

Di ruangan bernuansa putih sunyi, pintu berderit menandakan tamu telah datang. Gadis cantik yang tertidur di atas bangkar membuka mata, memperlihatkan mata sipit indahnya.

"Kakak, itukah kamu?"

Gadis pembuka pintu berdehem menjawab, "Hm, ini aku. Bagaimana kondisimu akhir-akhir ini?"

"Tidak lebih baik dari sebelumnya, apa Kakak membawa makanan kesukaanku lagi?"

"Tentu saja, Kakak membawakannya. Kamu harus segera sembuh dan kita bisa melakukan tujuan hidupmu sebelumnya."

Gadis yang terbaring lemah di bangkar menggeleng, "Tidak, aku sudah lama melupakan tujuanku itu. Sekarang tujuanku hanya ingin sembuh, aku ingin kembali bisa hidup normal tanpa bantuan alat medis."

"Kamu...."

"Kak, tolong jangan sakiti keluargaku."

"Kakak tidak berjanji."

***

1 bulan lagi pernikahan Suzy dan Jungkook akan di laksanakan, selama periode tersebut pula Tzuyu sibuk belajar di rumah. Melupakan kejadian antara dirinya dengan sang Kakak di dalam hotel terakhir kali.

Keduanya telah sepakat, tidak akan saling lagi menganggu dengan syarat satu sama lain harus tetap berkomunikasi secara normal seperti masalah tidak pernah ada. Hati Tzuyu penuh dengan keengganan pada keputusan Jungkook, tapi ini satu-satunya jalan menguntungkan satu sama lain.

Dengan begitu perasaan salah yang seharusnya tidak tumbuh di hatinya akan sedikit mereda, bagaimana tidak? Jungkook selalu mengajaknya bertemu di belakang Jaehyun, pria itu juga tidak pernah absen membawa Suzy kemana-mana.

Bukankah Kak Jungkook terlalu serakah? Dia mencintai Suzy namun tidak mau melepaskan dirinya sama sekali. Melihat keseringan Jungkook dan Suzy bermesraan di depannya membuat hatinya sakit, semakin lama semakin lelah dalam mencintainya. Dan akhirnya memutuskan untuk berhenti, fokus pada kekasihnya saat ini-Kim Mingyu.

"Sepertinya kamu sama sekali tidak memiliki minat di pelajaran umum, apa kamu memiliki sedikit minat pada beberapa kejuruan?" Tanya Tutor yang di sewa Papanya.

Tzuyu berfikir sejenak, "Aku selalu ingin masuk pada kejuruan tata kelola hal perkantoran, dan bercita-cita bisa mendapatkan posisi sebagai kepala di salah satu divisi. Sepertinya terasa menyenangkan menjadi seorang kepala."

Tutor Tzuyu tersenyum, "Ah, kalau begitu aku akan memberitahu Mr. Kristian dan Mrs. Minji. Setelah kamu belajar pengetahuan umum, kamu akan mendapatkan pelajaran tentang management bersama tutor lain. Apa kamu mau?"

Mengangguk semangat, ia menjawab, "Aku sangat mau!"

"Kalau begitu kelas hari ini berakhir, aku pamit dulu Nona Lorentzo."

"Hati-hati, Mrs. Terima kasih untuk hari ini."

"Sama-sama."

Kakinya melenggang menuju kamar, masuk tidak sabar untuk meraih ponselnya dan menelfon Kevin.

"Tumben telfon, kenapa?"

"Aku belajar management nanti! Kalau aku sudah dewasa, maka kamu harus menyuruh Paman menerimaku di perusahaanya!"

Suara tawa tergelak membuat Tzuyu jengkel, bibirnya mencebik, "Kenapa tertawa? Aku serius, setelah aku dewasa maka aku akan kembali bersama kalian semua."

"Lalu bagaimana dengan keluargamu disana?"

"Aku akan mengunjungi sesekali."

"Oke, oke, semua bisa di urus. Btw, sudah punya pacar bule?"

"Punya, tapi bukan bule. Kenegaraan dia sama kayak kita, cuman dia tinggal di London."

Kevin mendesah kecewa, bahasanya berubah menjadi sedikit halus, "Kalau begitu aku masih harus menunggu, tak masalah. Aku siap menunggu."

"Kev-"

"Tzuyu, apa ini?!"

Jaehyun masuk ke kamar adiknya, tanpa mengetuk ataupun permisi, datang dengan wajah memerah emosi. Tzuyu mematikan telefon yang tersambung, merasa takut melihat benda di genggaman Jaehyun.

"Kak-"

Jaehyun membuang benda tersebut tepat di depan wajah adiknya, berkata marah seperti hantu, "Apa ini?! Bagaimana jika orang kita tau tentang ini?"

Tzuyu berlutut, kedua lengan rampingnya tanpa sadar memeluk erat perut rata yang tertutupi hoodie, "Tzuyu mohon jangan beri tahu Papa dan Mama."

"Sebagus apapun kamu rahasiain ini, semua tetap akan kebongkar. Kamu kira perut kamu akan selalu rata jika ada nyawa di dalamnya?! Siapa yang melakukan ini?! Mingyu?!"

Tzuyu mendongak, memegang erat kaki kiri Jaehyun, memohon belas kasihan, "Bukan Kak, ini..... anak ini milik Kak Jungkook."

"Keparat itu lagi! Kakak sudah memberi tahu dirimu jangan dekat-dekat lagi dengannya! Kamu melanggar janji yang kamu buat dengan Kakak?!"

"Bukan begitu Kak, 1 bulan yang lalu setelah aku keluar dari ruangan Kakak dan ingin pulang, kami berada di satu lift yang sama. Tidak tau mengapa, tubuhku panas dan hanya sentuhan yang bisa meredakan. Nafsuku mengalahkan akal sehatku, aku dan Kak Jungkook melakukan itu.... maaf, maaf menyembunyikan ini dari Kakak. Aku hanya tidak ingin membuat Kakak khawatir dan membuatmu berselisih dengan Kak Jungkook. Tzuyu tau, jalinan kerja sama dari dua keluar sangat menunjang kesuksesan keluarga kita juga. Kalau Kak Jaehyun tau masalah ini lebih awal, maka pasti Kakak akan berkelahi dengannya lalu kerja sama berakhir buruk."

Jaehyun merasa tidak tega menggunakan intonasi tinggi pada adiknya, mengatur nafas pelan dia menormalkan emosinya, sekarang ada keponakan kecilnya yang mendapat dampak dari segala emosi Tzuyu.

"Apa lagi yang kamu sembunyikan?"

"Setelah kejadian itu, Kak Jungkook berhenti akan menggangguku secara fisik jika aku mau berjanji untuk tidak menjauh dari dia. Selama ini aku diam-diam selalu bertemu dengan Kak Jungkook di belakang Kak Jaehyun, tapi aku berani bersumpah. Selama kita bertemu selalu ada calon istri Kak Jungkook di antara kita."

"Bajingan itu, dia sudah hampir menikah dan masih ingin mencoba memiliki dirimu juga?!"

Tzuyu merunduk, merasakan kram ringan di perutnya, jemarinya mengusap pelan menyuruh makhluk kecil di dalam perutnya untuk tenang, "Kak, bagaimana jika Papa dan Mama tau?"

"Kakak tidak bisa berjanji bisa melindungi dirimu dari Papa, bahkan Mama mungkin tidak bisa melindungimu dari murka Papa. Kamu tau sendiri, keluarga kita terpandang dan terhormat, tidak menerima aib sekecil apapun. Sifat Papa tegas mengenai nama keluarga, namun Kakak berjanji akan melindungi dirimu semampu Kakak."

Kalimat Jaehyun menunjukan jawaban yang di khawatirkan Tzuyu, Papanya pasti akan mengusirnya cepat atau lambat. Seharusnya dia tidak membuang testpack di tempat sampah dekat dapur hingga di lihat Jaehyun.

Sebelum pergi, Jaehyun menyempatkan memberi beberapa nasihat pada adiknya, "Jaga kesehatan kamu, sekarang ada satu nyawa lagi yang wajib kamu jaga. Kakak akan merahasiakan ini, tapi untuk beberapa bulan kedepan Kakak mungkin tidak bisa lagi, karena perut kamu juga akan mengalami perubahan dengan adanya satu nyawa lagi."

Tzuyu mengangguk, pundaknya bergetar menahan tangis, "Tentu, itu sudah lebih cukup bagi adik ini untuk merepotkan Kak Jaehyun."

Telapak tangan Jaehyun terhenti di udara saat ingin mengusap kepala adilnya menenangkan, masih merasa kecewa karena Tzuyu sampai pada di titik ini dan bahkan tidak memberitahu dirinya apa-apa seolah dia tidak berguna. "Beritahu Mingyu tentang kondisi kamu, kekasihmu berhak tahu kondisi kamu lebih awal daripada tahu di akhir yang akan membuatnya sangat kecewa padamu."

"Aku perlu mengumpulkan keberanianku dulu sebelum menghadapi Mingyu, aku takut mengecewakannya."

"Jika kamu tau pada akhirnya hanya bisa memberikan kekecewaan pada orang di sekitarmu, maka jangan bersikap begitu sembrono dan di luar batas hingga membawa aib bagi keluarga."

"Kakak benci aku?"

"Hanya kecewa, kamu adik Kakak dan tidak seharusnya aku membencimu. Beritahu juga si keparat yang telah menghamili dirimu, minta pertanggung jawabannya jika dia memang pria jantan."

Selesai mengeluarkan kekecewaan yang dia rasa pada Tzuyu, Jaehyun pergi meninggalkan kamar. Menuruni tangga terburu-buru, memberikan pesan pada para maid untuk memberikan adiknya makanan sehat bergizi dan memastikan untuk selalu meminum susu setiap hari.

Meski hatinya sangat kecewa, benih yang belum lahir tidak salah apapun. Dia hanya ketidak sengajaan dan hadir di hubungan serta waktu yang salah. Keponakannya pantas hidup mendapatkan kebahagiaan.

Sedangkan di dalam kamar, Tzuyu mencari ponselnya, menekan kontak name Jungkook lalu menelfon meminta bertemu.

Ucapan Kak Jaehyun benar, ini adalah anak Jungkook. Tzuyu tidak harus menutupinya ataupun mencoba merahasiakan, anak ini tetap darah daging Jeon Jungkook. Dia juga tidak bisa menggugurkannya, hati nuraninya masih hidup.

"Halo? Ada apa? Sebelumnya kamu tidak pernah menelfon Kakak duluan."

Mata kucingnya meredup, merasakan ada sesuatu aneh dari suara Jungkook, "Kakak baik-baik saja?"

"Aku khawatir dengan keadaan Suzy, saat ini dia tengah di periksa di rumah sakit."

"Rumah sakit mana?"

"Rumah sakit Cros Empire."

"Kakak kirim alamatnya padaku, aku akan kesana."

"Kenapa kamu ingin ke sini?"

"Ada hal penting yang harus aku bicarakan secara langsung dengan kakak."

"Baiklah, hati-hati di jalan sayang."

Selesai menelfon Jungkook, dia kemudian menelfon Mingyu meminta bertemu lima belas menit lagi di tempat biasa mereka berdua menghabiskan waktu berpacaran akhir-akhir ini.

London telah memasuki musim dingin, salju sebentar lagi akan turun. Tzuyu keluar dengan tubuh terbalut jaket tebal, lengan kanannya melilit perut ratanya memberikan sedikit kehangatan pada makhluk kecil di dalam sana supaya tidak kedinginan.

Jarak taman kesukaan dia dan Mingyu tidak terlalu jauh dari rumah, jadi dia berjalan kaki. Menyapa tetangga yang lewat dengan senyuman di sepanjang jalan.

Di luar taman, dia menangkap siluet Mingyu berdiri di dekat danau kecil berisi bunga teratai sedikit layu merunduk.

"Mingyu!" Panggil Tzuyu berteriak.

Mingyu menoleh, seperti biasa wajahnya di penuhi senyum hangat, "Tzuyu, kenapa ingin bertemu begitu mendadak? Di luar sedang dingin."

Dia melepas syal di lehernya, mengaitkannya di leher putih mulus milik kekasihnya. Tersenyum puas melihat syal di leher Tzuyu.

"Mingyu, aku ingin hubungan ini berakhir."

Senyum di wajahnya kaku, menatap tidak setuju pada Tzuyu, "Apa maksud kamu? Hubungan kita selama ini baik-baik saja. Katakan jika aku melakukan kesalahan, sayang."

"Tidak, aku yang melakukan kesalahan Mingyu. Dan hubungan ini tidak bisa di lanjut lagi."

"Kesalahan apa yang kamu perbuat? Aku tidak pernah merasa kamu melakukan kesalahan apapun padaku."

Tzuyu merunduk, membawa tangan kanan Mingyu yang semula berada di pundak kanannya ke perut rata miliknya, "Ada kehidupan kecil di sini, dan ini bukan milikmu. Aku tidak pantas lagi menjadi kekasihmu."

Wajahnya berubah keras, mencengkram kedua bahu Tzuyu, kata-kata yang terucap penuh emosi kompleks, "Katakan yang sejujurnya, apa yang terjadi? Tidak perlu menjelaskan apapun padaku karena aku sudah bisa menebak siapa pelakunya. Jawab aku Tzuyu, apa kamu di paksa olehnya?"

"Ya," matanya berair, "Terakhir kali aku dan dia berhubungan karena aku telah di beri obat membuat akal sehatku hilang dan hanya nafsu yang aku fikirkan saat itu. Aku....buruk untukmu."

"Aku tetap akan menjadi kekasihmu."

"Mingyu...."

"Apa sialan itu sudah tahu jika kamu mengandung anaknya?"

"Belum, setelah ini aku berencana untuk ke rumah sakit karena dia sedang menunggu Kak Suzy, aku ingin menceritakan masalah ini padanya dan meminta tanggung jawab."

"Kalau begitu, jika dia menolakmu. Aku akan tetap disisimu, anak itu juga memiliki setengah darah dagingmu dan milikmu adalah milikku juga. Anakmu juga anakku."

Kedua tangan Tzuyu di genggam erat oleh Mingyu, tatapan pemuda itu sangat lembut membuatnya tak kuasa menahan tangis. Merobohkan tubuhnya dalam dekapan hangat, memeluk erat Mingyu. Pemuda baik hati yang mencintainya begitu tulus meski sudah tau jika sampai sekarang, dirinya sendiri belum mampu memberikan hatinya secara penuh pada Mingyu.

sampai sini masi nyambung nggak menurut kalian? 😭😷

setelah ini aku hiatus dan ini update terakhir aku. kembali lagi awal maret.

Double up tidak?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top